Mohon tunggu...
Fathur Mafianto
Fathur Mafianto Mohon Tunggu... Guru - Guru, penjahit, dan traveller writing

Lelaki yang berhobby jadi penjahit dan ingin mencari ilmu setinggi langit ketujuh.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bingkai Kematian

17 Februari 2020   10:16 Diperbarui: 17 Februari 2020   10:19 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 dunia ini indah bagi aku,
di mana aku lahir menjelma kupu-kupu

setelah kepompong terkelupas
dan kehancuran adalah layar kematian
dari detik ke detik
tanpa menengok abad yang mulai luntur
peradabannya

lama sekali aku menanti belas kasihan ini
di antara duka yang menjadikanku ilusi
meski jurus mantra kupersembahkan utuh
pada kobaran api yang menyala redup
agar ia membuatku selamanya hilang dari
canda tawa

mungkin setelah kusiram darah ini,
Tuhan menghadiahkanku surga
dan membuatkanku sejuta senja
lebih terang dari cahaya api
untuk kembali pada Rahim yang pernah aku singgah

lantas, mengapa neraka terus mengejarku?
barangkali aku tidak welas pada malaikat,
atau pada bunga yang kerap kali bermekaran
memberi keindahan pada mata telanjang ini
entah,
yang pasti, ragaku bukan milikku lagi.
kupersembahkan saja pada api itu

pada puluhan ribu kilo,
aku meretas jadi sebutir abu
dan kematian adalah harapanku, kini.
lepas dari rana duka

Gubuk reyot, 28/7/2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun