Anchoring dan Reframing : Bayangan Ancaman menjadi Peluang
Pada 2024, MrBeast menghadapi kritik keras atas AI Thumbnail Generator-nya, yang dituduh memanfaatkan karya desainer tanpa izin. Setelah tekanan, ia menarik alat tersebut dan menggantinya dengan desainer manusia. Pengalaman ini kemungkinan menjadi anchor negatif setiap kali topik AI muncul, otaknya mengaitkannya dengan kritik, kehilangan dukungan komunitas, dan isu etika. Ini menjelaskan mengapa cuitannya di X, yang biasanya netral, tiba-tiba sarat emosi. Pengalaman masa lalu yang negatif sebelumnya menjadi anchoring yang dapat memicu respons emosional otomatis.
MrBeast disisi lain juga bisa menggunakan teknik re-anchoring untuk mengaitkan AI dengan pengalaman positif. Misalnya, YouTube telah mengintegrasikan AI seperti Veo untuk membantu kreator, dan Lars menegaskan bahwa "tokoh ikonik seperti MrBeast tidak akan mudah tergantikan" karena kontennya bergantung pada elemen nyata yang sulit ditiru AI. Dengan menjangkarkan AI pada peluang seperti efisiensi produksi atau ide baru, ia bisa mengurangi ketakutan dan membangun kepercayaan diri.
Untuk mengubah makna suatu situasi, sangat relevan menggunakan teknik reframing di sini. Media sering membingkai AI sebagai ancaman, dengan kata-kata seperti "kekhawatiran" dan "dampak buruk" yang memperkuat rasa takut (menggunakan Milton Model, bahasa sugestif yang ambigu). Namun, reframing bisa mengubah narasi ini. Seperti kata Lars, AI membuat "proses kreatif menjadi lebih mudah dan murah." Kreator seperti MrBeast bisa menggunakan AI untuk fokus pada ide besar, seperti tantangan ekstremnya, sementara tugas teknis diserahkan pada teknologi.
Isu etika, seperti pelatihan AI dengan konten berhak cipta, juga bisa direframing sebagai kesempatan untuk inovasi yang bertanggung jawab. Keputusan MrBeast untuk beralih ke desainer manusia setelah kritik menunjukkan kemampuan adaptasi. Dengan memimpin diskusi tentang etika AI, ia bisa memperkuat posisinya sebagai kreator yang autentik sekaligus inovatif. Contohnya, beberapa kreator telah menggunakan AI untuk membuat video pengantar tidur berdurasi panjang, menunjukkan bahwa AI bisa menjadi alat kolaboratif, bukan pengganti.
Implikasi Kolektif: Bahasa Media dan Pemrograman Komunitas
Bahasa media, seperti "kontroversi etika" atau "ancaman bagi kreator," yang menggunakan sugesti untuk membentuk persepsi kolektif. Ini bisa memengaruhi kreator lain untuk mengadopsi pola pikir "away from," menciptakan ketakutan kolektif di komunitas YouTube. Namun, ada solusi melalui modeling excellence, meniru pola sukses dari mereka yang memanfaatkan AI, seperti fitur YouTube untuk subtitle atau ide video. Dengan mengadopsi pola pikir "towards," komunitas kreator bisa melihat AI sebagai pemberdayaan, bukan ancaman.
Lebih jauh, elemen manusia seperti karisma MrBeast -- yang telah mencapai 300 juta subscriber -- tetap menjadi keunggulan yang sulit ditiru AI. Kontennya, yang bergantung pada koneksi emosional (kinesthetic) melalui tantangan nyata, memiliki daya tarik yang tak bisa digantikan oleh video sinematik AI. Ini mengingatkan kita bahwa, meski teknologi maju, keaslian manusia tetap menjadi inti kreativitas.
Di ujung cakrawala digital, di mana piksel bertemu dengan mimpi, MrBeast berdiri seperti mercusuar yang menyala di tengah badai teknologi. Kekhawatirannya terhadap AI, dapa dilihat sebagai tarian pikiran dan bahasa -- visual yang membayangkan ancaman, anchor yang membawa bayang masa lalu, dan frame yang bisa diubah menjadi peluang. Dengan reframing, ia bisa menjadikan AI sebagai pasangan tari, bukan saingan. Bagi para kreator, YouTube adalah panggung di mana manusia dan mesin bisa berkolaborasi, menciptakan harmoni baru. Seperti ombak yang kembali ke pantai, teknologi akan terus datang, namun keaslian manusia -- dengan segala emosi, karisma, dan ceritanya -- akan selalu menjadi nyanyian yang tak pernah pudar.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI