Mohon tunggu...
sukma elvina
sukma elvina Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Saya merupakan mahasiswa IPB University program studi Komunikasi Digital dan Media

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Media Massa Menjadi Kepentingan bagi Komunikasi Politik

11 Februari 2024   23:15 Diperbarui: 11 Februari 2024   23:17 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.sultranet.com/1658/

Dalam sentuhan setiap suara yang terdengar di udara, setiap gambar yang menyapa layar, kita tanpa sadar terlibat dalam panggung besar komunikasi politik yang dikendalikan oleh media massa. Artikel ini membuka tirai ke dalam dunia di mana setiap kata, setiap gambar, dan setiap detik penyiaran memiliki arti mendalam dalam membentuk opini, memandu pemilihan, dan merajut jalinan yang rumit antara pemimpin dan rakyat. Media massa, yang lebih dari sekadar penyalur informasi, telah menjadi jantung detak dinamika politik, membawa kita pada perjalanan menggali bagaimana setiap cetakan surat kabar, setiap laporan berita, dan setiap klip video menggiring kita melalui lorong-lorong kompleks demokrasi dan pemerintahan.

Dalam artikel ini, kita akan menelusuri keterkaitan yang dalam antara media massa dan komunikasi politik, menjelajahi bagaimana pesan politik mengalir melalui serat-serat lapisan masyarakat melalui mata dan telinga setiap individu. Dengan melibatkan diri dalam pemahaman mendalam tentang bagaimana media massa bukan hanya menjadi sumber informasi, tetapi juga kekuatan yang membentuk pandangan kita terhadap dunia politik.

Keterkaitan antara media massa dengan komunikasi politik

Media massa dan komunikasi politik memiliki keterkaitan yang erat dan saling mempengaruhi dalam ranah sosial dan politik. Sejak dulu, media massa telah menjadi kekuatan utama dalam membentuk opini, menyebarkan informasi, dan memfasilitasi interaksi antara pemerintah dan masyarakat. Keterkaitan ini menjadi semakin signifikan dalam era globalisasi dan perkembangan teknologi informasi, di mana media massa tidak hanya berfungsi sebagai penyampai berita, tetapi juga sebagai wadah partisipasi publik dan pembentuk agenda politik.

Media massa memainkan peran sentral dalam komunikasi politik dengan menjadi saluran utama bagi pemimpin politik, partai politik, dan masyarakat untuk menyampaikan pesan dan pandangan politik mereka. Berbagai bentuk media, termasuk televisi, radio, surat kabar, dan platform digital, memberikan wadah bagi pertukaran informasi yang mendalam, pemikiran kritis, serta pemberdayaan publik dalam pengambilan keputusan politik.

Seiring berjalannya waktu, peran media massa dalam komunikasi politik telah mengalami transformasi. Hamad (2004:9) menjelaskan bahwa media massa sering menjadi sumber informasi di samping sebagai saluran komunikasi bagi para politisi. 

Cara-cara media menampilkan peristiwa-peristiwa politik dapat mempengaruhi persepsi para aktor politik dan masyarakat mengenai kontrol sosialnya, bersama institusi sosial lainnya, secara persuasif media massa bisa menggugah partisipasi publik untuk ikut serta dalam merombak struktur politik. Melalui fungsi Media massa tidak lagi hanya berperan sebagai pengamat atau pemberi informasi, tetapi juga sebagai arsitek opini publik dan pembentuk agenda politik. Keterlibatan media massa dalam proses politik mencakup pemilihan isu-isu yang diangkat, penyajian informasi, dan pengaruh terhadap persepsi masyarakat terhadap pemimpin politik dan kebijakan publik.

Alasan media massa menjadi kepentingan komunikasi politik

Media massa menjadi kepentingan utama dalam komunikasi politik dengan berbagai alasan yang mendasari peran sentralnya dalam dinamika politik. Beberapa alasan utama tersebut melibatkan pengaruh media massa dalam penyampaian informasi, pembentukan opini publik, dan memfasilitasi partisipasi masyarakat dalam kehidupan politik. 

Menurut Suwardi (2004: xv-xvi) bahwa banyak aspek dari media yang membuat dirinya penting dalam kehidupan politik, pertama, daya jangkaunya (cover-age) yang sangat luas dalam menyebarluaskan informasi publik, yang mampu melewati batas wilayah (geografis), kelompok umur, jenis kelamin, sosial-ekonomi-status (demografis), perbedaan paham dan orientasi (psikografis), dengan begitu suatu masalah politik yang dimediasikan menjadi perhatian bersama di berbagai tempat dan kalangan.

Kedua, kemampuan melipatgandakan pesan (multiplier of massage) yang luar biasa, suatu peristiwa politik bila dilipat gandakan pemberitaannya sesuai dengan jumlah eksemplar koran, tabloid, dan majalah yang tercetak juga bisa diulang-ulang penyiarannya sesuaimkebutuhan. Alhasil pelipat gandaan menimbulkan dampak yang sangat besar di tengah khalayak. Ketiga, tentu saja fungsi agenda setting yang dimilikinya, media memiliki kesempatan yang sangat luas (bahkan hampir tanpa batas) untuk memberitakan peristiwa politik. Sesuai dengan kebijakannya masing-masing, setiap peristiwa politik dapat disiarkan atau tidak disiarkan, yang jelas belum tentu berita politik yang menjadi agenda media merupakan agenda publik juga.

Tantangan media massa sebagai komunikasi politik

Media massa sebagai alat komunikasi politik tidak luput dari berbagai tantangan yang dapat mempengaruhi kualitas dan efektivitasnya. Beberapa tantangan utama yang dihadapi oleh media massa dalam konteks komunikasi politik seperti, bias dan objektivitas, tantangan utama adalah menjaga objektivitas dan menghindari bias politik. Ketika media massa cenderung bersifat bias, baik itu secara kasat mata atau tidak langsung, hal ini dapat merusak kredibilitasnya dan mengurangi kepercayaan masyarakat. Polarisasi media di mana beberapa media massa dapat menjadi semakin ter polarisasi, menciptakan lingkungan di mana masyarakat hanya mendengar sudut pandang tertentu.

Hal ini dapat meningkatkan polarisasi politik dan menghambat pemahaman yang seimbang terhadap isu-isu. Wilson (2005:20) menjelaskan bahwa polarisasi terjadi karena komitmen yang kuat terhadap suatu budaya, ideologi atau kandidat sehingga memecah suatu kelompok dengan kelompok lainnya. Polarisasi membuat suatu kelompok menganggap pandangan dan prinsipnya yang paling benar,sedangkan kelompok yang berseberangan adalah kelompok yang salah pandangan politik dan moralitasnya. 

Yang terakhir ada krisis kepercayaan, masyarakat di banyak negara mengalami krisis kepercayaan terhadap media massa. Skeptisisme terhadap tidak berpihak media atau pandangan bahwa media beroperasi dengan agenda tertentu dapat mengurangi dampak komunikasi politik melalui media massa. Mengatasi tantangan ini memerlukan upaya bersama dari media massa, pemerintah, dan masyarakat. Peningkatan literasi media, promosi etika jurnalistik, dan pelestarian kebebasan pers merupakan langkah-langkah kunci untuk memastikan media massa dapat berfungsi sebagai alat komunikasi politik yang efektif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun