Mohon tunggu...
aldis
aldis Mohon Tunggu... Arsitektur Enterprise

Arsitektur Enterprise, Transformasi Digital, Travelling,

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Semengerikan ini Ai bagi Mr. Beast ?

12 Oktober 2025   16:36 Diperbarui: 12 Oktober 2025   16:41 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Seperti angin yang berbisik di sela dedaunan kelapa, membawa rahasia dari laut yang jauh, teknologi kecerdasan buatan (AI) datang dengan janji dan bayang-bayang. Ia menari di ujung jari, membelah batas antara nyata dan maya, namun juga mengguncang hati mereka yang hidup dari panggung digital. Di tengah gemerlap YouTube, MrBeast, sang raja konten dengan 300 juta pengikut, menyuarakan ketakutan akan AI yang kian nyata. Lewat untaian kata di X, ia menggambarkan masa depan yang kabur, di mana video buatan AI bisa menyaingi karya manusia. Tulisan ini menjadi  lensa bagi  kita menyelami gelombang emosi ini, menelusuri bagaimana pikiran, bahasa, dan teknologi bertaut dalam tarian yang penuh makna.

AI dan Bayang-Bayang di Dunia Kreatif

Perkembangan AI, seperti Sora dari OpenAI dan Veo dari Google, telah mengubah lanskap kreativitas digital. Teknologi ini mampu menciptakan video realistis hanya dari beberapa baris teks, menawarkan efisiensi yang memukau sekaligus mengguncang fondasi para kreator konten. Jimmy Donaldson, atau lebih dikenal sebagai MrBeast, mengungkapkan kekhawatirannya melalui cuitan di X, "Ketika video yang dibuat oleh AI hasilnya bisa sebagus video orisinal sungguhan yang seakan nyata, saya tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi di masa depan di YouTube." Ia menyoroti ancaman bagi jutaan kreator yang menggantungkan hidup dari platform ini, sebuah pernyataan yang tak biasa dari sosok yang biasayang biasanya hanya berbagi cuplikan video atau tantangan ekstremnya.

Ketakutan ini bukan tanpa alasan. AI seperti Sora unggul dalam memahami konteks dan menghasilkan visual yang nyaris tak terbedakan dari rekaman asli. Sementara itu, Veo menawarkan kualitas sinematik dengan kontrol gaya visual dan integrasi audio yang canggih. Namun, di balik kemajuan ini, muncul pula isu etika. Pelatihan model AI sering kali menggunakan konten berhak cipta tanpa izin, seperti yang pernah dialami MrBeast saat alat AI Thumbnail Generator-nya menuai kritik pada 2024. Setelah tekanan dari komunitas, ia menarik alat tersebut dan beralih ke desainer manusia, menunjukkan konflik antara inovasi dan nilai keaslian.

Dari sini dapat tergambar , kekhawatiran MrBeast bukan sekadar respons terhadap teknologi, melainkan cerminan pola pikir, bahasa, dan emosi yang terprogram dalam dirinya. Otak manusia pada dasarnya memproses informasi melalui bahasa dan pola perilaku. Dengan alat seperti sistem representasi sensorik, meta-program, anchoring, dan reframing, kita bisa memahami dinamika emosi MrBeast dan bagaimana kreator lain dapat menghadapi era AI dengan lebih bijak.

Sistem Representasi Sensorik: Melihat Ancaman dalam Gambar Mental

Secara umum manusia memproses dunia melalui modalitas sensorik, visual (penglihatan), auditory (pendengaran), dan kinesthetic (perasaan). Cuitan MrBeast, "saya tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi di masa depan," sarat dengan bahasa visual. Ia "melihat" video AI yang "seakan nyata," mencerminkan dominasi modalitas visual dalam cara otaknya memproses ancaman. Kata-kata seperti "sebagus" dan "realistik" menunjukkan bahwa ia membayangkan gambaran masa depan di mana karya manusia kalah bersaing dengan ilusi digital. Ini memperkuat pola pikir "away from" (menghindari kerugian), di mana fokusnya adalah pada ancaman kehilangan keaslian, bukan peluang yang bisa diciptakan AI.

Namun, ada pula elemen kinesthetic dalam ungkapannya "dampak buruk pada jutaan kreator konten yang meraup penghasilan untuk kehidupan mereka." Ini mencerminkan perasaan empati terhadap komunitasnya, sebuah koneksi emosional yang membuat ketakutannya terasa lebih mendalam. Dari sudut pandang ini, modalitas ini bisa menjadi titik awal untuk mengubah persepsi. Misalnya, dengan menggeser fokus visual ke gambaran positif -- seperti AI sebagai alat kolaboratif untuk memperkaya konten -- MrBeast bisa melihat masa depan dengan lebih optimis.

Meta-Programs: Pola Pikir di Balik Ketakutan

Semua manusia memiliki  filter bawah sadar atau Meta-program , yang membentuk cara seseorang berpikir, seperti "towards" (menuju tujuan) versus "away from" (menghindari kerugian), atau "options" (eksplorasi) versus "procedures" (rutinitas). MrBeast tampak terjebak dalam pola "away from," di mana ia fokus pada risiko AI menggantikan kreator manusia. Ungkapannya, "saya tak bisa membayangkan bagaimana video-video AI ini akan berdampak buruk," menunjukkan orientasi untuk menghindari ancaman, bukan merangkul peluang. Ini wajar, mengingat kesuksesannya dibangun melalui prosedur kreatif manual -- seperti tantangan ekstrem yang melibatkan manusia nyata, sesuatu yang AI belum bisa tiru sepenuhnya.

Namun, MrBeast juga menunjukkan potensi "options-oriented" ketika ia bereksperimen dengan AI Thumbnail Generator pada 2024. Meski gagal karena kritik etika, langkah ini mencerminkan keterbukaan terhadap inovasi. Dari perspektif kejadian tersebut, bisa disimpulkan bahwa ia bisa mengadopsi meta-program "towards" dengan memandang AI sebagai alat untuk mempercepat kreativitas, seperti yang dilakukan YouTube dengan fitur AI-nya (subtitle otomatis, penyusunan ide video, hingga Veo). Pakar desain Lars Erik Holmquist dari Universitas Nottingham Trent, seperti dikutip BBC, menyatakan bahwa "pemenangnya adalah mereka yang bisa memanfaatkan AI untuk menciptakan konten yang benar-benar menarik." Reframing pola pikir ini bisa membantu MrBeast melihat AI sebagai sekutu, bukan musuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun