Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ramadan Sibuk Meski di Rumah Saja

28 April 2021   01:19 Diperbarui: 28 April 2021   01:27 872
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi persiapan melukis - edukasi.kompas.com

*

Menulis, Terperosok

Ya, tentu kuliah di publisistik tantangan pertama yaitu menulis. Dulu pernah dengan menulis tangan. Lalu berubah menggunakan mestik tik. Lama sekali, menggunakan sepuluh jari. Dengan tekanan dan ritme tertentu. Terasa merdu suara mesin tik di telinga, kala hari lewat tengah malam. Saat sunyi menyergap apa saja. Bahkan juga pikiran dan hati.

Ketika mahasiswa masih menulis cerita anak-anak. Tentu di tabloid, koran, serta majalah anak-anak. Untuk tabloid lokal, sebagai sisipan koran minggu. Menulis cerpen. Sesekali novelet. di tabloid lokal dua kali cerbung, alias cerita bersambung. Dua kali pula nevelet penulis dijadikan komik oleh majalah anak-anak nasional.

Lulus kuliah, lalu bekerja, sangat kebetulan pekerjaan sehari-hari juga menulis. Meski itu di media audio-visual. Alhasil, kreativitas menulis fiksi berkurang, bahkan terhenti dengan sendirinya. Apalagi penempatan kerja memang di pelosok. Meski ibukota provinsi. Kios koran dan majalah tidak sebanyak dan semudah didapat di kota provinsi sebelumnya.

Baru setelah pindah kembali ke ibukota provinsi yang dekat dengan ibukota negara, gairah menulis kembali muncul. Meski agak lama, dan tersendat, tidak seproduktif dulu sebelum bekerja. Dan baru setelah kenal media sosial, menulis kembali rutin dan lebih sekadar hobi, meski secara finansial tidak memadai, sangat menantang untuk terus digeluti. 

Menulis sangat menyenangkan dilakukan saat di rumah saja. Tempatkan meja di dekat jendela. Tempatkan mesin laptop di situ. Di luar jendela tata taman kecil ala kadarnya. Sepulang tarawih segera sediakan minuman (teh atau kopi) serta camilan. Rokok tidak perlu lagi, sudah lama berhenti. Lalu mulailah menulis, dan terus menulis. Diselingi tidur, salat subuh berjamaah di masjid, mendengar tausyiah. Lalu diterusnkan menulis.

Ramadan terasa pendek saja waktunya bila kita sudah terperosok pada hobi menulis. Apa boleh buat?

*

Dari Olahraga hingga Dunia-Akhirat

Tentu masih banyak kegiatan lain yang boleh dilabeli "aktivitas di rumah saja", dan "tidak  kemana-mana" salama Ramadan. Salah satu, yaitu berhahahihi dengan teman facebook dan WA. Kadang pasif, sebab banyak teman yang lumayan rajin mengunggah lelucon (tulisan maupun gambar). Hasil karya sendiri, atau dari medsos sebelah. Sesekali mengucap selamat ultah pada orang yang berultah, atau ikut berduka-cita kepada keluarga yang salah satu anggota keluarganya meninggal dunia . Mengomentari ini dan itu atas kondisi atau kegiatan teman yang diunggah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun