Awal Maret 2025 ini langit mendung mengirim guyuran air untuk banyak kawasan di tanah air, merata, tanpa pilih kasih. Akibatnya terjadi 'banjir bandang' pada sejumlah tempat, banjir yang sangat deras dan melimpas. Sungai dan anak-anak sungai tak mampu menampung. Beberapa bagian Jabodetabek terkepung bah.
Kata 'bandang' menggambarkan banjir yang datang tiba-tiba dengan debit air besar dan mengalir deras, tak terduga-duga datangnya. Banjir itu menghanyutkan menyebabkan korban jiwa dan kerugian harta.
Beberapa lokasi kondisi jalan dan jembatan ambles. Bersamaan dengan itu banyak fasilitas umum, antara lain mal, pasar, stasiun, permukiman, lahan terbuka, hingga ruas aspal, terendam
Di wilayah Kabupaten Bogor dua hari berturut turut, yaitu 2 dan 3 Maret 2025, banjir bandang melanda Cisarua - Kawasan Puncak, kemudian Kecamatan Cileungsi. Beberapa kecamatan lain pun terimbas bencana yang sama, antara lain Cisarua, Babakan Madang, Cibinong, Cileungsi, Gunung Putri dan lainnya.
*
Media cetak dan elektronik (radio-tv dan online) sibuk melaporkan kejadian itu. Memajang para reporternya di tengah genangan. Fokus laporan tentang aneka peristiwa dengan latar belakang mengapa banjir bandang hrus terjadi.
Di media sosial, netizen menyikapinya dengan rasa terkejut, sedih, marah, atau sekadar geli. Tidak sedikit yang merasa biasa-biasa saja. Kelompok oreang yang terakhir itu dipastikan jenis orang yang hidup tanpa empati. Atau mereka yang terlalu sibuk dengan urusan diri sendiri. Karena tidak terimbas banjir, dan tidak kehilangan apapun atas banjir bandang itu.
Namun ada pula netizen yang lebih suka menyoroti mengenai gaya para penjabat ketika meninjau lokasi banjir.
Ada yang memilih melakukan peninjauan dengan menaiki perahu karet dan naik helikopter. Pilihan itu diwakili oleh Wakil Gubernur dan Gubernur DKI Jakarta.
Tapi ada pula yang memilih berjalan kaki untuk bertemu dengan warga masyarakat terdampat. Pilihan ini diwakili Wakil Presiden dan Presiden. Ada yang menyebut cara tersebut dengan ungkapan lama (mungkin orang-orang yang sama yang berpendapat serupa terhadap Presiden ke 7), yaitu 'pencitraan'.