Alquran adalah kitab suci yang diturun oleh Allah kepada Nabi Muhammad Saw sebagai wahyu yang menjadi pegangan bagi orang-orang Islam beriman, setelah Alquran turun Rasulullah meminta Zaid bin Tsabit untuk menulisnya di kulit binatang, batu, kayu dan pelepah kurma.
Setelah Rasulullah wafat terjadilah perang Siffin pada masa kekhalifahan Abu Bakar, perang tersebut banyak memakan korban para hafiz (penghafal) Alquran saat itu, sehingga atas usulan Umar bin Khatab kepada Khalifah Abu Bakar untuk menjaga Alquran di masa mendatang maka dilaksanakanlah pembukuan pertama Alquran. Mushaf yang masih berbentul lembaran lembaran tersebut dikumpulkan menjadi satu dan saat itu tulisan Alquran belum ada titik danbbaris.
Pada masa Kekhalifahan Usman bin Affan,Islam telah tersebar hampir keseluruh pelosok dunia, barulah di bukukan Alquran kedua dengan menggunakan titik dan baris untuk memudahkan para Pemeluk Islam dari non Arab memahami Alquran serta di satukan jenis dialex (tananan bahasa) dengan satu keseragaman dengan menggunakan dialex Arab Quraish.
Seiring waktu berlalu, hampir 15 Abad Alquran tak pernah di ubah dan direvisi baik oleh ulama mutaqaddimin maupun oleh ulama mutaakhirain.
Tepat pada tanggal 25-27 September 2018 lembaga Lajnah Pentashih Mushaf Alquran (LPMQ) melaksanakan mukernas. Dari hasil itu Masyawarah tersubut maka menghasilkan sebuah keputusan Ulama Alquran Indonesia akan mengubah 186 Kata dalam Alquran. Mereka menganggap bahwa Kata tersebut perlu disesuaikan kembali karena ada beberapa kata yang penulisannya perlu ditambah atau dikurangi seperti penulisan huruf alif.
Ini merupakan hal yang sangat luarbiasa, selama hampir 15 abad baru sekarang Muncul Ulama Alquran yang melebihi kecerdasannya dari Imam-Imam terdahulu dan khususan Ulama-Ulama Alquran Indonesia..
Bacaan selengkapnya: https://m.republika.co.id
