Mohon tunggu...
Sudarwin Erwin
Sudarwin Erwin Mohon Tunggu... Guru - Guru SMK. Muhammadiyah I Palu

saya suka membaca dan menulis sesuatu yg terjadi disekeliling kehidupan saya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Fenomena Permainan Tradisional Leto-leto

9 Desember 2022   18:49 Diperbarui: 9 Desember 2022   18:51 1578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

apa kabar sahabat kompasiana ..? sore ini saya akan mengulas salah satu permainan tradisional yang sejak saya di bangku SD tahun 70-80 permainan itu sudah ada. kami sering bertanding ketika jam istirahat sekolah maupun pada jam pulang sekolah, saya dan teman sebayaku sering melakukan pernainan bersama, permainan leto ini menguji kesabaran sang pemainnya karena ketika kita tidak memiliki strategi untuk menentukan irama apa yang harus dimainkan apakah lambat kecepat atau langsung cepat kemudian melambat atau kombinasi tergantung gaya permainan yang mana yang peting dalam penilaian nya siapa yg paling lama memainkan leto- leto ini.

dalam beberapa minggu terakhir ini kembali firal permainan ini karena saat ini perkembangan teknologi semakin canggih dengan cepat anak- anak bahkan orang dewasa mengetahui permainan ini.

Hal positif dalam permainan leto saat ini adalah selain membangun kebersamaan sesama teman atau keluarga juga saya melihat  secara kasat mata bahwa jika dipresentasekan  anak sampai remaja banyak meninggalkan handphonenya untuk sementara dan tentu ini sangat positif menurut saya..

seperti contoh anak saya biasax kalau pulang sekolah pasti minta main game di handphonenya bahkan kandang sulit terkendali. tapi saat ini saya sebagai orang tua sedikit lega karena hampir dua minggu ini dia jarang membuka handphone untuk sekedar main game. dia fokus memainkang leto sampai dia begitu bahagia ketika pukulan latonya sampai empat kali dalam satu hari  pertama dia memainkannya itupun lato yang saya buatkan dari bola tenis bisa dibayangkan besarnya dari ukuran yang sebenarnya. karena pada saat itu saya tidak melihat keinginan sesungguhnya namun setelah dia banyak melihat teman disekitar komplek bermain lato dia juga mulai tertarik. hingga satu hari dia meminta saya untuk mengantarnya mencari perminan lato sesuai dengan warna yang di inginkannya yaitu warna ping.

saya berharap dengan adanya permainan tradisional ini dapat memperkenalkan kearifan lokal yang hampir hilang saat ini, semoga permainan tradisional yang lainnya bisa di firalkan lagi sehingga bisa megurangi kefokusan anak- anak untuk selalu membuka handphonenya.

masih banyak permainan yang bisa diangkat secara moderen dengan tidak menghilangkan makna permainan tradisional  yang sudah bertahun- tahun di lakukan pada anak di zamannya.

saya sangat bangga sebagai generasi yang hidup dalam tiga dekade dimana pada saat saya kecil belum punya lampu listrik, kemudian belum punya tv itupun kalau menonton tv adanya hanya di rumah kepala desa  dalam bentuk tv hitam putih dan yang terahir kecanggihan teknologi saat  ini mulai dari compiuter maupun teknologi komunikasi saat ini yaitu handphone..maka banggala kita sebagai generasi dalam tiga dekade menurut anda  bagaimana..?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun