Mohon tunggu...
Sugeng Abdullah
Sugeng Abdullah Mohon Tunggu... Dosen - Mengaku sebagai Sanitarian Indonesia. Ia adalah tipe orang desa yang tidak mau ketinggalan jaman, meskipun kenyataannya selalu ketinggalan. Memiliki latar belakang pesantren (Tebuireng), Kesehatan Lingkungan (SPPH,APK Purwokerto), Keguruan (IKIP Semarang), Teknik Lingkungan (ITS Surabaya)dan Ilmu Lingkungan (UGM Yogyakarta). Ia juga sebagai Dosen di Program Studi D3 dan D4 Kesehatan Lingkungan Purwokerto. Pernah diberi tugas tambahan sebagai Ketua Unit Bengkel Kerja, Koordinator II Bidang Kemahasiswaan, Ketua Program Studi, Ketua Jurusan, Anggota Senat Poltekkes. Penerima Penghargaan Satya Lencana Karya Satya dari Presiden SBY dan Jokowi. Aktif di organisasi HAKLI, APTKLI, MTKP, Koperasi dan Sosial Keagamaan

asli orang desa yang tidak mau ketinggalan jaman, meskipun kenyataannya selalu ketinggalan.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Krisis Air Tak Perlu Tayamum, Gunakan Padasan Daur Ulang

31 Agustus 2018   11:25 Diperbarui: 31 Agustus 2018   11:35 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Padasan berasal dari kata pehadasan. Wadah air dilengkapi kran/lubang pancuran yang digunakan untuk bersuci dari hadats. Utamanya  bersuci dari  hadats kecil (wudhu). Padasan banyak terdapat di rumah penduduk pedesaan Jawa yang kental dengan budaya santri. Bentuk padasan bermacam-macan, diantaranya berupa  tempayan, gentong, klenting, drum, ember, ruas bambu, dan wadah lainnya. 

Wadah tersebut diisi dengan air suci dialirkan melalui lubang pancuran kemudian digunakan untuk wudhu. Artinya setiap berwudhu memerlukan air suci dengan jumlah tertentu.

Belum ada data yang  valid mengenai  Jumlah air yang dibutuhkan setiap orang  untuk  satu kali berwudhu. Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor SNI-03.7065.2005 hanya menyebutkan bahwa untuk keperluan peribadatan diperlukan  5 liter per orang. Rasulullah shalallahu'alaihi wassalam berwudhu dengan satu mud air dan mandi dengan satu sha' hingga lima mud air (Hadits Bukhori &Muslim).   Satu mud air ukurannya  sama dengan  688 ml. Berdasarkan eskperimen penulis, keperluan air untuk nyaman  berwudhu  antara 2-4 liter.

Air bekas wudhu biasanya langsung dibuang. Jika dihitung  jumlah air bekas wudhu yang dibuang  pada satu  masjid  dengan jamaah 100 orang yang berwudhu (misalnya), maka  akan ada 200 - 400 liter air yang  terbuang untuk satu kali waktu sholat. Bisa diperhitungkan jumlah air bekas wudhu yang dibuang  untuk lima kali waktu sholat,  atau selama satu pekan, dan seterusnya.  Dalam sepekan diperkirakan ada  7.000 -- 14.000 liter  setara  1-2 mobil tangki  air yang terbuang. Ketika kondisi krisis air, jumlah   1-2 mobil tangki air menjadi sangat bermakna. Sayang sekali jika harus dibuang, mestinya dapat  digunakan kembali untuk berwudhu. Air bekas wudhu dapat di daur ulang.

Teknologi Daur Ulang Air Bekas Wudhu.

Kunci daur ulang air bekas wudhu adalah menjaga agar air tetap suci dan memenuhi persyaratan kualitas air secara sehat. Agar air tetap suci adalah dengan menjamin air bekas wudhu volumenya lebih dari dua kullah dan  tidak berubah warna, bau dan rasa. 

Dalam banyak kitab fiqih Islam disebutkan bahwa ukuran volume dua kulah adalah 500 rithl Baghdad (= 446 3/7 rithl Mesir =  81 rithl Syam = 93,75 sho'). Kemudian para ulama kontemporer mencoba mengukurnya dengan besaran zaman sekarang, dan ternyata dalam ukuran masa kini kira-kira sejumlah 270 liter.

Air yang memenuhi persyaratan kualitas kesehatan adalah air  yang memenuhi persyaratan fisik, kimia, bakteriologi dan radioaktivitas. Air yang memenuhi persyaratan fisik adalah  air yang tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa. 

Air yang memenuhi persyaratan kimia adalah air yang memiliki kandungan kimia dengan kadar tertentu dan tidak membahayakan kesehatan. Air yang memenuhi syarat bakteriologis adalah air yang tidak mengandung kuman penyebab penyakit. Air yang memenuhi syarat radioaktivitas adalah air yang tidak tercemar radiasi zat radioaktiv.

Umumnya kualitas fisik, kimia dan radioaktivitas  air bekas wudhu masih relative baik. Hanya kualitas bakteriologis yang buruk. Dengan demikian pengolahan air bekas wudhu sangat mudah. 

Teknologi daur ulang air bekas wudhu terbilang sangat sederhana. Air bekas wudhu hanya diolah dengan penyaringan kasar dan mikro (screening dan filtrasi) dan pembunuhan kuman penyakit (desinfeksi).   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun