Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menulis dan Membukukan, Kenangan untuk Thamrin Sonata

4 September 2019   00:06 Diperbarui: 4 September 2019   03:38 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buku keroyokan yang disunting Pak TS yang saya ikuti, yaitu (In)Toleransi (2017), dan Belajarlah, Indonesia (2019).

Pada penyuntingan buku kedinasan di atas, (karena dikejar tenggat) selama 5 hari pada akhir 2018 saya berkutat dengan laptop di rumah Pak TS. Saya menyaksikan betul semangat dan ketekunannya di depan laptop. Tidak tampak ada kendala kesehatan. Ya, kecuali bila berjalan agak jauh. Ia sesekali berhenti untuk mengambil nafas. Kami berjalan sambil ngobrol, dan itu pasti menganggu pernafasannya.

*

Apa yang tercatat dalam ingatan saya mengenai seorang TS, yaitu orang yang mudah berteman, rendah hati, dan sederhana. Dengan memperhatikan detil saat bercerita, saya kagum pada daya ingatnya. Dan itu berbanding lurus dengan kecepatannya dalam menulis.

Tentu saja ia bukan mansuia sempurna. Kalau ada orang yang membencinya, dan membuatnya sakit hati ia tidak membalas denbgan memperlihatkan ke-aku-annya. Memperlihatkan sikap bermusuhan pun tidak.

Senyum dan tawanya saja yang masih tetap sama lebar. Rambut masih tebal, kacamata baca sesekali saja dipasang, dan setia dengan kaos oblong, serta sesekali diangkap dengn kemeja yang kancingnya dibiarkan tak terkunci.


Banyak kenangan mengenai Pak TS, dan tiap Kompasianers (terlebih yang telah menerbitkan buku sendiri di Peniti Media) dipastikan punya kesan mendalam pula. Karenanya, mari kita wujudkan cita-cita Pak TS dalam puisinya "Enam Lima". Mungkin bukan hanya tambah lima, tapi sepuluh, dua puluh, atau lebih. Umur dalam aktivitas berliterasi, tak pernah padam.

*

Penutup, izinkan saya mengulang tulisan Muamar Sidik, Mahasiswa STAI Haji Agus Salim -- Cikarang, tentang pembicaraan Pak TS dalam "Pelatihan Menulis Novel Bareng Thamrin Sonata" di Kota Bekasi, pada 16-2-2018, sbb. :

"Jika kita ingin menjadi penulis yang baik maka kita harus menjadi pembaca yang baik, sebab tidak ada sekolah menulis, yang ada berbagi pengalaman menulis. Maka menulislah senulis-nulisnya. Dalam dunia seni, termasuk sastra di dalamnya tidak ada kata salah dan benar. Yang ada indah dan tidak indah, bagus dan tidak bagus".

Itu saja. selamat jalan, Pak Thamrin Sonata. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Allahummagfirlahu warhamhu waafihi wafuanhu. Al-fatihah. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun