Mohon tunggu...
Sukrisno Santoso
Sukrisno Santoso Mohon Tunggu... wiraswasta -

Guru Bahasa Indonesia di SMPIT Mutiara Insan Sukoharjo. Menyukai buku, kopi, dan puisi. Menulis "Catatan Kecil" di www.sukrisnosantoso.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membangun Kebersamaan Anak dan Orang Tua

23 Agustus 2016   19:56 Diperbarui: 23 Agustus 2016   20:27 789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: www.gambar-katakata.com

Seminar Parenting dengan tema “Tips & Trik Menjaga Quality Time Antara Orang Tua & Anak” menghadirkan pembicara dr. Marijati, seorang dokter yang juga pakar parenting. Sebagai seorang dokter yang berpraktik di sebuah klinik, dr. Marijati terkadang mendapat pasien seorang anak atau remaja. Apa yang beliau ceritakan tentang pasien remajanya tersebut sungguh membuat hati miris.

Ada seorang remaja --masih pelajar sekolah menengah-- dibawa ke klinik oleh orang tuanya setelah sebelumnya berobat di Puskesmas namun tak kunjung sembuh. Orang tuanya tidak tahu apa penyakit yang diderita anaknya tersebut. Setelah diperiksa secara saksama oleh dr. Marijati, hasilnya sungguh mengejutkan. Remaja tersebut ternyata tengah hamil.

Saat hasil pemeriksaan disampaikan, orang tua dari remaja tadi tidak percaya. Katanya, anak tersebut adalah anak baik, sering di rumah, tak pernah bermain keluar. Demikian kilah orang tua berusaha membenarkan rasa ketidakpercayaannya. Namun, faktanya remaja tersebut hamil.

Ada beberapa kisah serupa di atas --bahkan ada remaja yang melakukan aborsi sendiri-- yang disampaikan oleh dr. Marijati. Sebagai dokter yang terlibat langsung dengan masalah tersebut dan sebagai orang tua juga, dr. Marijati merasa miris dengan kenyataan bahwa banyak pelajar yang memiliki masalah akan tetapi orang tuanya tidak mengetahui. Orang tua mengetahui masalah anak setelah terlanjur mengalami kejadian fatal seperti di atas.

Seorang anak bisa saja terlihat baik-baik saja di rumah. Apalagi, jika orang tua memiliki kesibukan di luar sehingga waktu di rumah hanya sedikit. Dan waktu yang sedikit itu pun tidak digunakan sepenuhnya untuk berkomunikasi dengan anak. Orang tua tahunya anaknya selalu di rumah dan bersikap baik serta rajin belajar. Padahal, saat orang tuanya tidak ada di rumah, tak ada yang tahu apa yang diperbuat oleh si anak, atau si anak bermain ke mana dan bersama siapa.

dr. Marijati memberikan beberapa pertanyaan sebagai bahan introspeksi sebagai berikut. 

  • Jam berapa Bapak/Ibu sampai di rumah? 
  • Jam berapa anak sampai di rumah? 
  • Apakah ada waktu yang dialokasikan untuk bersama? Hari apa? 
  • Kegiatan apa yang biasa dilakukan? 
  • Adakah kesulitan untuk meluangkan waktu bersama? Bagaimana masalahnya? 

Quality time (waktu yang berkualitas) itulah yang ditekankan oleh dr. Marijati. Waktu yang singkat di rumah, hendaknya digunakan sebaik-baiknya oleh orang tua untuk bersama anak. Kebersamaan ini pun tidak hanya sekadar bersama, tetapi kebersamaan yang berkualitas. Waktu yang sedikit yang dimiliki orang tua untuk berinteraksi dengan anak, hendaknya berkualitas.

Bagaimanakah waktu yang berkualitas itu? dr. Marijati memberikan beberapa tips untuk menjaga quality time antara orang tua dengan anak, di antaranya berikut ini.

1. Menyediakan hari khusus untuk bersama 
Orang tua hendaknya menyediakan waktu khusus atau hari khusus bersama anak. Bisa akhir pekan, atau pada masa liburan. Jika untuk pekerjaan saja bisa dijadwal dan dilakukan setiap hari, tentu waktu untuk anak juga harus dijadwalkan.

2. Menentukan agenda utama 
Kegiatan bersama anak perlu direncanakan dengan baik. Sebaiknya anak dilibatkan dalam musyawarah untuk menentukan kegiatan keluarga.

3. Memberi peran pada masing-masing anggota keluarga 
Dengan memberikan peran (pembagian tugas) saat acara keluarga, anak akan merasa diperhatikan dan merasa penting di dalam keluarga. Misalnya dalam kegiatan piknik, anak bisa diberi tugas untuk menyiapkan bekal atau menyiapkan P3K.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun