Mohon tunggu...
Sulaiman Addaroni
Sulaiman Addaroni Mohon Tunggu... Mahasiswa -

MAHASISWA

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kang Gub Menjadi Nur di Negeri ini

12 Agustus 2017   07:45 Diperbarui: 12 Agustus 2017   08:30 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
lombokatraktif.blogspot.com

Di pelosok timur negeri ini, terdapat pulau kecil nan indah alamnya, tanahnya subur oleh aliran air sungai dimana-mana. Namun, pulau ini memiliki julukan yang luar biasa dari sekian banyak orang yang datang mengunjunginya, yaitu ; pulau seribu Masjid. Iya, selain itu pulau ini juga dikatakan sebagai serambi Madinah oleh ulama timur tengah yang telah berkunjung di pulau ini.

Iya, lihat saja indahnya pantai yang terbentang di pulau ini, layaknya sungai Nil di Benua Afrika. Lebih-lebih di kota Alexanderia. Sehingga pulau kecil ini merayu mata telanjang alam nesatapa yang memandangnya.

Di pulau kecil ini, telah banyak memberikan kenangan bagi seorang santri, sebut saja namanya; Kang Gub sapaan akrabnya. Di usia yang masih belia, dia belajar menjadi sosok orang yang sederhana, dengan cara menimba ilmu di pondok pesantren. yaaa,,, kebanyakan orang orang bilang tempat yang amat kumuh dan terbelakang kala itu. Namun bagi Kang Gub itu adalah penjara suci yang akan mengantarkannya menjadi sosok manusia yang sebenarnya.

Dibawah asuhan orang tua yang cinta terhadap nilai-nilai agama, menjadi motivasi tersendiri bagi Kang Gub. Iya maklum saja, kala itu kalau tidak sekolah di bangku sekolah umum belum dikategorikan mampu bersaing dalam hal kecerdasan, dan bahkan yang ironis sekali sering terdengar di telinga adalah pondok pesantren itu kolot, kumuh dan tidak sehat.

Semenjak kecil, dia dimasukkan di Sekolah Dasar (SD), kala itu jarang sekali sekolah yang notabennya Madrasah Ibtidaiyah (MI). Mau tidak mau Kang Gub harus sekolah ditempat tersebut.


Setelah selesai mengeyam pendidikan di Sekolah Dasar (SD), tidak menyurutkan tekadnya untuk nyantri di pondok pesantren. Dia pun melanjutkan sekolah menengah pertama di sebuah pondok pesantren yang lama menjadi keinginannya itu, yaitu ; Madrasah Tsanawiyah (MTs), yaaa,,, setara dengan (SMP)-lah.

Disnilah Kang Gub belajar banyak tentang agama, dari kiyai sepuh di pondok pesantren ini. Mulai belajar tentang ilmu klasik berupa kitab-kitab kuning yang menjadi rujukan para kiyai sepuh ini. Namun jangan salah kitab-kitab ini dikarang oleh cendikiawan muslim dunia.

Belajar dengan penuh ta'zim, dan tawadhu' terhadap kiyai dan para guru yang mengajarkan ilmu umum pun menjadi hal yang tidak dimiliki oleh sekolah umum (Sekolah Negeri) kala itu. Wajar saja, bila bila pondok pesantren lebih menanamkan nilai kepribadian agamis dan sopan santun yang tinggi. Serta keikhlasan para kiyai dan guru dalam mengamalkan ilmunya. Dengan bekal inilah Kang Gub percaya, suatu saat akan menjadi Nur dalam dirinya dan masyarakat pada umumnya.

**********

Singkat cerita, kecintaannya terhadap ilmu agama, serta kesenangannya belajar kitab-kitab klasik karang para cendikiawan muslim dunia menjadi pola hidup dan kepribadian yang tumbuh pada diri Kang Gub. Rasa ingin tahu membuatnya gila dengan kitab-kitab klasik, hingga dia mampu membacanya dengan baik dan diakui oleh para kiyai pesantren. Begitu seterusnya, sampai Kang Gub menyelasaikan studinya di pondok ini.

Namun, kenyatan itu belum membuat Kang Gub merasa puas, sampai Kang Gub melanjutkannya yang lebih tinggi yaitu ; Ma'had Aly setara dengan Sarjana. Menempa ilmu agama terus dilakukan oleh Kang Gub. Beberapa tahun nyantri di pondok pesantren ini mampu mengantrakannya memasuki kampus tertua di dunia, sebut saja Al-Azhar Kairo.

Disinilah Kang Gub belajar lebih matang tentang agama, namun sebelum itu Kang Gub sudah mengantongi keistimewaan yang berbeda yaitu menghatamkan Al-Qur'an 30 Juz. Dengan bekal inilah menjadi pondasai kuat untuk belajar di kampus tua ini.

Bermukim di negeri tandus dengan banyak kawan dari berbagai penjuru dunia, Menjadi pengalaman berharga yang tidak pernah terlupakan bagi Kang Gub. Menempa ilmu dari ulama berbagai dunia, menjadi pengalaman baru. Disinilah tumbuh keyakinan semakin kuat bahwa santri mampu bersaing secara nasional dan internasional.

**********

Sejak itulah Kang Gub bertekad pulang, dan mengamalkan apa yang telah didapatkan dari ulama di dunia ini, kepada masyarakat yang awam akan pemahan agama di negerinya.

Menjadi Da'i muda yang notabennya murni lulusan pondok pesantren merupakan sesutau keinginan yang diharapkan oleh masyarakat, lebih-lebih Kang Gub sudah mumpuni dalam bidang itu. Maklum lulusan Al-Azhar harus bisa mengajar masyarakat, karena ilmu yang diajarkan berkaitan dengan agama.  

Kepiawaian, sopan santun terhadap yang lebih tua, tutur kata dan bahasa yang runut digunakannya dalam berdakwah memberikan ketersimaan bagi yang mendengarkan ceramah dan dakwahnya. Tanpa mengenal lelah, dari kampung ke kampung, dari masjid ke masjid terus dilakukan oleh Kang Gub tanpa berhenti, sebagaimana para kiyai mengajarkannya.

Diusia yang cukup muda, dia mampu menguraikan sekian banyak kitab-kitab klasik yang telah ditempanya dari para kiyai, ulama, dan bahkan cendikiawan muslim dunia.

Setiap pengajian umum yang dilakukan oleh masyarakat, maka berbondong-bondong lah masyarakat yang ingin mendengarkan nasehat dan patuah Da'i muda ini. Perkataanya bagaikan benang putih yang merupakan simbol cahaya Ilahi yang mampu menuntun umat manusia dari jalan kesesatan meuju jalan yang lebih baik.

Rutinitas ini terus dilakukan oleh Kang Gub selama ini, tanpa ada pamrih sedikit pun, namun dia bahagia melihat masyarakat yang mau belajar agama kala itu. Kebanjiran masyarakat yang berdatangan ditempat majlis ilmu seakan-akan menjadi ruh baru dalam jiwanya. Hal yang seperti ini yang membuatnya selalu semangat, tidak ada rasa canggung antara masyarakat dengannya.

Dengan sekian banyak ilmu yang dikuasainya dan segudang pengalaman hidup di negeri orang menjadi bekal untuk berdakwah. Sampai-sampai Kang Gub diberikan gelar baru oleh masyarakat yaitu; Kiyai Muda. Kepercayan masayarakat ini menambah ta'zimnya kepada orang yang mempercayainya dan bersifat tawadhu' terhadap orang yang lebih tua darinya. Lebih-lebih guru yang telah mendidiknya selama nyantri di pondok pesantren.

**********

Tanpa memandang semua itu, dia sangat toleran tehadap sesama manusia, sehingga banyak orang bilang Kang Gub akan menjadi Nur (Cahaya) bagi umat. Sikap moderat yang dimilikinya inilah membuat banyak orang terkesmia dan heran akan hal itu. Jarang sekali para pelajar lulusan timur tengah yang notabennya pondok pesantren berfikir moderat, dan kebanyakan dari mereka membawa paham baru yang dianutnya selama studi di negeri tersebut.

Namun berbeda dengan Kang Gub ini, dia memiki sikap moderat dan toleran yang akan mengantarkannya menjadi orang yang sangat disegani di negerinya ini. Meski ada sifat baik pada Kang Gub ini pastilah ada orang yang tidak suka dengannya, tapi tekad ikhlas inilah yang ditanamkan olehnya.

Kepercayaan itu tidak hanyalah diberikan masyarakat, tapi lebih tinggi lagi yaitu ; menjadi ketua Senad sebuah lembaga Institut Agama Islam swasta. Keberhasilannya dalam pembangunan infrastruktural, dan keberhasilan dalam mendidik mahasiswa membuat masyarakat semakin yakin akan kemampuannya dibidang yang lain.

Sekian lama mengabdikan dirinya terhadap masyarakat, membuat nestapa baru yang terus diperjuangkan olehnya. Bagaiman pancaran sinar matahari yang selalu menerangi bumi. Itulah jiwa dari sosok Kang Gub selama ini.

Banyak santri berduyun-duyun belajar ilmu agama kepada-nya, para orang tua yakin didikan pesantren tidak jauh berbeda dengan sekolah umum lainnya. Buktinya Kang Gub mampu menjadi penyejuk jiwa setiap orang yang memandangnya dan belajar kepadanya.

Jiwa muda yang tertanam dalam diri-nya, sifat lemah lembut terhadap yang keras kepadanya, dan ramah dengan senyuman manisnya menjadi ciri khas Kang Gub dalam setiap menyampaikan dakwanya.

Menjadi kepercayaan masyarakat dalam menyampaikan amanat tidaklah mudah baginya, namun dengan ketelatenan yang dimilikinya dalam mengamalkan ilmu yang didapatnya merupakan hal yang wajib disampaikan. .

**********

Tibalah saatnya di negeri ini terjadi perang politik, antara para calon penguasa. Mereka beradu argumen, dan bahkan mereka saling menjelek-jelekkan antara kawan dengan lawan. Selama ini negerinya jarang terexpost oleh media dan hampir tidak pernah meski kejadian berat terjadi disebabkan oleh keterbelakangannya. Banyak yang mengatakan negeri ini hampir tidak ada, dan tidak diketahui oleh negeri tetangga.

Apa salahnya negeri ini sehingga tidak satupun orang mau berkunjung, apalagi pejabat negeri tetangga. Iyaa... memang negeri ini dibilang tenggelam oleh sebagian orang meski fisiknya ada.

Perang politik pun terus berlanjut, kawan dan lawan saling berjauhan, tim sukses pun berdatangan ke gubuk-gubuk kecil negeri ini. Namun nampak sekali masyarakat sudah tidak mau terpedaya dengan janji politik para calon penguasa negeri ini. Bagaimana tidak, masyarakat bukan lagi diayomi melainkan ditindas dengan kekuasannya.

Kecerdasaran tidak mau ditipu oleh para politikus di negeri ini, masyarakat memiliki pilihan sendiri dengan penuh ikhlas, bukan karena ia kaya atau dari keluarga birokrasi tapi masyarakat hanya menginginkan kenyaman dari sang pemimpinnya kelak.

Sebaran pamflet, kaos para calon penguasa, dan bahkan sebaran sembako dilakukan, agar para penguasa dipilih oleh masyarakat. Mungkin masyarkat tidak menolak hal barang seperti itu, tapi mereka punya pilihan sendiri yang akan memimpin negerinya.

Akhirnya munculah satu nama yang tidak pernah terduga oleh para politikus handal negeri ini, sebut saja calonnya; Kang Gub sapaaan akrabnya. Melihat nama calon penguasa dipamflet baru itu, dengan tulisan yang bercetak tebal (Calon Penguasa : Kang Gub)masyarakat dinegeri ini bagaikan ada daya magnet yang tersimpan dalam diri-nya.

Ada wajah ceria masyarakat yang tersimpan selama ini, menitipkan harapan baru di negeri ini, bahwa sosok calon yang telah mereka lihat tadi adalah sosok orang yang diinginkan untuk menjadi pemimpin. Bagaimana tidak, Kang Gub kan seorang Da'i muda, dan bahkan kemashuran namanya dinegeri ini telah tersebar luas. Sifat agamis yang dimiliki tidak dimiliki oleh yang lain.

Berbagai konflik politik terjadi, hasutan, hinaan dan bahkan ejekan dari lawan dialami oleh Kang Gub. Lawan perpolitikannya pun tidak sungkan-sungkan mengatakan kiyai kok rakus kekuasaan, tidak bisa memimpin masyarakat, bisanya hanya mengajar ilmu agama saja. Hal itu pun terus terdengar lantang di negeri ini, bukan itu saja banyak pamflet yang merusak ke-kiyai-an para kiyai.

Berbekal kepercayaan masyarakat, dan para santri yang mendukungnya, dan bahkan banyak kiyai yang condong kepadanya. Menjadi amanat yang amat besar yang akan dipengang oleh Kang Gub selama ini.

Orasi kampanye dilakukan diseluruh penjuru negeri ini oleh para politikus, begitu juga dengan Kang Gub, mengikuti tradisi pemilihan di negeri ini. Sampai akhirnya pemilihan penguasa di negeri ini dilaksanakan.

Singkat cerita, masyarakat pun antusias dalam memilih karena masyarakat sudah mengantongi nama dari calon penguasa negeri ini. Sampai akhirnya pada proses penghitungan suara dilakukan. Sekitar satu mingguan penetapan penguasa sudah ditentukan dan ternyata yang memenangi pemilihan kali ini adalah Kang Gub, ya alumni pondok pesantren itu dan juga kiyai muda di negeri ini.

Para lawan politiknya pun kaget, kok bisa, kan dia hanya seorang santri dulunya, kata nomer urut satu ini."

Dijawablah oleh nomer urut tiga " iya....memang dia santri dulunya tapi sekarang dia kiyai tersohor negeri ini." sambil menggelengkan kepalanya, oh ya..!!! pantesan saja dia mampu merebut hati masyarakat.

Selang beberapa hari, pelantikan pun dilaksankan di istana negera di negeri ini. Dan kini Kang Gub resmi menjadi penguasa negeri ini. Menyusun sistem kerja dan melaksakan visi misi kepemimpinan yang telah dibuatnya menjadi amanat baru yang diembannya.

Bekerja untuk masyarakat dan negerinya, menjadi idelisme yang tertanam dalam dirinya. Dia menanamkan sikap baik terhadap semua kalangan, tidak melihat dari siapa dilahirkan melainkan semua dipandang sama olehnya.

Program kerja yang telah disusunnya terus dikerjakan dengan perlahan, mulai dari memperaiki infrastruktural kabinet kerja sampai kepada jalan-jalan yang dilalui oleh masayarakat, kenyamanan masyakat menjadi tujuan utama dari perogramnya.

Menurunkan kadar buta akasara pun telah berjalan bagus, perekonomian masyarakat menjadi meningkat, kesejahteraan mulai nampak, pendidikan usia dini sampai yang lebih tinggi telah menjadi fondasi utama dalam mencerdaskan negeri ini. Semua itu dilakukan untuk kenyamanan masyarakat yang tinggal dinegeri ini.

Perubahan demi perubahan dilakukannya, sampai negeri tetangga tidak lagi memandangnya sebelah mata, melainkan mereka bangga dengan kemajuannya yang telah dicapainya. Begitu juga dengan masyarakat yang dipimpinnya.

Negeri ini tidak lagi gelap, melainkan sudah cerah. Banyak orang melirik kepadanya, dan berkata "lulusan pesantren ternyata mampu mendidik dan memimpin bangsa, kenapa baru sekarang munculnya, bukannya pembuktian ini sudah lama, namun hanya masyarakat yang masih kurang percaya."

Menjadi pencerah di negeri-nya, telah menjadi bukti suci bahwa lulusan pesantren mampu mengemban amanat yang besar itu, apalagi pemimpinnya paham agama, dekat dengan Tuhan-nya, maka segala kecurangan pun tidak lagi akan dilakukannya. Ia akan takut dengan apa yang penyelewengan dadalam agamanya.

Banyak penghargaan telah didapatnya, mulai dari penguasa termuda di negeri ini, sampai kepada penghargaan untuk negerinya yang dipimpinnya. Dan Kang Gub selalu bilang "penghargaan itu bukan untuknya melainkan untuk masryarakat yang telah menjalankan amanat yang diembannya, maka yang patut dihargai bukanlah dia, melainkan masyarakat yang selalu bekerja demi negeri-nya."

Masyarakat semakin percaya dengan jiwa kepemimpinannya, sehingga dia diangkat menjadi pemimpin selama dua priode selanjutnya.

Setelah sekian lama berkifrah memimpin dinegeri ini, Kang Gub menjadi buah bibir media, karena keberhasilannya dalam menerangi sebuah negeri yang dulunya gelap gulita. banyak di media memberitakan bahwa sosok pemimpin baru negeri ini salah seorang ulama besar, dan cerdas. Media tidak lagi memandang lulusan pesantren yang kumuh itu hanya mampu menjadi kiyai namun menjadi seorang pemimpin yang jujur amanat dalam menjalankan tugasnya. Ikhlas mengabdi untuk masyarakat yang percaya dengannnya.

Buktinya, lihat saja negeri yang dipimpimpinnya, berbagai pujian telah berdatangan, dan berbagai pejabat telah masuk di negerinya. Destinasi halal wisat pun menjadi tujuan utama para touris mancanegara.

Tidak lagi gelap negerinya melainkan negerinya telah padat dikunjungi oleh pengunjung yang berdatangan setiap harinya, untuk melihat negeri yang nayaman dan asri dipandang oleh mata. Kenyamanan para pengunjung telah menjadi kesiapan para rekan kerjanya.

Dari sekian banyak penghargaan yang diraihnya, maka wajar aja orang bilang, dialah KANG GUB- e-NUR yang selama ini menjadi harapan masyarakat untuk dipimpinnya. Makanya Kang Gub menjadi cahaya di masyarakatnya dan bahkan dinegeri yang dipimpinnya.

   

Waallahua'alam.......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun