Mohon tunggu...
Suciati Lia
Suciati Lia Mohon Tunggu... Guru

Belajar mengungkapkan sebuah kata agar bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tutur, Tindak, dan Tradisi: Mewariskan Kearifan Leluhur kepada Generasi Penerus

6 Juli 2025   14:37 Diperbarui: 6 Juli 2025   14:37 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tutur, Tindak, dan Tradisi: Mewariskan Kearifan Leluhur kepada Generasi Penerus

Kearifan lokal merupakan warisan berharga dari para leluhur yang membentuk generasi cara berpikir, bersikap, dan berperilaku dalam masyarakat dalam menghadapi kehidupan. Warisan tidak hanya tercatat dalam peninggalan sejarah tapi hidup secara turun-temurun melalui tutur, tindak, dan tradisi yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga bagian tersebut menjadi jembatan penting dalam mewariskan nilai leluhur agar tetap terjaga dan terawat sebagai identitas diri. 

Bukan tanpa alasan sebab di tengah derasnya arus globalisasi dan gelombang modernisasi yang tak bisa terelakkan. Hal ini akan membawa tantangan besar terhadap bangsa Indonesia bagaimana generasi sekarang tetap tumbuh dan berkembang tanpa kehilangan akar budaya peninggalan leluhur. Selain itu, tantangan yang sedang melanda di generasi sekarang yakni mereka tumbuh dalam lingkungan yang mengenal budaya populer global daripada nilai-nilai lokal yang lahir dari warisan leluhur. Hal tersebut mengundang keprihatinan yang akan memudarnya kesadaran pada kearifan lokal sebagai warisan tak ternilai sebagai pondasi identitas dan karakter bangsa.

Bukan sekadar peninggalan masa lalu, kearifan lokal merupakan representasi dari  cara pandang, sikap hidup, dan sistem nilai yang sudah diuji oleh zaman. Nilai yang ditinggalkan oleh para leluhur merupakan sebuah nilai yang berharga sehingga sayang tinggal sejarah. Untuk itu, sudah menjadi tugas bersama tidak sekadar melestarikan tapi menghidupkan kembali nilai-nilai luhur dalam bentuk yang bisa menjangkau cara berpikir dan cara hidup generasi berikutnya.

Mewariskan dengan Hati, Menghidupkan dengan Tindakan

Ketiga unsur yang berupa tutur, tindak, dan tradisi sudah semestinya kita hidupkan dalam sebuah tindakan sehari-hari agar tetap terjaga sebagai nilai budaya bangsa yang masih relevan dengan perkembangan zaman. Tutur merupakan medium utama pewarisan nilai dalam masyarakat adat. Sehingga kita bisa belajar dari cerita rakyat, pantun, pepatah, mantra hingga dongeng sehingga kita lebih mengenal nilai kehidupan yang berupa kejujuran , keberanian, kesetiaan, dan rasa hormat pada alam.

Mengapa hal tersebut kita tanamkan agar generasi muda tidak terjebak mencintai budaya luar daripada budaya leluhurnya. Meskipun bahasa asing mesti kita kuasai tapi bahasa daerah tetap kita jaga dan lestarikan agar tidak hilang dan punah. Jika hilangnya turut berarti hilangnya cara berpikir dalam memandang dunia dari sudut pandang para leluhur. Untuk itu, mari bergandengan tangan untuk menyamakan misi dalam menjaga tradisi lisan bukan hanya mempertahankan bahasa tapi bagaimana kita turut serta menjaga kebijaksanaan lokal yang masih relevan dengan kemajuan zaman.

Tidak hanya tutur, kearifan lainnya juga tercermin dalam tindakan seperti gotong royong, upacara adat, musyawarah, cara masyarakat menjaga keseimbangan alam, pola bertani tradisional, dan lainnya yang semua itu merupakan bentuk nyata dari nilai-nilai luhur yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Setiap tindakan yang telah diwariskan leluhur tidak semua diajarkan secara formal tapi dipelajari melalui keterlibatan langsung dalam praktik sosial. Terkadang arus modernisasi yang mengedepankan efisiensi seringkali melupakan pola hidup berbasis kebersamaan. Apalagi generasi muda kadang tak diikutsertakan dalam kegiatan adat yang semestinya itu juga penting mesti terkadang ada penolakan. Mengapa itu penting? Sebab mereka akan kehilangan kesempatan belajar dari pengalaman langsung yang berharga.

Saat generasi yang telah mewarisi budaya leluhur itu berarti mewariskan tindakan yang berarti berusaha melibatkan generasi atau keturunan mereka dalam praktik nyata sehingga tidak sekadar jadi penonton. Kegiatan tersebut bisa dimulai dari kegiatan di sekolah, festival adat, sampai gotong royong sosial yang berbasis kearifan lokal. Hal tersebut merupakan salah satu cara menjadi jembatan pewarisan nilai.

Sebab, tradisi merupakan jalinan mengikat antaranggota masyarakat dalam satu rasa dan identitas yang sama. Dengan adanya tradisi, kita tidak hanya melihat ke masa lalu tapi menemukan arah untuk masa depan. Apalagi tradisi bukan barang mati tapi bersifat lentur, dapat menyesuaikan sehingga tetap mempertahankan ruh dan maknanya.

Warisan leluhur yang berupa tarian tradisional, kuliner lokal, busana khas sampai siste, nilai dalam adat istiadat merupakan representatif dari kearifan loka; yang sudah teruji oleh waktu. Dengan tradisi kita diajak menghayari nilai kesederhanaan, cara menghormati suklus alam dan hubungan harmonis manusia dengan lingkungan.

Hal tersebut, jika tak diwariskan dengan cara kekinian maka tradisi dapat dianggap usang oleh generasi sekarang. Untuk itu, pentingnya transformasi pendekatan yang membuat tradisi hadir dalam bentuk lebih dekat tanpa kehilangan makna atau esensisnya seperti memanfaatkan media digital dalam bentuk dokumentasi ritual adat atau bisa juga menyisipkan nilai lokal dalam bentuk karya seni dan pendidikan karakter di sekolah.

Dengan kolaborasi dengan berbagai elemen maka cara pelestarian akan semakin mudah, salah satunya sekolah. Sekolah dapat menjadi ruang yang strategis dalam menanamkan nilai kearifan lokal dalam bentuk mata pelajaran muatan lokal tapi juga melalui kegiatan ekstrakurikuler, proyek berbasis budaya, dan integritas dalam kehidupan sehari-hari. Begitu halnya dengan di keluarga sebagai pusat pendidikan pertama yang dapat mengenalkan dan membangun kedekatan anak melalui cerita, lagu, dan kebiasaan khas daerah yang sarat akan makna.

Dengan demikian, kearifan lokal bukan sesuatu yang dapat diajarkan melalui buku teks. Tapi kita dapat merasakan, menghayati, dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga kita bisa melibatkan secara emosional dan keteladanan nyata pada  generasi penerus. Melalui kolaborasi dengan diiringi tanggung jawab bersama maka setiap elemen memiliki peran yang sama untuk menjaga dan merawat warisan leluhur.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun