Candaan seorang pejabat bisa saja dimaklumi, tapi konsekuensinya jangan disepelekan. Kata-kata, apalagi dari orang yang memegang kuasa atas anggaran negara, punya bobot lebih berat dari angka-angka di tabel Excel. Kata bisa jadi doa, bisa juga jadi luka. Dan dalam hal ini, yang terluka bukan hanya guru dan dosen, tapi juga martabat pendidikan kita. Sebab ketika pendidik dianggap beban, itu sama saja mengirim pesan: ilmu pengetahuan tak lebih penting daripada angka-angka di neraca keuangan.
Jadi, mari kita balik pertanyaannya. Jika guru beban negara, lantas siapa yang sejatinya selama ini membebani bangsa? Apakah guru yang gajinya pas-pasan, atau justru birokrasi yang gemuk dan penuh proyek siluman? Apakah dosen yang sibuk riset dengan dana minim, atau pejabat yang sibuk plesiran atas nama studi banding? Apakah mereka yang mengajar dengan dedikasi, atau mereka yang tertawa sambil bercanda di atas penderitaan profesi itu?
Jawabannya jelas. Guru bukan beban. Guru adalah investasi, meski sayangnya negara sering memperlakukan mereka seolah hanya beban belanja rutin. Kalau bangsa ini ingin maju, mulailah berhenti menjadikan pendidik sebagai bahan lelucon. Karena tanpa guru, kita semua hanyalah sekumpulan angka yang bahkan tak bisa menghitung dirinya sendiri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI