Setengah jam lagi kita akan duduk manis di badan Merpati. Tiba-tiba saya terpikirkan untuk menanyakan sesuatu pada Bu Sarinah. "Bu, maafkan jika saya lancang,"Saya memulai percakapan lagi dengan meminta izin terlebih dahulu.
 "Siapa kira-kira lelaki yang akan menjadikan Siti Purwanti sebagai istri?"
 "Siti Purwanti akan dinikahi oleh lelaki berbakat di desa Liang mba Laksmi, sepertinya kamu mengenalnya" ungkap Bu Sarinah
 Dengan senyuman kegirangan aku melanjutkan pertanyaan "Siapa nama lelaki itu bu?"
 "B -- U -- L -- A -- H -- I - S" jawab bu Sarinah
 Aku terperangah mendengar jawaban Bu Sarinah, tangan dan kakiku serasa kaku tak bergerak. Rohku semacam terbang menjemput Dewa di Langit Antah Berantah. Oh Hyang Widhi, mampukah aku berdamai dengan keadaan? tanyaku di dalam hati. Tak mampu menahan isak, di hadapan Bu Sarinah air mata ini membanjiri kepulangaku ke desa Liang.
 Berjalan menyusuri Merpati dengan kaki yang tak terasa menginjak lantai.  Semilir angin yang syahdu di sore itu, buku berukuran 15 x 21 cm, kenangan saat mencuri pandang di sela-sela jendela kamar pada sosok nelayan muda yang menjadi idaman semua perempuan desa kini hanya menjadi fatamorgana.Â
"Jika saja kutahu begini akhirnya, aku aku memilih menolak dikirimkan ke Gunung Sari, ah tidak, ataukah dari awal aku harus jelaskan bahwa sebagai perempuan aku punya banyak mimpi yang sejatinya harus direalisasi. Harusnya aku mempertegas bahwa aku bukan sekadar perempuan konco wingking....sehingga, pelukan mesra di sore itu tak perlu terjadi. Oh Hyang Widhi kali ini aku tidak bisa berdamai dengan diri sendiri" Ribuan Tanya dan jawaban kuciptakan sendiri alih-alih untuk memutar waktu kembali meskipun sesungguhnya itu tak sanggup ku lakukan.
**
 Desa Liang, 29 Desember 2015 Pukul 22.00 WIT
Aku tiba di rumah bibi. Tak banyak yang tahu bahwa aku sudah kembali dari tanah Jawa. Kubuka kembali jendela kamar, Di buku merah itu kutumpahkan segala kesal bahkan amarah yang menyala-nyala karena sebuah pengkhianatan atas nama Cinta. Linangan air mata terus mengucur, aku pun bergegas membakar dupa.