Mohon tunggu...
aldis
aldis Mohon Tunggu... Arsitektur Enterprise

Arsitektur Enterprise, Transformasi Digital, Travelling,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Choice Paradox, Decission Dilema : Lebih Banyak Pilihan Justru Lebih Resah ?

3 Oktober 2025   17:15 Diperbarui: 4 Oktober 2025   09:12 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam pendidikan, guru dan orang tua bisa membantu anak menghadapi dilema dengan mengajarkan pengambilan keputusan sejak dini, seperti memilih hobi tanpa tekanan perfeksionis.

Secara budaya, di Indonesia yang kaya akan nilai gotong royong, mungkin kita bisa kembali ke akar, di mana keputusan kolektif mengurangi beban individu. Ini kontras dengan budaya Barat yang menekankan individualisme.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa di bawah stres, orang cenderung beralih ke keputusan intuitif, yang bisa memperburuk bias. Oleh karena itu, penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung keputusan sehat, seperti desain produk yang sederhana.

Kritik terhadap teori Schwartz juga ada. Beberapa studi gagal mereplikasi efek paradoks pilihan, menunjukkan bahwa itu tergantung konteks, seperti jenis produk atau kepribadian individu. Namun, meta-analisis tahun 2015 membuktikan adanya efek ketika faktor seperti kesulitan tugas dipertimbangkan.

Dalam konteks ekonomi, paradoks ini memengaruhi perilaku konsumen. Bisnis yang menyadari hal ini, seperti Trader Joe's dengan pilihan terbatas, sering kali lebih sukses karena mengurangi kebingungan pelanggan.

Untuk dilema etis, seperti dalam bisnis atau politik, strategi melibatkan prinsip-prinsip moral untuk memandu pilihan, mengurangi ambiguitas.

Pada akhirnya, memahami kedua konsep ini membantu kita menavigasi kehidupan modern dengan lebih bijak.

Dan di senja yang mulai meredup, ketika angin membawa aroma tanah basah setelah hujan, aku menyadari bahwa kebahagiaan bukanlah tentang berapa banyak pintu yang terbuka, melainkan bagaimana kita melangkah melalui satu pintu dengan hati yang tenang, seperti anak-anak di kampung yang bermain di sungai tanpa khawatir esok hari. Mungkin, dalam kesederhanaan itulah rahasia sejati, di mana pilihan bukan lagi beban, tapi anugerah yang kita peluk dengan syukur.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun