Mohon tunggu...
Sukron Abdilah
Sukron Abdilah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis, yang lupa bahwa sebetulnya ia harus menuliskan realita dan gagasan. Akhirnya akun kompasiana ingat lagi sandinya. hehehe

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Neng Fatonah

5 Desember 2009   10:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:04 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

HARI itu aku hanya bisa terpaku menatap kertas bon utang-utangku di tangan. Wah, bulan ini aku telah berutang ke warung. Belum lagi kiriman dari orang tua -- karena telah semester 10 -- dikurangi dengan alasan untuk mendidik kemandirian. Aku hanya bisa melongo memikirkan dari mana dan apa yang bisa aku gunakan untuk membayarnya. Minta ke orang tua.., sudah banyak menanggung malu. Kerja sampingan. Ah, itu tidak mungkin sebab aku tak mau dibentak-bentak bos.

Memang betul jika si Farid bilang waktu kemarin: "Kamu memang tak punya kemampuan me-menej keluar-masuk uang. Tak salah rasanya jika orang tua kamu tidak menaruh rasa percaya lagi".

Aku sih biasa. Tak pernah merasa bahwa aku harus mengatur keluar masuk duit. Wong punya uang itu harus dibelanjakan. Bukan disimpan terus di dalam dompet, nanti bulukan. Tapi, kenapa utang kamu ke Warung bisa membengkak seperti itu.

"Pan Emak tos masihan sasasih sakali".

"Teu Ceukap atuh dua ratus rebu sasasih mah. Pan di kota mah sagala marahal". Aku berusaha merayu sekuat tenaga agar ibuku menambah lagi uang jatah jajanku selama sebulan hidup di Bandung.

Dengan wajah yang tetap sabar sambil "mencubit sayang" pipiku, Emak merogoh dompetnya dan mengeluarkan dua lembar Rp. 50 ribu.

Hehe..., lumayan lah buat nambah-nambah bayar utang ke warung. Bisikku.

Tah Emak mah ngan iasa masihan sakitu. Kirangna mah milarian wae, bari ngiring didameul dilanceuk hideup atuh, geura.

Sip..., sumuhun atuh.

***

SESAMPAINYA di Bandung, 5 lembar uang Rp. 50 ribuan itu pun hanya beberapa menit mampir di dompet. Dibayarkan kepada tukang Warung bernama Mang Karya dari Sumedang. Yang telah menagih utang mulai dari hari Selasa kemarin. Sampai bolak-balik ke kostan di sudut jalan, yang sempitnya minta ampun. Tapi, murah hanya 100 ribu per bulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun