Mohon tunggu...
Rafi Rasyid Sukmahadi
Rafi Rasyid Sukmahadi Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Student of Al-Azhar University

semua artikel saya di kompas isinya hanya obrolan biasa, jadi gak usah serius amat bacanya. keep santuy

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Seni untuk Tidak Terlihat Terlalu Bodoh

10 Februari 2023   10:03 Diperbarui: 10 Februari 2023   10:12 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Senja kita bahwa habis terang terbitlah kegelapan heuheu, dok. pribadi

Tidak tahu wahyu apa yang turun (bukan wahyu kenabian tentunya), tiba-tiba saja ingin mengangkat judul di atas. Setelah dipikir-pikir kembali, mungkin judul di atas berangkat dari keresahan pribadi yang masih dalam proses penyembuhan dari diagnosa penyakit sejak lahir, yaitu kebodohan.

Ya walaupun mungkin sebagian banyak orang yang telah mengenal lebih lama tentang saya akan mengatakan "ah...paling dia hanya tawadhu (rendah hati)" ataupun ungkapan lainnya yang serupa yang intinya berpusat pada prasangka baik mereka terhadap saya bahwa saya itu rendah hati. Terima kasih sebelumnya karena prasangka baik itu tidak ada ruginya walaupun yang disangka itu belum tentu baik atau sesuai pada faktanya wkwkw.

Tapi jujur saja disini hanya mengutarakan bahwa setiap orang itu punya letak ahlinya masing-masing. Bukankah kapak itu tajam tapi dia tidak bisa memotong kuku? Bukankah silet itu tajam tapi dia tidak bisa membelah kayu? Semua ada porsi dan tempatnya masing-masing. Pasti berbeda dan perbedaan itulah akan tercipta sinergi kolaborasi yang efektif.

Kembali pada topik masalah, yaitu perihal kata "bodoh" dan "kebodohan". Kita tahu bahwa itu adalah penyakit tak kasat mata. Namun, efek yang dihasilkannya itu lho yang kasat mata. Mungkin penyakit cacar si bakterinya terlihat dan efeknya pun terlihat menodai lapisan kulit luar (epidermis). Berbeda dengan kebodohan, apakah bisa diukur dari ukuran otak fisik secara mutlak? Tapi efeknya yang berupa perilaku dan corak pikiran yang bodohnya itu lho yang seringkali meresahkan orang lain, khususnya diri sendiri (jika mikir wkwkw).

Kenapa disebut meresahkan orang lain? Ya karena perilaku dan corak pemikiran orang yang bodoh itu seringkali merugikan banyak orang. Menghambat seperti sampah yang menghalangi alur beralirnya air sungai. Masih mending orang yang bodohnya itu tahu diri bahwa dia bodoh, lha ini kalau ada orang yang sudah jelas bodoh masih ngotot lagi bahwa dirinya tidak bodoh.

Emang agak ngeri sih kalau menulis atau berbicara yang ada kata "bodoh", seakan-akan vibesnya tuh gak sopan dan terlalu ekstrime (menurut saya) ya mungkin karena penyakit ini memang cukup serius. Sehingga perlu diobati dengan bimbingan dokter yang tepat dan kesadaran diri sendiri untuk sembuh.

Lalu kenapa merugikan diri sendiri? Karena hal inilah yang seringkali jadi pusat titik dimana seseorang itu merasa tertinggal, kurang percaya diri, menerima dengan lapang dada akan takdir dan nasibnya sebagai seseorang yang bodoh, dan perasaan lainnya yang menjadi seseorang itu malas untuk berkembang dan bersaing dengan yang lain karena sudah kalah mental.

Hal di atas juga tidak sedikit menimpa saya pribadi, mau tidak mau setiap tempat dan waktu itu harus saja ada pengakuan diri (mau tidak mau) bahwa ada orang yang lebih hebat daripada kita dan kita hanya butiran debu jika dibandingkan dengannya.

Maka dari itu, tulisan ini adalah sedikit dari seni untuk tidak terlihat terlalu bodoh. Karena masih bodoh (dan itu harus diakui bagaimana pun) ya minimal tidak terlihat terlalu bodoh kalau dihadapan orang lain, apalagi orang lainnya yang tidak kita kenal. Berikut adalah tektek bengek rinciannya.

1. Jangan ungkapkan kelemahan kita dihadapan orang tidak kenal atau belum akrab

Perlu diingat kembali bahwa harga diri dan martabat diri kita itu ada pada kesan pertama semua makhluk (secara sosial). Maka buatlah kesan baik di setiap pertemuan, perkenalan, ataupun interaksi sosial apa pun itu bentuknya. Jika di kesan pertama kita sudah menampilkan kelemahan atau sesuatu yang kurang baik (meskipun dengan tujuan untuk menyembunyikan kita yang sebenarnya) itu adalah satu kesalahan yang seringkali di normalisasi banyak orang. Terlebih lagi kepada orang yang tidak kita kenal atau belum akrab. Mereka tidak akan terlalu peduli dan juga belum tentu pandai mengobati. Jadi, tampakkan saja kebaikan apa adanya dan sembunyikan kelemahan serapat-rapatnya agar energi positif kita mengalir di kesan pertama.

2. Perhatikan hobi orang yang kita pandang hebat dan bersiap untuk menirunya dengan bertahap

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun