Mohon tunggu...
Suka Adi
Suka Adi Mohon Tunggu... Guru - Penulis Legenda

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pu Anjukladang Penyambung Wangsa Mataram Kuna dan Kerajaan Nusantara (Bagian 2)

13 September 2019   05:34 Diperbarui: 13 September 2019   05:41 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://anjukzone.com

Nganjuk -- Kompasiana -- Membaca isi prasasti peninggalan Pu Sindok, tidak ubahnya membaca sebuah surat keputusan atau peraturan yang dikeluarkan oleh seorang pimpinan. 

Sistematikanya dibuat konsisten, mulai dari latarbelakang, isi, hingga penutup. Seperti konten pada Prasasti Candi Lor, pada bagian pembukaan terdiri dari kalendrik atau penanggalan dikeluarkannya prasasti, raja yang memerintahkan, latar belakang dan tujuan dikeluarkannya keputusan, objek dan subjek dan ditutup dengan upacara dan ancaman bagi siapa saja yang melanggar aturan atau keputusan.

 Hanya saja, bila pada surat keputusan yang dibuat oleh seorang pimpinan di jaman modern dipungkasi dengan kalimat, "sesuai hukum yang berlaku" dan  dalam peraturan dipungkasi ancaman hukuman penjara dan atau denda, tapi dalam prasasti Candi Lor ditutup dengan sapatha atau kutukan.

Berikut adalah sapatha atau kutukan Raja Medang Pu Sindok kepada siapa saja yang tidak menepati perintah raja, penulis sajikan secara rinci dari isi Prasasti Candi Lor. 

Mulailah Sang Makudur memegang ayam, lalu memotong lehernya berlandaskan kalumpang. Disusul dengan membanting telur ke atas batu sima sambil mengucapkan sumpah, agar watu sima tetap berdiri kokoh. 

Demikian ucapan Makudur: "Berbahagialah hendaknya Engkau semua Hyang Sri Haricandana, Maharesi Agasti, yang menguasai timur, selatan, barat, utara, tengah, zenith, dan nadir, matahari, bulan, bumi, air, angin, api, pemakan korban, angkasa pencipta korban, hukum, siang, malam, senja.

Anda semua yang menjaga kerajaan, para raja di Medang Bhumi Mataram di Megaluh ......... engkau yang berinkarnasi memasuki segala badan. Engkau yang dapat melihat jauh dan dekat pada waktu siang dan malam, dengarkanlah ucapan kutukan dan sumpah kami... Jika ada orang jahat yang tidak mematuhi dan tidak menjaga kutukan yang telah diucapkan oleh Sang Wahuta Hyang Makudur. 

Apakah ia bangsawan atau abdi, tua atau muda, laki-laki atau perempuan, wiku atau rumah tangga, patih, wahuta, rama, siapapun yang merusak lemah sawah kakatikan dan atau Anjukladang sebagai sima yang telah diberikan kepada Samgat Pu Anjukladang, semata-mata sebagai persembahan kepada bhatara Sang Hyang Prasada Kabhaktyan di Sri Jayamerta untuk selama-lamanya, maka mereka akan terkena karmanya.

Bunuhlah olehmu hyang, ia harus dibunuh, agar tidak dapat kembali di belakang, agar tidak dapat melihat ke samping, dibenturkan di depan, dari sisi kiri, pangkas mulutnya, belah kepalanya, sobek perutnya, renggut ususnya, keluarkan jeroannya, keduk hatinya, makan dagingnya, minum darahnya, lalu laksanakan. Akhirnya habiskanlah jiwanya. Semoga dikoyak-koyak badannya oleh para dewa, dicaplok harimau bila masuk hutan, dimakan buaya bila mandi di sungai, disambar petir bila hujan, dipathuk ular berbisa. disiksa dewa maut, dimasukkan dalam bejana penyiksaan (tamragomukha) di neraka nanti bila sudah mati.

Cuplikan sapatha ini sebagaimana ulasan transliterasi Prasasti Candi Lor sebagai berikut:

Sisi Depan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun