Mohon tunggu...
Suciati Lia
Suciati Lia Mohon Tunggu... Guru

Belajar mengungkapkan sebuah kata agar bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Teduh yang Tak Tersisihkan

11 September 2025   22:11 Diperbarui: 11 September 2025   22:11 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hujan. (Foto: ist), diambil dari https://rm.id/baca-berita/megapolitan 

Teduh yang Tak Tersisihkan

Jika langitmu kembali cerah lagi
Dan mentari memyapa menebar hangat tanpa ragu
Ingatlah payung yang pernah kau genggam
Yang pernah meneduhkanmu
Di kala hujan deras mengguncang langkahmu

Jangan lupakan ia yang diam-diam
Ia bukan sekadar kain yang meneduhkan
Menjadi perisai diam dari gigil dan gelisahmu
menjadi naungan kala dunia begitu berat,
dan kau nyaris hilang dalam basah yang tak berujung.
Meski kini ia terlipat sunyi di sudut ruang
Tak lagi kau genggam
Tak lagi  kau pandang

Sebab, ketulusan tak selalu menuntut kata
Kadang ia hanya hadir berteduh bersamamu
Di kala kau terjatuh dan basah kuyup
Lalu hilang secara perlahan
Di kala mentari kembali tersenyum

Maka, ingatlah...
Bahwa payung yang sederhana itu
Pernah menjadi peneduhmu
Yang tulus menemanimu
seperti doa yang selalu menjaga,
meski tak pernah kau sebut namanya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun