Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Wisata Ramadan, Masjid Raya Bandung, dan Kenyamanan

16 Mei 2019   22:55 Diperbarui: 16 Mei 2019   22:56 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
masjid raya bandung dan suasana sekelilingnya/travelingyuk.com

Berwisata pada bulan Ramadan tentu berbeda maksud dan tujuannya dibandingkan dengan wisata pada bulan-bulan lain. Pada bulan lain orang berwisata untuk mencari hiburan, refreshing, bersenang-senang, mencari suasana baru di pantai-gunung-danau atau lokasi yang khas lainnya.

Bahkan pada bulan di luar Ramadan ada sebutan wisata kuliner. Seenak apapun hidangan yang ditawarkan, bahkan semurah apapun harganya, wisata jenis inipasti dijauhi. Bahkan kalaupun ditawarkan malam hari.

Selain kegiatan umroh, yang sebagian waktunya juga untuk berwisata; wisata perjalanan lain agaknya belum terlalu dikenal dan diminati. Ini peluang bissnis yang sangat baik. Meski tentu harus dikelola yang sesuai dengan kebutuhan orang berwisata pada satu hal, tetapi puasanya tidak terganggu. Bahkan kalau bisa lebih khusuk, lebih bernilai ibadah dan muamalah..

*

Terdengar aneh juga ketika ada seorang muslim yang berencana melakukan wisata pada bulan Ramadan. Wisata itu 'kan berarti ke pantai, ke gunung, atau ke obyek-obyek lain yang menarik. Tapi jangan salah, cara berwisata saat ini lebih bervariasi, lebih lengkap, dan banyak pilihannya.

Bila pada bulan-bulan lain ada sebutan wisata religi, maka pada bulan Ramadan pun jenis wisata serupa mestinya makin berkembang. Sangat bagus bila jenis wisata itu dikembangkan lebih spesifik khas wisata Ramadan. Sudah ada penyelenggaranya? Mungkin sudah ada, tapi memang belum popular.

Kalau di sekitar kita memang belum ada penyelenggaranya kenapa tidak berinisiatif membuat wisata sendiri saja, bisa satu keluarga, atau satu komunitas peserta arisan misalnya. Pengelolaannya bisa dilakukan secara mandiri. Kalau jumlah pesertanya cukup banyak maka masalah transportasi, catering, seragam, spanduk wisata, dan atraksi wisata dapat dilakukan bersama-sama.

Transporasi bisa menggunakan angkutan umum. Kalau mau lebih nyaman ya dicarter, tapi kalau ongkosnya mau murah ya naik angkutan sendiri-sendiri saja. Akan lebih murah menggunakan motor sendiri-sendiri. Asalkan jaraknya tidak terlalu jauh -dan dapat ditempuh dalam waktu yang relatif cepat- lokasi wisata religi swadaya ini pasti lebih menyenangkan. Soal lain-lain pun bisa dimusyawarahkan bersama. Berwisata dengan nuansa bersilaturahim pula. Syukur-syulur ada donator yang menyodorkan kedermawanannya untuk membantu. 

Dengan begitu biaya murah-meriah sudah tercapai. Para keluarga sederhana, biasanya keluarga muda, tidak perlu takut berwisata model begini.

*

Tiap kota punya tujuan wisata religi, dan lebih khusus wisata Ramadan masing-masing. tidak mudah dibandingkan mana yang lebih memadai, dan lebih siap, untuk menerima para wisatawan, meski itu hanya tamu domestik.

Kalau Anda dari luar kota dan kebetulan ada urusan ke Yogyakarta, sempatkan untuk melihat Masjid Gedhe Kauman. Masjid dengan arsitektur khas keratin itu masjid itu  dibangun oleh Sri Sultan HB I bersama Kyai Faqih Ibrahim Diponingrat (penghulu keraton pertama) dan Kyai Wiryokusumo sebagai arsiteknya pada tahun 1773 Masehi.

Kalau Anda pendatang ke Kota Cirebon sempatkan singgah di Masjid Agung Sang Cipta Rasa, atau Masjid Agung Kasepuhan. Masjid ini didirikan oleh Sunan Gunung Jati untuk syiar Islam melalui budaya.

Kalau ke Surabaya jangan lewatkan singgah di Masjid Cheng Ho. Masjid itu dibangun l dengan arsitektur bergaya Cina dan lebih terlihat seperti kuil. Namun, lambang-lambang Islami seperti kaligrafi Arab masih bisa Toppers temui di Masjid ini. Selain di Surabaya, Masjid Cheng Ho juga terdapat di Palembang dan Banyuwangi.

Kalau kebetulan ada urusan ke Bandung pada bulan minggu-minggu ini, ke mana wisata Ramadan yang terbaik? Masjid Raya Bandung. Masjid yang di bangun pada abad ke 18 itu sudah beberapa kali direnovasi. Terakhir renovasi besar-besar dan diresmikan pada tahun 2014, menjadi lebih luas, megah, Nyaman.

Penampakan Masjid Raya Bandung dengan dua menara kembar menjulang, serta halaman masjid yang merupakan aluna-alun Bandung, menjadi salah satu ikon wisata rakyat warga Bandung dan sekitarnya. Pada bulan-bulan biasa ramai, dan pada bulan Ramadan lebih ramai lagi.

*

Bila kita datang ke Masjid Raya Bandung sejak pagi, maka bisa seharian kita mendapatkan sarana wisata yang lengkap, saling berdekatan, dan tentu saja sangat nyaman.

Masjid milik Provinsi Jawa Barat itu terbagi dalam dua bagian masjid, yaitu ruang utama dan uang tambhan di depan. Kedua-duanya sangat luas, dapat untuk menampung ribuan jamaah. Tempat berwudhu dan kamar mandi samangat memadai, terdapat pada sisi kiri dan kanan, untuk laki-laki dan perempuan. Pengunjung tidak usah bingung untuk memanfatkan fasilias itu di tengah aktivitas di dalam maupun di luar masjid.  

Salah satu menara dibuka setiap hari, pengunjung dapat melihat sebagian kota Bandung dari ketinggian 81 meter.

Di depan masjid terdapat alun-alun dengan taman-taman dan rumput sintetis. Luasnya mencapai 1.200 meter persegi. Cukup luas untuk bermain anak-anak, belarian, bermain bola, atau sekadar duduk-duduk dengan anggota keluarga dari pagi hari hingga malam hari.

Selain alun-alun terdapat dua lantai ke bawah yang disediakan untuk parkir sepeda motor dan mobil, serta kios-kios penjual aneka makanan. Pada bulan Ramadan seperti sekarang ini sajian menu mereka bertambah dengan aneka hidangan untuk berbuka: kolak, es buah, kue kering maupun basah. Tinggal pilih, tapi mesti dipersiapkan waktu yang tepat. Karena mendekati waktu Maghrib pilihan makin terbatas, sedang pembeli pun masih banyak.

Satu lagi, selain aktivitas di dalam masjid (ada ceramah agama hampir tiap hari, pagi dan sore) dan kegiatan di alun-alun, ada lagi yang sangat dibutuhkan jelang Idul Fitri, yaitu toko sandang dan super market. Masjid Raya terletak di pusat kota, tak jauh dari sana ada Pasar Baru. Di sekelilingnya terdapat pertokoan dan super market maupun mall. Tidak mengherankan jamaah setelah berkeliling-keliling membawa banyak bawaan ke dalam masjid. Masjid sebagai tempat transit, untuk beristirahat, menunggu waktu salat berjamaah Dhuhur-Ashar-Maghrib.

Bila Maghrib segera tiba bersegeralah mencari ruang kosong untuk duduk bersila diantara barisan panjang, berlapis-lapis, yang menunggu pembagian takjil (hidangan/penganan dan minuman untuk buka puasa). Ratusan, bahkan ribuan jumlah takjil disediakan. Untuk yang mengikuti salat Isya dan diteruskan tausyiah serta salat tarawih berjamaah dan pulangnya diberi pembagian nasi dos.

Selsai sudsah seharian berwisata Ramadan di Masjid Raya Bandung. Ibadah dan muamalah tidak tercecer, kebutuhan lebaran (pakaian, hidangan lebaran, sembako) terpenuhi, kebutuhan lain-lain tidak terkendal. Tinggal pulang ke rumah. Perut kenyang, hati senang.

*

Sekali lagi, di daerah kita masing-masing pasti ada satu masjid yang menyediakan berbagai keperluan sekaligus, seperti gambaran di atas. Mungkin masjid di kota kecamatan, masjid kota, atau masjid provinsi; seperti Masdjid Raya Bandung di atas.

Saran saya kepada Pemda dan pihak terkait, terlebih juga pada pengusaha, untuk menciptakan pusat-pusat wisata Ramadan seperti itu. Membuat fasilitas lengkap dan nyaman untuk lebih banyak orang. Tujuannya agar masjid tetap ramai dan makmur sepanjang bulan Ramadan. Sebab masjid tidak ditinggalkan oleh jamaah yang berpindah ke pasar, super market, mall, dan tempat-tempat keramaian lain.

Itu saja tulisan ini. Semoga bermanfaat. Ayo berwisata ke Masjid Raya Bandung, atau ke masjid terdekat kita masing-masing yang menyediakan fasilitas yang paling memadai-aman-nyaman. *** 16 Mei 2019

Gambar Gambar 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun