Mohon tunggu...
Sudarwin Erwin
Sudarwin Erwin Mohon Tunggu... Guru - Guru SMK. Muhammadiyah I Palu

saya suka membaca dan menulis sesuatu yg terjadi disekeliling kehidupan saya.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kisah Anak Petani

24 September 2022   09:35 Diperbarui: 24 September 2022   09:43 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Hari ini diperingati sebagai hari tani indonesia, setiap tanggal 24 september, hari dimana seyogianya kita menghargai jerih paya petani yang selama ini monompang hidup para kalangan menengah keatas..kenapa saya katakan demikian dari tangan petanilah semuah kebutuhan pangan kita disuplai. bagaimana kalau petani mogok kerja selama setahun ajja apakah lumbung beras kita bisa mencukupi..? saya rasa tidak kalau to harus menyiapkan pasokannya mungkin akan didatangkan lagi diliar negara kita.

hari ini diperingati sebahai hari tani nasional apakah para petani ingat? tentu saja menurut saya tidak semua mengetahui andaikan disetiap hari peringatan mereka dihargai dengan menurunkan harga pupuk atau setidaknya membabagikan gratis sebagai penghargaan kepada para petani yang tak mengenal lelah untuk menggarap lahan pertaniannya ditengah haraga pupuk yang makin hari makin melambung naik.

terlepas dari semua itj saya adalah seorang anak petani dari turun temurun sayaa sangat bangga menjadi anak seorang petani kenapa karena banyak yang didapatkan dari hasil pertanian itu sendiri selain hasil tentu saja kita menanam amal jariah atau sedekah jariah kepada keluarga bahkan masyarakat yang ada di kampung kita sendiri dengan menanam sistim bagi hasil..dimana setelah panen maka yang menanam ikut merasakan hasilnya.

suatu kegiatan kemasyarakatan yang memupuk semangat gotong royong, karakter yang dibangun sejak indonesia memperjuangkan kemerdekaan ini.ini yang patut kita lestarikan dan kita jaga dikalangan masyarakat petani.

di tahun 80an saya perna merasakan bagaimana indonesia itu masuk dalam suasembada pangan saat itu petani pada makmur jika dibandingkan saat ini petani tetap bertahan hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga. tentu timbul pertanyaan kenapa demikian, ya menurt saya dengan zaman teknologi saat ini seharusnya pertanian bisa menghasilkan swasembada pangan lagi namun apa yg terjadi saat ini khususnya di dareah saya pada tanggal 28 september 2018 di guncang gempa bumi pasigala  lima hari lagi kejadian itu akan diperingati oleh masyarakat pasigala saat itu sampai saat ini banyak lahan pertanian tidak bisa diggarap, para petani banyak berali kepekerjaan serabutan demi menyambung hidup merreka..sudah tahun ke empat lahan pertanian belum juga bisa digarap yang diakibatkan irigasi yang menopang lahan pertanian belum juga kelar kelar di perbaiki.

sunggu ironis belum pulih dari bencana gempa pasigala datang lagi bemcana covid 19 yang semakin membuat para petani harus memutar otak 380 derajat untuk memenuhi kebutuhan keluarga..saya berharap dengan peringatan hari tani ini pemerintah tergguga untuk mempercepat proses pengairan irigasi sehingga para petani kembali menggarap lahannya..

tampa ada petani kemana kita akan mendapatkan pangan, maka perhatikanlah lahan pertanian jangan hanya digusur untuk kepentingan property sekelompok orang seperti halnya yang terjadi diseputaran danau poso lahan pertanian mereka digenagi air yg diakibatkan sebuah perusahaan pembangkit tenaga listrik  walau para petani pendapat kompensasi dari kejadian itu namun menurut saya itu bukan solusi terbaik kembalikan lahan mereka seperti sedia kala..cari sistim atau strategi apa yang dilakukan sehingga keduanya tidak saling bersinggungan.

saya anak seorang petani walau saya mengabdi sesebahai ASN saya tidak melupakan akar darimana saya lahir sehingga walaupun saya sudah bekerja di kota saya tetap melakukan hobi kecil saya yakni bertani..di dalam kota saya begitu bahagia jika apa yang ditanam bisa menghasilkan dan dibagi keteman kerja ataupun keluarga.

saya bangga jadi anak petani..hidup petani walau kita tidak lagi dibanggakan dan dikagumi saat ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun