Mohon tunggu...
Ahmad Sugeng Riady
Ahmad Sugeng Riady Mohon Tunggu... Penulis - Warga menengah ke bawah

Masyarakat biasa merangkap marbot masjid di pinggiran Kota Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan featured

Melakoni Hidup sebagai Petani

13 Agustus 2021   19:57 Diperbarui: 24 September 2021   06:11 702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pergi pagi pulang petang. Mungkin itu merupakan durasi kerja dari petani-petani yang ada di negeri ini. Berbekal cangkul, para petani pergi ke sawah untuk menggarap sekaligus merawat tanaman yang ditanamnya. Ada banyak macam tanaman yang ditanam oleh petani, tapi yang masih jadi prioritas adalah padi. Meskipun ada juga yang menanam tebu, jagung, dan lain sebagainya.

Ancaman gagal panen menjadi momok bagi petani. Bukan hanya dirinya saja yang terkena dampaknya, tapi masyarakat luas akan mengalaminya juga. Bahkan masyarakat yang tidak tahu menahu soal pertanian terkadang menyalahkan kinerja dari petani. Kenapa kok bisa gagal panen, padahal hujan melimpah? Dan seterusnya.

Lebih ngerinya lagi, mereka yang tidak memiliki pengetahuan soal pangan, tidak mengetahui hal-hal tentang pertanian ikut-ikutan mengkritik pemerintah dalam hal mengambil kebijakan tentang pertanian.

Maka tidak mengherankan, jika hari ini generasi tani di negeri ini mengalami kemrosotan. Banyak anak-anak dari petani yang enggan untuk melanjutkan profesi dari orang tuanya sebagai petani.

Selain karena faktor beban yang ditanggung petani cukup berat dan jadi kambing hitam atas ketidakberesan pangan, ada faktor lainnya yang juga berpengaruh kuat yang mempengaruhi generasi tani.

Pertama, upah yang didapat tidak sesuai dengan apa yang dikerjakan. Coba diamati bersama-sama. Hampir bisa dipastikan tidak ada yang sejahtera kehidupannya jika hanya mengandalkan profesi sebagai petani. Terlebih lagi, petani-petani yang menggarap sawah bukan miliknya sendiri. Hasilnya hanya cukup untuk kehidupan harian saja.

Petani harus berangkat pagi-pagi ke sawah, merawat tanamannya. Jika kekurangan air, petani harus mencarikan air dari sungai-sungai. Jika banyak rumput liar yang tumbuh petani juga harus telaten mencabutinya.

Jika ada hama, petani harus melakukan pemusnahan hama supaya tidak mengurangi hasil panen. Jika tanamannya kurang subur maka petani harus memberikan pupuk.

Semua aktivitas itu menjadi kebiasaan sehari-hari bagi petani. Bahkan, petani rela untuk kepanasan dan kehujanan hanya demi menyelamatkan tanamannya dari gagal panen.

Tiba waktunya untuk panen. Tapi sebelum itu, petani disibukkan untuk mencari orang yang siap membantunya. Tentunya orang-orang yang membantunya tetap ada pamrih, ada upah yang diberikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun