Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

(Cerita untuk Anak) Sekolah Karmin

19 Januari 2020   22:01 Diperbarui: 19 Januari 2020   22:01 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kampung kumuh di kolong jalan tol

Senin pagi Karmin sibuk seperti anak-anak lain. Ia mempersiapkan diri untuk masuk sekolah. Setelah mandi di kamar mandi umum, lalu berganti pakaian dan mempersiapkan piranti lain.

Ramli dan Todi tertawa saja. Keduanya mengintip di balik selimut bergaris. Mereka masih bermalas-malasan di atas tempat tidur kayu, dengan kasur kapuk tipis. Tak lama keduanya terbangun.

"Sekolahmu masuk jam berapa, Min?" tanya Ramli sambil menahan tertawa.

"Jam tujuh. . . .!"

"Nama gurumu Abah Sabar 'kan?" sambung Todi dengan suara mengejek.

Karmin menoleh dan tersenyum. Wajahnya hitam, rambut mulai memanjang keriting, tapi senyumnya manis sekali. "Ya, sesekali saja Abah Sabar mengajar. Yang sering Bu Lela, Mang Dul, serta Tante Pratiwi. . . . .!"

"Mereka mengajar apa?" tanya Ramli lagi.

"Banyak. Seperti sekolah yang lain. .. . . ."

"Bukankah mereka bukan guru? Mereka hanya pemulung, tukang parkir, dan tukang lotek? Apa mereka bisa memberi ilmu?"

Karmin tidak menanggapi, hanya tersenyum kecut seperti membenarkan. Ia tidak tersinggung. Sekolah baginya merupakan cita-cita yang terputus. Dulu ia sampai kelas 3. Tapi dikeluarkan sekolah karena tidak bisa bayar uang buku dan seragam. Setelah itu ia menjadi pemulung untuk membantu orangtua.

Itu sebabnya ia suka bersekolah, meski pengajarnya bukan guru yang sebanarnya. Ia tidak malu. Ia mengikuti apa kata Abah Sabar. Ia bilang sekolah itu artinya belajar. Dan belajar bisa di mana saja, bisa tentang apa saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun