Mohon tunggu...
Akhmad Sujadi
Akhmad Sujadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Enterpreneur

Entepreneur

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Jejak Perkeretaapian Aceh dan Mimpi KA Kecepatan Tinggi Pertama Indonesia di Serambi Mekah

2 Oktober 2014   22:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:36 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_363435" align="aligncenter" width="640" caption="kereta api perintih di Aceh (foto: seputaraceh.com)"][/caption]

Oleh: Akhmad Sujadi

Sejarah Perkeretaapian di Indonesia telah meninggalkan jejak perkeretaapian di tanah rencong, Propinsi Aceh, di Pulau Sumatera. Nasib perkeretaapian di Propinsi paling barat Indonesia ini berbeda jauh dengan perkeretaapian di Jawa yang berkembang pesat. Jawa dengan penduduknya yang sangat padat memerlukan transportasi KA, sedangkan Propinsi Aceh penduduknya tidak sebanyak kota-kota di Jawa, apalagi setelah berkurang akibat konflik dan bencana tsunami, sehingga transportasi KA di Propinsi Aceh belum mendapat perhatian dan prioritas pemerintah untuk dibangun kembali.

Sebenarnya jejak pembangunan perkeretaapian di Propinsi Aceh tidak berselang lama dengan pembangunan perkeretaapian pertama di Indonesia yang diawali di Jawa Tengah dengan pembangunan rel KA antara Semaranggudang-Tanggung sepanjang 26 km. Pencangkulan perdana rel KA di Indonesia yang dimulai pada tanggal 17 Juni 1864, adalah merupakan tonggak sejarah pembangunan perkeretaapian di Indonesia.

Perkeretaapian di Propinsi Aceh dibangun pada tahun 1884, hanya selisih 20 tahun setelah perkeretaapian di Indonesia lahir. Rel membentang mulai dari Ulhelee di bibir pantai barat Kota Banda Aceh. Lalu Stasiun Kutaraja, tepatnya di depan Masjid Raya Baiturrahman Kota Bandan Aceh. Letak Stasiun Kutaraja yang persis di depan Masjid Raya Baiturrahman, kini tinggal kenangan yang ditandai dengan sebuah tugu kecil setinggi sekitar 1 meter, yang menandakan pernah ada stasiun KA di Banda Aceh. Meskipun Masjid Raya Baiturrahman berdiri megah, Stasiun Kutaraja tinggallah kenangan saja.

Tugu penanda Stasiun Kutaraja dibangun kembali pasca bencana tsunami melanda Propinsi Aceh pada 2004. Tim BRR (Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi) Aceh pasca tsunami membangun tugu sebagai tanda pernah ada perkeretaapian di Aceh. Lahan perkeretaapian bekas Stasiun Kutaraja saat ini dimanfaatkan oleh Pemerintah Kota Banda Aceh untuk ruang terbuka hijau, utamanya penghijauan kota, sehingga lingkungan di depan Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh menjadi hijau dan asri.

Selain di lokasi depan Masjid Raya Baiturrahman Kota Banda Aceh, ada beberapa lahan perkeretaapian pasca tsunami yang disewa beberapa pengusaha, salah satunya lahan yang saat ini sudah menjadi pusat perbelanjaan modern, Mall Barata. Mall yang terletak hanya beberapa ratus meter dari Masjid Raya Baiturrahman itu, dulunya bekas Depo Lokomotif. Saat ini di depan Mall juga dipajang sebuah lokomotif uap dan gerbong buatan tahun 1912, sehingga setidaknya jejak perkeretaapian di tanah rencong masih ada. “Meskipun hanya ditandai sebuah tugu, lokomotif uap dan satu gerbong sebagai saksi bisu sejarah perkeretaapian di bumi serambi Mekkah, setidaknya lokomotif itu dapat dijadikan bukti sejarah masa lalu di Propinsi Aceh.”

Rel kereta api di Propinsi Aceh menghubungkan Kota Banda Aceh ke arah timur menuju Besitang dan tersambung ke Kota Medan, Sumatera Utara. Rel KA di Propinsi Aceh menelusuri kota-kota pesisir utara Pulau Sumatera. Sedangkan untuk ke arah barat hanya menghubungkan ke Pelabuhan Ulhele sepanjang 4 km. Dulu di Propinsi Aceh masuk wilayah Inspeksi 14 Aceh. Lintasnya meliputi Stasiun Kutaraja sampai dengan Besitang, yang berbatasan langsung dengan Divisi Regional I Sumatera Utara. Panjang relnya 485, 9 km.

Pada masa silam, Perkeretaapian di Propinsi Aceh merupakan bagian dari Divre I Sumatera Utara dan berdiri sebagai Kantor Inspeksi 14 Aceh. Kantor Pusat Inspeksi 14 Aceh ini beralamat di Jalan Iskandar Muda nomor : 2, Banda Aceh. Saat ini Kantor tersebut telah kembali ke pangkuan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) - PT. KAI sejak tanggal 24 April 2011, berkat perjuangan generasi pertama yang ditempatkan di Propinsi Aceh oleh Direksi pimpinan Ignasius Jonan, yang menjabat Dirut sejak 25 Februari 2009.

Untuk mendapatkan kembali Kantor PT. KAI Esk Kantor Inspeksi 14 Aceh di Jalan Iskandar Muda no 2 Banda Aceh, tidak mudah. Perlu perjuangan heroik, penuh kepahlawan yang dilakukan teman-teman kereta api yang ditempatkan di Propinsi Aceh, yang sejak tahun 2009 untuk merintis pendataan dan pengambilalihan serta pengusahaan aset perkeretaapian di Aceh dengan dibentuknya UTP. Pengusahaan Aset Aceh.

Sejak ditutupnya operasi KA di Propinsi Aceh, secara berangsur-angsur, sebagian asetperkeretaapian dikuasai masyarakat dan pemerintah setempat, namun sebagian masih dapat diselamatkan. Maklum sudah dua puluh tahun lebih tidak diurus, sehingga ketika melihat lahan perkeretaapian yang seolah-olah tidak ada yang menguasai, terlantar dan kumuh, lahan itu dimanfaatkan oleh pemerintah setempat untuk pelebaran jalan, bangunan perkantoran, ruko, kios-kios dan penghijauan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun