Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Santukaka Channel, Komedi Situasi dan Hiburan Cerdas Anak-Anak Poso

10 Desember 2021   10:50 Diperbarui: 10 Desember 2021   10:55 7563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image caption - Ilustrasi syuting komedi situasi/dokumenter di luar studio yang melibatkan anak-anak - dinkominfo.purbalinggakab.go.id

Beruntung kita tinggal di Indonesia, negeri yang kaya-raya akan keberagaman. Bahasa dan keunikan daerah terkait dengan adat-budaya misalnya, sangat menarik untuk diungkap. Divideokan, diaudio-visualkan. Menjadi konten media audio-visual, media online maupun media sosial. Selain media televisi. Dijadikan materi edukasi maupun hiburan.

Rasa beruntung itu muncul dalam diri saya setelah melihat sebuah konten Youtube berupa komedi situasi anak-anak. Saya mendapatkannya dari salah satu grup WA. Sitcom itu berbahasa Indonesia tidak baku. Dengan logat-dialek serta rasa bahasa masyarakat Sulawesi Tengah. Hiburan cerdas itu dibuat Santukaka Youtube Channel.

*

Salah satu materi yang saya tonton berjudul, "Pesan kepada ibu-ibu dan para calon ibu". Titik- tolak pembicaraan mengenai kue "angus", gosong/hangus. Garis besar cerita, sindiran anak-anak kepada para ibu yang suka memberi kue angus kepada anak-anaknya.

Cerita dimulai dari pengakuan bocah Rivan yang merasa sakit hati. Hari itu ia diberi kue gosong oleh ibunya. Mengutip kata Bu Guru, anak-anak perlu makanan bergizi agar tumbuh sehat dan cerdas. Pemberian kue hangus tentu tidak mendukung program tersebut. Dalih Rivan.

Seorang teman sepantaran, Kristin, setuju pendapat itu. Rivan menambahkan. Kue yang bagus untuk tamu. Kristin punya ide sebagai jalan keluar, yaitu bertamu ke rumah tetangga pada jam-jam makan. Rivan tidak setuju. Ia kembali pada keluhan semula. "Itulah kebiasaan buruk ibu-ibu. Tidak pernah ada ceritanya bapak-bapak memberi kue angus. . .!"

Kristin mulai kesal, ia merasa Rivan mulai "bapancing-pancing" kemarahannya. . . . Terkait dengan dialog soal kebiasaan ibu-ibu, Rivan bertanya: "Kalau besar nanti, kamu mau jadi ibu-ibu atau bapak-bapak, Kristin?" Kristin menjawab, dengan nada sangat percaya diri, "Jadi ibu-lah. . .!"

Jawaban itu membuat Rivan beranjak dari duduknya, sambil berujar sinis; "Nah, pasti kau kelak juga akan memberi "kue angus" kepada anak-anakmu." Seketika Rivan berlari, dan Kristin mengejarnya. Sumber 1/

Komedi berdurasi 4 menit 29 detik itu coba mengotak-atik logika pembicaraan demi efek lucu. Sebagian besar berhasil. Kelucuan lain, bukan hanya dari materi dialog, melainkan juga dari logat, warna suara, dan ekspresi wajah mereka. Dua anak saja pemeran dalam episode ini.  

Dibandingkan episode lain (yang hampir selalu menampilkan 6 anak pemeran sekaligus), pengambilan gambar serta penggarapan editing audio-video cerita ini relatif lebih mudah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun