Dalam menghadapi tantangan ini, diperlukan inovasi dalam sistem budidaya perikanan. Teknologi seperti biofilter untuk membersihkan air budidaya dan penggunaan pakan berkualitas tinggi yang ramah lingkungan dapat membantu mengurangi risiko kontaminasi.Â
Selain itu, pengembangan alternatif sumber omega-3 seperti minyak alga juga bisa menjadi solusi untuk mengurangi ketergantungan pada ikan yang berisiko tercemar.Â
Contoh alternatif sumber omega-3 adalah yang dilakukan oleh tim Teknologi Bioproses Teknik Kimia Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta (Suhendra, 2024, https://www.youtube.com/watch?v=SrkJ65lYCJY dan https://www.youtube.com/watch?v=TKJsvTtWneA&t=97s). Tim tersebut terinspirasi proyek produksi omega-3 dari mikroalga laut oleh Evonik, Jerman dan DSM, Belanda dengan nilai investasi awal tahun 2017 lalu sekitar 200 juta Euro (sekitar 3 triliun rupiah).
Dukungan pemerintah dalam hal ini sangat penting. Penguatan regulasi terhadap praktik budidaya, pengawasan mutu, dan edukasi kepada petani ikan dapat menjadi langkah awal.Â
Di sisi lain, konsumen juga perlu lebih cermat dalam memilih produk perikanan, memastikan asal-usul ikan, dan mendukung program yang mendukung keberlanjutan ekosistem.
Kualitas ikan air tawar perlu menjadi perhatian utama di tengah program pemerintah untuk meningkatkan gizi masyarakat. Dengan langkah-langkah pengawasan yang ketat dan inovasi dalam budidaya, kita dapat memastikan bahwa ikan tetap menjadi sumber gizi yang aman dan berkualitas bagi generasi mendatang.
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI