Mohon tunggu...
S. Faisal
S. Faisal Mohon Tunggu... Guru - pendidik

Hanya seorang pendidik yang tak akan pernah berhenti tuk dididik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menilai Peringkat PISA di Negeri MAJOI

13 Juli 2022   21:27 Diperbarui: 13 Juli 2022   22:20 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Survei tiga tahunan oleh PISA (Programme for International Student Assessment) yang dilakukan terhadap pelajar sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan atas menempatkan Indonesia pada posisi tujuh dari bawah. Lebih baik dari Spanyol, Filipina, Republik Dominika, Kosovo, Lebanon, dan Moroko. 

Tes PISA menempatkan Indonesia jauh dibawah dari negara tetangga seperti Cina, Korea, Jepang, bahkan Singapura. PISA sendiri bertugas melakukan survei evaluasi sistem pendidikan di dunia dengan mengukur kinerja pendidikan siswa.

Jika dibanding dengan Singapura, capaian angka membaca pelajar Indonesia hanya 370 jauh di bawah Singapura yang mencapai angka 549. Capaian angka matematika tak lebih dari angka 379 selisih 190 poin dengan Singapura. Sedangkan dalam kemampuan literasi saintifik Indonesia harus puas diangka 396 atau minus 155 dari negara tetangga.

 Tidak apple to apple jika membandingkan Indonesia dengan Singapura yang merupakan negara maju dengan jumlah penduduk 5,5 juta. Secara geografi dan ekonomi kedua negara jauh berbeda walau lokasi sepenggalah.

Survei PISA yang sudah berjalan sejak tahun 2000 tidak hanya menguji siswa pada materi hafalan tapi lebih kepada pemahaman, pengaplikasian dan bagaimana memproses hal-hal baru. 

Kemampuan membaca dan berpikir kritis inilah yang masih minus dalam sistem pendidikan di Indonesia. Sistem pendidikan yang kontemporer dan komprehensif belum merata, soal-soal evaluasi berbasis sains nalaria realistik dan high order thinking skill (kemampuan berpikir tinggi) masih menjadi barang langka sebagai instrumen evaluasi peserta didik. 

Kemampuan identifikasi, analisis dan sintesis siswa menghadapi soal-soal matematika hots masih kurang. Kemampuan memahami teks wacana (literasi) dan survei karakter dalam memahami diri sendiri dan lingkungan belajar sekitar sekolah belum bisa dikatakan baik pada asesmen nasional berbasis komputer (ANBK) September lepas.

ANBK merupakan instrumen baru pengganti ujian nasional berbasis komputer (UNBK) yang bertujuan menilai ulang akreditasi lembaga sekolah, pendidik dan peserta didik. 

Kesiapan sekolah secara infrastruktur (komputer, jaringan internet dan server) dan unsur-unsur pendukung kognitif di tingkat pendidikan dasar masih belum siap, karena materi keahlian teknologi informasi dan komunikasi pada tingkat pendidikan dasar tidak ada. Sehingga pada saat pelaksanaan ANBK di tahun 2020 dan 2021 kemarin masih mengalami kendala teknis di lapangan.

Ada tiga aspek yang diukur dalam survei PISA, yaitu: abilitas literasi siswa untuk belajar, abilitas numerik matematika dan logika untuk berpikir, serta literasi saintifik peserta didik untuk memproses hal-hal baru. Rendahnya skor Indonesia dalam survei PISA dari ketiga aspek tersebut bukan berarti bangsa ini terperangkap di jurang disabilitas kognitif. 

Tapi menandakan bahwa pelajar lulusan pendidikan Indonesia belum siap menghadapi kehidupan nyata di dunia industri kerja nantinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun