analisNews_ Opini_ ddf- Saat masih di bangku kuliah, sempat aku membaca The Rebelnya Albert Camus.Sekarang, aku sudah lupa apa isi buku itu. Hanya satu yang masih melekat erat di dalam ingatanku, pemberontak adalah mereka yang berani berkata tidak secara terbuka. Maka, revolusi juga terjadi karena banyak orang berani berkata tidak secara bersama-samaSungguh! Tidak mudah berani berkata tidak secara terbuka. Ya, tidak banyak yang berani. Ada risiko atau buntut yang kurang menyenangkan bahkan membahayakan. Satu tidak belum mendatangkan kerikil sandungan. Sekian banyak tidak, bisa jadi guguran batu cadas tajam menghadang.Pengalaman sudah membuktikan.tidak ada Cara bagi mereka kecuali mengatasnamakan orang lain untuk kemenangan sendiri . Nalar permissif  membawa kepada pessimis  yang menghadapkan pada Pertentangan akar tradisi dan ilmiyah .Tapi, untuk sesuatu yang memang tidak pantas diterima, mengapa tidak berani berkata tidak ? .
Kesimpulannya bahwa  Albert Camus  sudah memberikan pelajaran, kata  "tidak" pada perubahan untuk Penindasan yang disahkan penguasa , ternyata bisa jadi satu penghargaan dan penghormatan, bahkan kemuliaan, bagi mereka yang memahami maknanya.
Jangan pernah ragu atau takut disebut " pemberontak " Rebellion . Karena, di mata yang lain, bisa jadi kamu justru dielukan sebagai pahlawan.
Sholikul hadi , Allumni Fak Ushuluddin Jurusan Filsafat , Universitas Islam IAIN sunan Kalijaga Yogyakarta , 1991
menulis di berbagai media