Mohon tunggu...
Subejo PhD
Subejo PhD Mohon Tunggu... Dosen - Akademisi dan Peneliti

Dosen dan Peneliti Fakultas Pertanian UGM Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kemanusiaan dan Altruisme, Hikmah di Balik Tragedi

21 Maret 2020   11:39 Diperbarui: 4 April 2020   20:18 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Satu-dua minggu di akhir Februari 2020 perhatian publik di Yogyakarta dan sekitarnya tersedot pada sebuah tragedi yang sangat memilukan ratusan siswa SMP Negeri 1 Turi Sleman diterjang banjir saat melakukan susur sungai sebagai kegiatan pramuka. 

Kesedihan sangat mendalam bagi  para keluarga siwa-siswi dengan adanya korban jiwa sepuluh orang meninggal dunia dan puluhan luka serta cukup banyak siwa-siswi yang masih mengalami trauma.

Berbagai kalangan sangat berharap dalam waktu dekat semua hal dapat ditangani dengan sebaik-baiknya termasuk pihak-pihak yang dipandang dan terbukti bertanggungjawab karena diduga lalai sehingga menimbulkan banyak korban. 

Suatu hal yang sangat mendesak adalah penanganan trauma pada siswa-siswi untuk dapat segera kembali aktif dalam berbagai kegiatan sekolah dan menjalani masa-masa kegembiraan remaja. 

Beberapa media nasional dan lokal mengabarkan sudah ada langkah cepat beberapa pihak yang memiliki kapabilitas penanganan psikologis dalam kegiatan trauma healing pada para siswa-siswi.

Empati dan Sensifitas Kemanusiaan

Di balik tragedi yang memilukan, muncul hikmah adanya empati dan sensifitas rasa kemanusiaan yang sangat kuat dari masayarakat dan berbagai pihak terkait. Media nasional mewartakan respon dan tindakan yang sangat cepat dari berbagai pihak dalam melakukan evakuasi korban sejak Jumat sore hingga minggu siang. 

Dilaporkan lebih dari 30 institusi  terlibat dalam penanganan korban yang terdiri dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, BASARNAS, BPBD, TAGANA, Kelompok Pecinta Alam, Karang Taruna, serta kelompok relawan dan masyarakat.

Siang dan malam selama tiga hari penuh proses evakuasi, berbagai pihak bahu-membahu secara sinergis melakukan pencarian dan penanganan korban. Dorongan empati dan rasa kemanusiaan tanpa sekat seperti ini sangat mengagumkan dan membanggakan di tengah keprihatinan bangsa dalam beberapa waktu terakhir yang terbelah karena berbagai kompetisi politik dan tali temali dengan isu-isu SARA.

Sensifitas dan rasa kemanusiaan secara masif  diviralkan oleh media baru  dalam bentuk portal berita digital maupun berbagai jaringan media sosial. Media digital memiliki peran yang sangat penting dalam menginformasikan secara cepat dari waktu ke waktu tentang perkembangan peristiwa pencarian dan penanganan korban.

Dalam kondisi darurat dan keprihatinan yang mendalam, fenomena tumbuhnya empati masyarakat dan sensifitas rasa kemanusiaan menguat dan disemaikan ke dalam ruang-ruang publik secara masif dan efektif melalui berbagai media digital. 

Hal ini menjadi hikmah dan pelajaran berharga bagi berbagai komponen bangsa untuk menumbuhkembangkan solidaritas masyarakat dengan dukungan efektivitas media digital yang memberitakan peristiwa secara positif mengubur informasi sesat atau hoaks yang beberapa tahun terakhir telah meracuni ruang publik kita.

Semangat Altruisme

Selain keterlibatan berbagai institusi terkait dalam evakuasi korban dan pasca tragedi, keterlibatan masyarakat lokal secara sukarela juga sangat mengagumkan dan dapat menjadi  model partisipasi masyarakat dalam merespon berbagai problem pembangunan.

Sudarwanto alias Qodir menjadi salah satu sosok yang sangat fenomenal dengan kemampuannya dan pengalamnnya mengenal medan, sangat berani mengambil risiko terjun ke sungai untuk mengevakuasi para siswa-siwi yang sedang panik karena terseret arus banjir.

Beberapa media melaporkan kegigihannya untuk menolong anak-anak yang sedang mengalami musibah. Sosok sederhana namun penuh kebaikan serta ketulusan hati  mengambil risiko mengevakuasi korban bukan untuk ketenaran, imbalan atau pengakuan namun karena dorongan rasa kemanusiaan dan simpati.

Tindakan Qodir dalam perspektif teoritis sebagaimana digambarkan oleh Elias L. Khalil (2001) dapat dimaknai sebagai perilaku altruistik (altruism behavior) dimana Qodir rela mengorbankan kepentingannya demi manfaat dan kepentingan orang lain. Dalam konteks ini, Qodir berani mengambil risiko (mengorbankan kepentingan pribadi) demi dapat menolong dan menyelamatkan anak-anak yang sedang menghadapi bahaya.

 Dalam banyak perdebatan akademik, perilaku altruistik yang ditandai dengan kepedulian dan pembelaan pada kepentingan orang lain sering dilawankan dengan perilaku egois (egoistic behavior) yang cenderung mengutamakan kepentingan pribadi.

Teori klasik dari Adam Smith menggambarkan bahwa perilaku altruistik didasari oleh simpati terhadap orang lain dan kepentingan orang lain. Simpati sebagi konsep moral memberikan kemampuan pada seseorang untuk peka terhadap problematika orang lain sehingga mendorong rela mengorbankan kepentingan pribadinya.

Kemampuan mengembangkan simpati terjadi melalui proses internalisasi dalam masyarakat dan praktik budaya timbal balik (resiprokal) dimana pada masyarakat agraris-pedesaan umumnya gotong royong dan  tradisi tolong menolong masih mengakar kuat serta dipraktikkan dalam berbagai aktivitas kehidupan sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun