Mohon tunggu...
M. Sufi
M. Sufi Mohon Tunggu... Teacher of Kuranic Reading -

Cuman guru ngaji alif...bak...tak... http//laposufi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menteri Agama & Ciri ‘Ibādur Rahmān

9 September 2010   07:12 Diperbarui: 2 Februari 2016   18:15 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Puasa akan segera berakhir.  Dalam kebiasaan Yang Mulia Rasulullah SAW beliau biasa mengencangkan ikat pinggang beliau ketika sepuluh hari yang terakhir di bulan suci ini.  Ini berarti bahwa segala upaya dan kesungguhan ibadah betul-betul dikerahkan dalam sepuluh hari terakhir guna mencapai derajat Taqwa.  Jika seorang hamba dalam menjalani keseluruhan hari dalam bulan Ramadhan ini dengan kesungguhan ibadah semata-mata hanya di persembahkan kepada Allah Ta’ala, kemudian dari kesungguhan itu dia tercipta menjadi pribadi yang baru dan terwujud perubahan-perubahan suci dalam dirinya maka orang tersebut dapat di sebut “‘Ibādur Rahmān” Hamba-hamba Tuhan yang Maha Pemurah

 

Untuk mendapatkan ciri-ciri  ‘Ibādur Rahmān ini bukan suatu yang mudah, karena dia akan dituntut oleh keadaan yang mengharuskan dia untuk menjadi profil yang bisa mewakili sifat-sifat Allah Ta’ala yaitu Ar-Rahmaan (Pemurah).  Hal ini mengandung maksud bahwa dia harus memiliki sifat Pemurah kepada siapapun juga.  Sifat Allah Ta’ala Ar-Rahman yakni Dia memberikan berkah dan karunia-Nya tidak memandang apakah dia Muslim atau Kafir, mendapat petunjuk atau mengingkari petunjuk.  Sebagai contoh, Allah Ta’ala telah menjadikan air, maka siapapun berhak untuk mengambil manfaat dari air tersebut.  Tidak peduli kafir atau mu’min dan tidak pula domba atau babi, semua memiliki hak yang sama dalam hal memanfaatkannya. 

 

Namun tentunya ada standarisasi atau syarat-syarat yang lebih spesifik seseorang layak di katakan ‘Ibādur Rahmān yaitu dalam hal ini dapat di lihat dalam Qur’an Karim surah Al Furqan : 63-64:

 

1.       Yamsyûna ‘alal ardhi haunan : mereka berjalan di muka bumi dengan rendah hati dan santun. 

 

Yakni yang dapat dikatakan seorang ‘Ibādur Rahmān dia harus dapat berlaku rendah hati kepada siapa pun juga.  Seorang ‘Ibādur Rahmān harus dapat menjadi penyejuk, pengayom dan setiap orang merasa nyaman jika ia hadir di tengah-tengah khalayak.  Segala apa yang dia bincangkan selalu akan membawa ketentraman kepada khalayak ramai.  Dia juga memberikan perhatian kepada penunaian hak-hak hamba Allah Ta’ala.  Jika dia telah melakukan itu semua tidak ada sifat sombong angkuh merasa besar diri baik pikiran maupun amalan. 

 

2.       Wa idza khâthabahumul jâhilûn-a qâlû salâman : Dan apabila orang-orang jahil menegur, mereka mengucap selamat.

 

Ciri yang kedua bagi seorang ‘Ibādur Rahmān yaitu dia akan menghindarkan diri dari segala bentuk perkelahian dan perselisihan dan jika ada kondisi memaksa dia untuk terlibat atau dia menjadi tumpuan bagi terselaikannya perselisihan tersebut maka dia akan senantiasa memberikan solusi dengan lemah lembut dan bijak sana melihat masalah dengan adil dan tidak berat sebelah.  Dia akan mengambil keputusan sesuai fakta walaupun seberapa besar tekanan yang mendesaknya.  Dalam hal ini ada juga masud lain yakni dia akan selalu menyebarkan keselamatan kepada siapa pun baik lawan maupun kawan.  Bagi ‘Ibādur Rahmān selalu akan ada cobaan yang meprovokasi kesabaran dan pribadinya, namun seorang ‘Ibādur Rahmān dia akan terus melangkah dengan pasti menuju kebaikan seraya memenuhi hak-hak Allah Ta’ala dan hak-hak kemanusiaan walaupun orang-orang yang tidak bersimpatik memusuhinya.  Jika datang ujian kepadanya maka dia akan bersabar sesuai kapasitas dia, serta tidak membalas kekotoran dengan kekotoran, dan senantiasa akan menganggap semua orang adalah saudara.

 

 

 

3.       Walladzīna yabītûna lirabbihim sujjadan wa qiyâman : Dan orang-orang yang melewatkan malam untuk Tuhan mereka dengan bersujud dan berdiri.

 

Yang ketiga adalah merupakan keadaaan khusus yang harus di ciptakan seorang ‘Ibādur Rahmān dalam menjalankan aktifitasnya sebagai pribadi yang apapun itu profesinya, baik seorang buruh, pegawai atau pun abdi Negara.  Dimana kondisi ini yang akan memberikan kekuatan baru dalam aktifitasnya menjalankan kewajibannya serta akan menjadi sumber inspirasi dan ide baru dalam menyelesaikan masalah-masalah yang menuntutnya.  Dia akan selalu setiap waktu menyandarkan dirinya hanya kepada Allah Ta’ala.  Dalam keadaan kritis baik menyangkut kehidupan pribadi atau pemenuhan hak-hak masyarakat, dia akan meminta petunjuk secara spiritual kepada Allah Ta’ala Tuhannya.  Maupun dalam kondisi aman, dia akan senantiasa berucap syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.  Singkat kata Tuhan menjadi sumber inspirasi dan semangat baru untuk memudahkan segala urusannya.

 

Dewasa ini kita sama-sama melihat masalah-masalah yang terjadi dimasyarakat Indonesia.  Timbulnya gejolak-gejolak dimasyakat adalah merupakan buah cipta atau ekses ketidak terwujudannya Rahmaniyat Allah Ta’ala baik pada tataran Pemerintah maupun Masyarakat itu sendiri.  Masih ingatkah kita dengan penyerangan terhadap saudara-saudara kita dari Jama’ah Ahmadiyah yang dilakukan oleh beberapa ormas Islam yang tentunya mengatasnamakan Islam? Dimana sudah jelas bagi kita Jamaah Ahmadiyah adalah saudara kita sesama muslim, yang dari mulut mereka mengeluarkan syahadat, dan amal mereka mengerjakan sholat.  Barang kali sulit untuk mengukur apalagi mengetahui benar tidaknya keislaman mereka, karena itu bukan pada ranah kita untuk dapat menghakimi keyakinan yang dirasakan oleh saudara kita dari Ahmadiyah.  Lebih-lebih sekarang antipati terhadap Ahmadiyah lebih diperparah oleh pernyataan Menteri Agama tentang niatnya yang akan membubarkan Jamaah Ahmadiyah dari NKRI ini.  Menteri Agama  Suryadharma Ali menegaskan, Jamaah Ahmadiyah harus membubarkan diri. Suryadharma beralasan, Ahmadiyah bertentangan dengan Surat Keputusan Bersama Tiga Menteri. "Harusnya  Ahmadiyah segera dibubarkan. Kalau tidak dibubarkan masalahnya  akan terus berkembang," kata Suryadharma setelah mengikuti  rapat gabungan di Gedung DPR, Senayan, Senin 30 Agustus 2010. (http://www.tempointeraktif.com/hg/kesra/2010/08/30/brk,20100830-275156,id.html)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun