UMKM, Tulang Punggung Ekonomi Rakyat
Di tengah berbagai tantangan ekonomi global, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) tetap menjadi fondasi utama perekonomian Indonesia. Data Kementerian Koperasi dan UKM menunjukkan bahwa lebih dari 99% unit usaha di Indonesia merupakan UMKM, dengan kontribusi mencapai lebih dari 60% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Tidak hanya berperan dalam pertumbuhan ekonomi, UMKM juga menjadi penyerap tenaga kerja terbesar di berbagai sektor, terutama di bidang kuliner yang terus berkembang pesat.
Banjarmasin sebagai salah satu kota perdagangan dan kuliner di Kalimantan Selatan juga mengalami tren serupa. Beragam usaha kecil bermunculan di berbagai sudut kota mulai dari usaha minuman kekinian hingga kuliner khas seperti dimsum. Fenomena ini tidak hanya memperkaya pilihan makanan masyarakat, tetapi juga menunjukkan dinamika kreativitas dan ketahanan wirausaha muda di daerah.
Salah satu sektor yang menarik untuk diamati adalah UMKM Dimsum lokal Banjarmasin, yang tumbuh pesat selama beberapa tahun terakhir. Di balik aroma gurih dan cita rasa lembutnya, terdapat kisah perjuangan para pelaku usaha yang terus beradaptasi menghadapi perubahan pasar, fluktuasi harga bahan baku, hingga persaingan dengan brand besar.
Potret UMKM Dimsum Banjarmasin
Berdasarkan hasil penelitian lapangan yang dilakukan melalui kuesioner dan wawancara terhadap lima pelaku usaha yaitu Dimsum Kesemsem, Oishii Dimsum, Dimsum Delidish, Dimsum Mentai Authentic, dan Dimsum Murakata diketahui bahwa sebagian besar UMKM ini merupakan usaha mikro dengan usia operasional antara satu hingga tiga tahun. Jumlah tenaga kerja mereka rata-rata hanya dua hingga tiga orang, menunjukkan karakteristik usaha rumahan yang mandiri dan padat karya.
Para pelaku usaha umumnya memulai bisnis ini karena dorongan ekonomi keluarga dan keinginan untuk mandiri. Beberapa di antaranya bahkan memanfaatkan dapur rumah sebagai tempat produksi awal sebelum akhirnya berkembang dan memiliki kedai kecil. Keuletan dan kreativitas menjadi modal utama mereka bertahan di tengah fluktuasi permintaan pasar.
Meski skala usahanya kecil, hampir semua responden menunjukkan perhatian tinggi terhadap kualitas bahan baku dan inovasi rasa. Misalnya, salah satu pemilik usaha menciptakan varian rasa keju dan jamur yang kini digemari konsumen muda. Sementara itu, Dimsum Mentai Authentic memadukan saus mentai khas Jepang untuk menciptakan sentuhan cita rasa modern. Inovasi semacam ini membuktikan bahwa kreativitas dapat menjadi faktor pembeda dalam industri kuliner yang semakin kompetitif.
Strategi Pemasaran: Antara Offline dan Dunia Digital
Pemasaran menjadi tantangan utama bagi pelaku UMKM Dimsum. Berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar pelaku usaha masih mengandalkan penjualan langsung (offline) melalui sistem take away atau delivery order. Hanya beberapa yang telah memanfaatkan media sosial seperti Instagram, WhatsApp Business, dan TikTok sebagai sarana promosi.
Contohnya, Dimsum Mentai Authentic menggunakan Instagram untuk menampilkan foto produk dan testimoni pelanggan. Strategi ini efektif menarik perhatian pembeli baru, terutama kalangan mahasiswa dan pekerja muda. Namun, tidak semua pelaku usaha memiliki kemampuan membuat konten digital yang menarik. Sebagian mengaku masih kesulitan dalam hal desain, penulisan caption promosi, dan pengaturan target audiens di media sosial.