Dan terakhir 'begini' itu berkaitan dengan kondisi. Artinya kondisi seperti apapun harus diterima dengan tangan terbuka dan lapang dada. Tidak menggerutu, apalagi sampai menolak disertai rasa benci berlebihan.
Saya rasa ini yang paling sulit untuk diterapkan dalam hidup di keseharian. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana cara hidup berdampingan dengan orang yang sebelumnya berencana akan mencelakai kita? Bagaimana hidup satu atap dengan orang yang setiap harinya selalu berlaku kasar? Bagaimana caranya menyapa orang yang sombongnya minta ampun? Dan seterusnya-dan seterusnya.
Bagian 'begini' ini yang mungkin menjadi jalan terjal bagi setiap manusia untuk naik ke level yang lebih tinggi. Sebab seringnya, kelegowoan manusia itu muncul karena adanya paksaan. "Jarang sekali orang yang dapat menerima kondisi tertentu dengan cara yang sadar", tutur guru saya.
Terlebih di musim pandemi seperti ini. Mengingat situasi yang sulit untuk menambah pundi-pundi ekonomi, bantuan juga dipotong dan dikorupsi, belum lagi dibatasi untuk melakukan banyak hal di sana-sini.
Nah, nasihat Ki Ageng Suryomentaram ini saya rasa perlu dicoba untuk diejawantahkan. Bukan dalam rangka mengujinya, melainkan untuk menata diri bahwa hidup itu tidak sekadar memburu yang serba materi.
Salam kehidupan.