Mohon tunggu...
halubĀ©
halubĀ© Mohon Tunggu... Mahasiswa - Puisi, Cermin, Cerpen, dan Refleksi.

Pencarian dan keyakinan, berteman dekat, sampai kapan pun, selalu ada hal-hal yang membanggakan bagi setiap yang yakin

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Etika Penglihatan Pangandaran

3 Juli 2023   17:39 Diperbarui: 3 Juli 2023   17:51 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ā  Ā .

Ā  Ā Pangan daharan, tempat mencari nafkah. Andar-andar, pelancong. Siapa yang tidak pelancong di dunia nan fana ini? Karena kedekatan tempat tinggal dengan laut, maka terbentuklah karakter, "Melautlah untuk mencari nafkah."

Ā  Ā Susah senang sudah biasa menghiasi kehidupan seorang, dua orang, tiga orang, bahkan banyak orang---seluruh orang, kecuali yang rida, ketika susah datang dianggap bukti cintaNya, maka susah tak lain seperti senang.

Ā  Ā Dataran kuat lagi kokoh yang menjorok ke laut dipercaya sebagai penahan gelombang ombang ketika sedang mengganas. Namun sayang beribu sayang, yang disayang sayang akhirnya terenggut oleh perompak, sebab tak mau menjual sumber daya alam yang ada.

Ā  Ā Bukan karena tamak, tapi lebih karena masa-masa itu adalah masa paceklik yang sulit untuk mendapatkan bahan pangan. Seorang anak dari semak belukar melihat keganasan kenyataan terjadi.

Ā  Dadanya bergemuruh, matanya menyala, hidungnya kembang kempis, sebab di sana seluruh keluarganya dibantai. Pangandaran tak lagi sama. Anak itu tetap menyimpan dendam kesumatnya.

Ā  Ā Hari-hari berlatih terbentuk alami pada dirinya. Pergilah dia ke selatan hutan Sukapura. Seorang pengembala satu banteng jantan, tiga ekor sapi betina, dan beberapa rusa sedang sibuk-sibuknya mengurus seluruh hewan-hewannya.

Ā  Ā Kedatangan anak itu jelas diketahui oleh pengembala. Tanpa menoleh sedikit pun ke arah anak tersebut dia berucap. "Perompak itu, seluruhnya akan mati mengenaskan dengan kedua tanganmu, tak lama lagi." Sontak anak itu tersenyum sambil meneteskan air mata tanpa terisak.

Ā  Ā Rentang waktu mengukirkan etika pada anak itu:

Ā  Ā 1. Mengucapkan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun