Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Hasil Hitung-hitungan Jokowi, Sebuah Langkah Menepis "Grusa-Grusu"

1 April 2020   20:19 Diperbarui: 1 April 2020   21:39 859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
visualisasi meghindari penyebaran virus corona

Hidup ini hitung-hitungan. Kadang disebut pula sebagai perhitungan. Dalam langkah-langkah orang bermain catur ada yang disebut langkah pembukaan. Kemudian diikuti dengan serangan, dan diakhiri dengan skakmat.

Kalau orang awam pada permainan catur akan cepat tergiur umpan dan pengorbanan lawan. Tergiur harapan palsu. Padahal semua itu tak lebih dari racun yang mematikan. Dan terbukti kemudian hitung-hitungan Jokowi lebih memadai.

Oya, sebelum lanjut. Tulisan ini masih berkisar virus yang menggerus akal sehat, dan bahkan kewarasan. Namanya Corona. Orang beramai-ramai menyatakan harus begini, mesti begitu, tak ada pilihan lain kecuali begono, dan seterusnya. Tanpa argumentasi jelas, bernas, apalagi cerdas.

Hanya berdasarkan persangkaan, dugaan, dan perasaan. Siapapun yang memberi saran, usul, masukan, dan bahkan ancaman; tentu diterima dengan tangan terbuka. Semua jerih payah warga yang memberi usulan ditampung. Keputusan ada di tangan Pemerintah Pusat.

Yang mengherankan mereka (para pengusul) seolah tahu betul sebelum sesuatu terjadi. Kesannya jadi mengancam, menggurui, sok tahu, dan mendahului Tuhan. Padahal jangan-jangan mereka minim hitung-hitungan yang menyeluruh dan komprehensif.

*

Jokowi, betapapun dan bagaimanapun adalah seorang Presiden -dengan 260 juta lebih rakyat yang harus diurus dan diselamatkan (sesuai amanah sebagian dari mereka)-. Hitung-hitungan itu mutlak perlu, hitung sematang-matangnya, "ojo grusa-grusu" (jangan tergesa-gesa/gegabah), tenang, sabar, fokus, dan tunggu momentum terbaik.

Soal itu, jadi ingat pada capres lalu yang mengaku sendidri telah berlaku "grusa-grusu". Malunya bakal tak terobati sepanjang sejarah hidup. Padahal rival tidak ikut-ikutan mempermalukan, apalagi mengungkit-ungkit seputar rasa malu itu.

Hal lain, Jokowi itu tidak sendirian. Tidak karena maunya sendiri, alias "sak karep udele dewe" dalam mengambil keputusan. Ia taat azas, disiplin pada komitmen, mengambil yang terbaik dalam memutuskan, tidak otoriter, cerdas, dan punya insting mumpuni dalam urusan mengeksekusi. 

Jadi alangkah naf orang yang menganggap terkait penyebaran virus Corona Jokowi tidak bekerja dalam regu, tidak bekerja pada suasana demokratis, tidak menghargai pendapat lawan politik, dan seterusnya.

Orang-orang di sekeliling Jokowi sebagian besar orang-orang pilihan. Tentu tidak sepenuhnya Jokowi mampu menilik seluruh isi hati mereka. Tetapi kalau memang ada pembantunya yang cuma manis di bibir -padahal culas- segera dilengserkan secara baik-baik, tidak pula dimusuhi dan dibuka aibnya. Itu sebabnya sejumlah mantan dengan diam-diam memantapkan diri menjdi oposisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun