Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Momentum Minta Maaf: Lebaran dan Saat Perilaku Buruk Diviralkan

17 Mei 2021   13:47 Diperbarui: 17 Mei 2021   14:36 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
si pegumpat ke polisi minta maaf - hai.grid.id

*

Kalau mau segera beken sangat banyak jalannya. Begitulah, sadar atau tidak sadar cara orang berperilaku. Salah satunya yaitu marah-marah, memaki, dan kalau perlu menantang berkelahi petugas. Tunjukkan sikap jagoan yang tak kenal takut. Sebab seketika akan diunggap orang di media sosial. Dan pasti segera terkenal. Beken, keren. Terkenal, tapi cemar.

Sebab pasti para netizen segera mencari-cari platform di media sosial orang yang bersangkutan, dan akan dihujani dengan caci-maki yang sadis melebihi omongan kasar apapun yang pernah dilontarkan si pemudik.

Akan halnya "para tukang shooting" (pada penyekatan arus mudik/balik) mungkin saja mereka para profesional. Mungkin mereka bekerja khusus untuk mencari "konten panas" untuk platform media sosial mereka. Tujuannya jelas komersial, agar jumlah follower /subscribe bertambah banyak dalam waktu singkat. Untuk itu mereka mencuri-curi kesempatan memviralkan kelakuan buruk siapapun yang dijumpai.

*

Diberitakan media mengenai video kelakuan seorang ibu sempat viral karena mengumpat petugas dengan kata-kata kasa. Ia bahkan mengaku keluarga polisi. Akhirnya ia (dan suaminya) meminta maaf sambil menangis terisak.

Permintaan maaf disampaikan si ibu beserta pria (yang diduga suaminya), di Polres Sukabumi , Ahad (16/5/2021). Sosok polisi lalu lintas yang saat itu mendapat umpatan tak senonoh pun dihadirkan.

Mengapa menangis? Mungkin baru disadarinya gara-gara tindakan ceroboh spontan menjadi rusak reputasinya sebagai muslimah yang taat agama, yang cinta keluarga, yang sopan-saantun pada tetangga dan sahabat, yang tidak mau menghina/mencaci-maki orang lain karena kelakuan buruk itu bakal kembali pada dirinya sendiri. Hancur. Dan orang-orang jadi tahu belaka watak aslinya.

Kejadian serupa terus berulang, dalam momentum dan waktu yang berbeda.  Tetapi agaknya tak banyak dari kita yang mampu memetik hikmahnya. Wallahu a'lam. ***

Cibaduyut, 17 Mei 2021 / 5 Syawal 1442
Sugiyanto Hadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun