Mengatur GapuraÂ
Ruang luar dalam dunia arsitektur sebagai batas atau ruang transisi juga " wajah " atau introduksi tentang  apa yang ada di bangunan utama. Sebelum memasuki ruang terbuka berupa alun alun, di Solo maupun Yogyakarta, kita bakal melewati gapura sebagai gerbang tidak hanya bermakna " selamat datang " tetapi kamu memasuki ruang ini dan atur perilakumu sesuai dengan aturan yang ada.
Tidak hanya gapura sebagai elemen arsitektur ruang luar yang dimanfaatkan oleh Orde Baru untuk menunjukkan kekuasaan lewat ketertiban keteraturan dan keseragaman. Terutama di ruang publik. Kita bisa menyaksikan masjid masjid Amal Bhakti Muslim Pancasila juga berbentuk joglo yang seragam di seluruh Indonesia, seakan hanya ada satu model. Orde ini menandai masanya bahwa hanya ada wacana tunggal yang baku.Â
Menutup diskusi tentang gapura kali ini, gapura bukan sekedar sebuah elemen estetis. Wujudnya untuk sekedar untuk dilewati atau dilalui sebagai bagian proses entri dari ruang luar ke ruang yang lebih privat. Sebagai artefak yang mengintroduksi bangunan utama baik dari fungsi maupun karakter maupun hirarkinya. Ketika Smart sebagai membangun gapura, nampaknya sedang mengedukasi tentang nilai nilai kebesaran ilmu dan kearifan lokal yang harus dimiliki setiap civitas lembaga ini baik siswa maupun guru sebagai padepokan. Atau menjadikannya seperti gunungan saat perpindahan adegan dalam gelar wayang kulit untuk menegaskan ceritanya.Â