Mohon tunggu...
Sugiarto Sumas
Sugiarto Sumas Mohon Tunggu... Guru - Widyaiswara Ahli Utama

Sebagai widyaiswara di Kementerian Ketenagakerjaan bertugas untuk menjadi fasilitator / pembimbingan peningkatan kompetensi pegawai negeri sipil di lingkungan Kementerian Ketenagakerjaan. Menulis artikel ilmiah dan artikel populer adalah salah satu hobby sekaligus kewajiban sebagai tenaga pendidik

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Pembentuk Loyalitas Bawahan

16 September 2022   11:00 Diperbarui: 12 Desember 2022   13:09 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bawahan diberi tantangan yang berbeda-beda sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing, namun kinerja masing-masing bukannya dinilai sendiri oleh atasan atau pihak independen, tetapi dinilai oleh masing-masing bawahan secara bersilangan.

Kondisi ini, memang membuat masing-masing bawahan berkonflik sesamanya dan berlomba-lomba menunjukkan kelebihan masing-masing, sekaligus menunjukkan kelemahan rekan kerjanya, yang dipersepsikannya sebagai pesaing dalam "konflik".

Cara ini mempermudah manajemen untuk mengeksploitasi prestasi dan mengeksplorasi berbagai hambatan kemajuan perusahaan.

Ringkas kata, rasa ketakutan karyawan dalam manajemen konflik ini ternyata sebagai pendorong loyalitas kepada perusahaan.

Perusahaan keluarga dengan mayoritas karyawannya terdiri atas sanak-saudara berlandaskan kasih sayang kekerabatan, sering kali sulit berkembang, karena lemahnya loyalitas karyawan terhadap perusahaan.

Hal tersebut, karena masing-masing karyawan terlena di zona nyaman masing-masing sehingga abai terhadap kondisi lingkungan perusahaan yang terus mengalami perubahan, termasuk abai terhadap perubahan lingkungan strategis yang mengancam kelangsungan perusahaan.

Mereka terlena karena merasa sebagai sanak-saudara tidak akan mungkin dipecat manajemen perusahaan.

Dalam kondisi seperti ini, mereka terlena berkepanjangan dan baru tersadar setelah perusahaan keluarga mengalami kebangkrutan. Nasi sudah menjadi bubur, rupanya persepsi merasa disayang justru membangkrutkan perusahaan.

Terlena karena merasa disayang atasan, mengakibatkan bawahan tidak mampu berpikir panjang. Bahkan berbagai fasilitas yang sudah didapatkan olehnya selama ini terlupakan begitu saja.

Tidak mengherankan, jika hanya gara-gara masalah kecil, bawahan dapat bereaksi secara tidak wajar kepada atasan yang dikiranya takut kepadanya.

Supaya kejadian seperti ini tidak terjadi di tempat sidang pembaca, maka apabila pembaca adalah seorang bawahan, maka perlu berpikiran positif terhadap kebaikan atasan dan mensyukurinya sebagai berkah dari Allah SWT. Alhamdulillah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun