Mohon tunggu...
Ahmad Sugeng Riady
Ahmad Sugeng Riady Mohon Tunggu... Penulis - Warga menengah ke bawah

Masyarakat biasa merangkap marbot masjid di pinggiran Kota Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Cara Menjalani Hidup ala Ki Ageng Suryomentaram

10 Agustus 2021   19:32 Diperbarui: 10 Agustus 2021   20:00 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://ceknricek.com/

Dalam mengarungi hidup, manusia kerap dirundung ketidakpastian. Buntut dari itu memicu munculnya rasa khawatir, was-was, dan ketidakyakinan perihal apa yang dilakukan hari ini akan berbuah baik di masa mendatang. Terlebih lagi jika masa lalunya senantiasa dihantui rasa bersalah.

Seperti misal dulu ia belajar dengan tidak serius lantas pendidikannya tumbang di tengah jalan. Padahal dana untuk menunjang pendidikan ada, orang tua mendukung, pun fasilitas tercukupi. Tapi karena saat itu ia masih digerogoti oleh hal-hal yang tidak perlu, akhirnya ia malah mengabaikan pendidikannya. Dan di usia dewasa ia merasa menyesali perbuatannya itu.

Atau misal lagi ia tengah mengabdi di lembaga pendidikan tertentu. Hanya saja pengabdiannya itu melulu dihantui rasa khawatir tentang ketidakmujuran hidupnya di masa mendatang. Sebab gaji yang diperoleh tidak seberapa, sedangkan pengabdiannya memakan tenaga dan waktu dengan membabi-buta.

Dan mungkin masih banyak lagi hal-hal yang secara tidak sadar kita cemaskan. Apalagi di masa pandemi seperti ini.

Berkaitan dengan itu, saya rasa kita perlu semacam pegangan sebagai penguat diri. Minimal agar setiap apa yang kita lakukan, kerjakan, dan ingin diwujudkan diliputi oleh rasa percaya diri dan optimis.

Ki Ageng Suryomentaram beberapa tahun silam telah memberi nasihat yang patut kita perhatikan. Nasihatnya adalah hiduplah saiki, ing kene, lan ngene (hiduplah hari ini, di sini, dan begini). Nasihat sederhana yang secara tidak sadar kerap luput tidak kita hayati, apalagi diresapi dalam menjalani derap langkah kehidupan.

'Sekarang' berarti tidak harus galau dan risau karena apa yang telah kita perbuat di masa lalu, dan tentu saja tidak perlu khawatir tentang bagaimana jadinya kita di masa depan. Maka hiduplah dengan menjalani sebaik mungkin apa yang menjadi tanggung jawab dan kewajiban kita hari ini.

Ya minimal dengan merampungkannya tepat waktu, tidak merepotkan orang lain, dan memberi rasa gembira pada orang-orang yang terlibat dengan apa yang tengah kita kerjakan.

'Di sini' berarti hiduplah di sini. Kalau kita hidup di tanah perantauan dan pikiranmu di kampung, mungkin kita tidak bahagia. Begitu juga saat kita berada di rumah, tapi pikiran kita melayang tidak karuan, kita mungkin juga akan gagal bahagia.

Jalan satu-satunya ya melatih seluruh yang ada pada diri kita, mulai dari panca indera, pikiran, jiwa, dan perasaan untuk terlibat di mana saja kita berada. Ini memang terkesan mudah. "Namun jangan salah, banyak orang yang tidak sadar bahwa kadang yang hadir dari dirinya hanya fisiknya saja", ucap guru saya.

Dan terakhir 'begini' itu berkaitan dengan kondisi. Artinya kondisi seperti apapun harus diterima dengan tangan terbuka dan lapang dada. Tidak menggerutu, apalagi sampai menolak disertai rasa benci berlebihan.

Saya rasa ini yang paling sulit untuk diterapkan dalam hidup di keseharian. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana cara hidup berdampingan dengan orang yang sebelumnya berencana akan mencelakai kita? Bagaimana hidup satu atap dengan orang yang setiap harinya selalu berlaku kasar? Bagaimana caranya menyapa orang yang sombongnya minta ampun? Dan seterusnya-dan seterusnya.

Bagian 'begini' ini yang mungkin menjadi jalan terjal bagi setiap manusia untuk naik ke level yang lebih tinggi. Sebab seringnya, kelegowoan manusia itu muncul karena adanya paksaan. "Jarang sekali orang yang dapat menerima kondisi tertentu dengan cara yang sadar", tutur guru saya.

Terlebih di musim pandemi seperti ini. Mengingat situasi yang sulit untuk menambah pundi-pundi ekonomi, bantuan juga dipotong dan dikorupsi, belum lagi dibatasi untuk melakukan banyak hal di sana-sini.

Nah, nasihat Ki Ageng Suryomentaram ini saya rasa perlu dicoba untuk diejawantahkan. Bukan dalam rangka mengujinya, melainkan untuk menata diri bahwa hidup itu tidak sekadar memburu yang serba materi.

Salam kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun