Mohon tunggu...
Sukarja
Sukarja Mohon Tunggu... desain grafis, blogger, -

Pemulung kata-kata. Pernah bekerja di Kompas Gramedia. Maskarja.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bangun Ekonomi Tahan Krisis! Rahasia Jokowi Gandeng KH Ma'ruf Amin?

8 September 2018   21:52 Diperbarui: 9 September 2018   05:50 881
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi menerima anugerah dalam acara Global Islamic Finance Awards

Fluktuasi nilai tukar Dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah hingga mencapai level Rp15.000/dolar membuat banyak pihak mengira krisis moneter tahun 1998 akan kembali terulang. Namun, Pemerintah dengan sigapnya menyangkal anggapan itu, dengan memberikan beberapa  argumen yang menyatakan kondisi saat ini tidak sama dengan kondisi 20 tahun silam.

Jika kita melihat ke belakang, saat itu depresiasi rupiah begitu dahsyatnya mengguncang industri perbankan nasional.Perbankan nasional begitu rapuh, kredit macetnya tak tertolong lagi. Bank Indonesia tak sanggup bila harus memberikan bantuan likuiditasnya untuk menyelamatkan perbankan dari aksi penarikan secara besar-besaran akibat hilangnya kepercayaan nasabah.

Namun,  akhirnya diputuskanlah untuk melikuidasi sekitar 16 bank swasta nasional. Industri perbankan, yang diharapkan menjadi motor penggerak perekonomian nasional ternyata tak bisa berbuat apa-apa.

Dari pengalaman krismon 1998 itu, kita melihat beberapa usaha yang nyatanya menunjukkan ketahanannya dalam menghadapi badai krisis ekonomi. Salah satunya, industri keuangan syariah dan juga usaha kecil dan menengah (UMKM).

Kemenkeu.go.id
Kemenkeu.go.id

Menjadikan Indonesia sebagai Pusat Ekonomi Syariah Dunia

Oleh karena itu, pada tahun 2008, Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mencanangkan ekonomi syariah sebagai agenda nasional bangsa, serta  berusaha mewujudkan visi Indonesia untuk menjadi pusat syariah utama di dunia. 

Kemudian upaya SBY ini dilanjutkan oleh Jokowi dengan  membentuk Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 91 Tahun 2016 tentang Komite Nasional Keuangan Syariah.

Berkaitan dengan kondisi ekonomi global yang tidak menentu, pengembangan ekonomi berbasis syariah dan kegiatan usaha UMKM, sudah sepantasnya mendapat perhatian ekstra dari pemerintah. Karena itu, upaya ini sejalan dengan upaya Presiden inkumben Joko Widodo (Jokowi) yang menggandeng KH Ma'ruf Amin sebagai bakal cawapresnya untuk menghadapi  periode kedua kepemimpinanya di Indonesia.

KH Ma'ruf Amin, bukan sekadar tokoh agama yang memimpin Majelis Ulama Indonesia (MUI), bukan pula sosok pimpinan dari ormas Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU). KH Ma'ruf Amin juga dikenal sebagai ketua dewan syariah dari beberapa perbankan syariah di Tanah Air. Bahkan, bisa dibilang KH Ma'ruf Amin punya perananan besar bagi lahirnya bank-bank syariah di Indonesia.

Menggandeng Ma'ruf Amin bisa dianggap sebagai bentuk keseriusan Jokowi mengembangkan ekonomi syariah di tanah air, yang saat ini belum bisa memberikan dampak yang signifikan terhadap ekonomi nasional. 

Jika ekonomi yang dibangun  itu tahan terhadap badai krisis, cita-cita mensejahterakan rakyat akan lebih mudah tercapai. Sebaliknya, berpuluh-puluh tahun kita membangun ekonomi negara, namun semua itu dalam sekejap bisa hancur karena adanya badai krisis yang menyerang tanpa ampun.

Presiden Jokowi menerima anugerah dalam acara Global Islamic Finance Awards
Presiden Jokowi menerima anugerah dalam acara Global Islamic Finance Awards
"Dari 252 juta penduduk Indonesia, 216 juta adalah muslim. Inilah sebuah peluang yang bisa kita manfaatkan untuk mendorong ekonomi syariah berkembang di Indonesia," tutur Presiden Jokowi dalam acara Global Islamic Finance Awards di Ballroom Fairmont Hotel, Jakarta, Kamis (29/9/2016) seperti dikutip di laman Setkab.go.id

sumber:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun