Mohon tunggu...
Suci Nur Hidayati
Suci Nur Hidayati Mohon Tunggu... -

I'm taking what's there now, do the best what i can.\r\nI trust my future to destiny of God Almighty

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Aku Diajari Membunuh Tuhanku

6 Desember 2013   16:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:14 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

‘Tuhanku’ Kemarin

Tuhan, selama ini kau selalu ada dalam hidupku..

Kau tunjukkan padaku apa yang harus kudapatkan dalam hidupku..

Kau buat aku tahu bagaimana aku harus melalui hidupku untuk bisa dekat denganMu..

Kau pegang kendali atas diriku, atas sikapku, atas pemikiranku dan menuntun perilakuku..

Kau adalah candu yang membuatku tergantung pada diriMu

Kau selalu ku percaya bahwa Engkau penting dalam hidupku..

Hidupku karenaMu Tuhan.. Cinta ini amat besar padaMu Tuhan..

Tuhan.

Dalam hidup manusia memiliki banyak Tuhan. oh tidak!! Sebenarnya Manusia telah banyak “menuhankan” setiap hal dalam hidupnya. Materi, Norma, Target hidup, Prestasi, Pekerjaan, Keluarga, Mimpi, Kebahagiaan. Banyak hal yang selalu dijadikan arah atau tujuan dalam hidup manusia. Manusia memujanya, mengelu-ngelukannya. Contoh sederhananya Uang.

Semua orang butuh uang dalam menjalani hidupnya. Uang digunakan untuk mendapatkan dan memenuhi kebutuhan manusia. Mulai dari buang air kecil di Toilet umum, mau minum, bahkan membeli nama dan kedudukan. Saking banyaknya hal yang membutuhkan uang sebagai alat untuk mendapatkannya, manusia seringkali sampai lupa apa yang sebenarnya dia inginkan, dan apa yang sebenarnya menjadi kebutuhannya, karena yang ia ketahui uanglah cara untuk mendapatkan semua. Tuhan uang.

Rupanya uang tak lagi hanya digunakan untuk mendapatkan barang dan jasa. Uang-pun menjadi Tuhan, yang dapat menentukan nasib manusia. Banyak manusia yang takluk dan merasa tidak berdaya dibawah kekuatan Uang. Para perempuan yang tak kuasa menjaga kehormatannya karena membutuhkan uang untuk melanjutkan hidup, para politisi yang tak berdaya dalam kilau kerakusan, para intelektual MahaSiswa yang rela dijadikan alat perang gerilya para penguasa. Waw, sungguh kuasa Uang bagi orang-orang masa kini. Dengan uang, kebenaran dapat diselimut. Tuhan Uang.

Uang menjadi nilai baru dalam hidup. Nilai yang mengungkung manusia. Manusia menjadi tidak bebas bertindak, dikekang berkehendak, dimanipulasi menikmati hidupnya. Gara-gara Tuhan Uang. Hhh... ini baru Tuhan Uang, belum lagi Tuhan-Tuhan lain yang sering manusia jadikan tumpuan hidup.. katakanlah Pacar, Kekuasaan, Kehormatan, dan sebagainya.

Heii.. bukankah manusia terlahir sebagai pemenang? Pemenang yang bebas.. pemenang dari jutaan sel sperma lain yang berebut membuahi sel telur,  bebas dari belenggu rahim dalam tubuh bunda. Lalu mengapa kebanyakan semakin tumbuh dan mengenal dunia, manusia menjadi tunduk oleh dunia, kalah, dan terkekang olehnya. Selalu berusaha meraih kenikmatan di dunia, sehingga tanpa sadar menjadi budaknya, sampai pada akhirnya menjadikannya Tuhan dalam hidup.

Sadari lagi.. kita ini pemenang yang bebas. Hidupmu milikmu, hidupku milikku. Kita bebas mengeksplor hidup kita tanpa kekangan dari mereka tuhan-tuhan yang telah merenggut kebebasan kita menikmati hidup. Mari bunuh Tuhan-tuhan yang selama ini memperbudak kita. Tuhan-tuhan dunia. Pacar, uang, para Penguasa...

Beranikan diri menjalani hidup. Ini hidupku, kamu tak berhak mengatur hidupku, begitupun aku tak berhak mengatur hidupmu, aku harus berani melawan mereka yang sudah seringkali menjadikanku budak atas hidupku. Hidupku milikku, thoh aku bertanggung jawab atas tindakanku memperlakukan hidupku. Biarlah kunikmati hidupku tanpa mereka tuhan-tuhan yang selalu membatasi tindakanku.

Tapi aku bukan Nietszche si pembunuh Tuhan. Yang benar-benar membunuh semua Tuhan.  Cukuplah aku memiliki Tuhan yang satu dalam hidupku, Tuhan yang menemaniku menikmati hidupku, bukan menjajah hidupku seperti mereka Tuhan-tuhan dunia. Cukuplah satu Tuhan, Allah. Karena bagiku Tuhanku ini tak pernah membatasi tindakanku, membuatku terkekang dan sebagainya, tapi Dia selalu menemaniku di setiap langkahku menjalani hidupku, sebagai teman yang mengingatkanku ketika aku salah jalan, sebagai teman tempatku berbagi sehingga Dia sangat tahu tujuan hidupku dan selalu menunjukkanku pilihan-pilihan cara terbaik untukku bertindak dalam hidupku. Tuhanku yang menghargai hidupku dan menunjukkanku bahwa aku adalah manusia unggul dalam hidupku.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun