Mohon tunggu...
Asria
Asria Mohon Tunggu... Guru - Fils mon cher épice de sucre séduit.

Aci lulusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Asli Cipanas – Cianjur. Datang dari kota kecil penuh makna dan tempat kenangan. Waktu kuliah lebih banyak tinggal di Bandung. Sekarang Aci tinggal di Banyuwangi dan bekerja di salah satu SMP dan lembaga bimbingan. Aci senang musik, tayangan, buku, dan berbincang dengan sedikit orang. Sedang belajar meditasi dan menerapkan filosofi stoik dan minimalism. Aci sering memotret terutama makanan.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Penerimaan

4 Februari 2022   12:49 Diperbarui: 4 Februari 2022   12:53 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bertahun-tahun aku selalu bertanya, "apakah ada yang akan menerima diriku tanpa syarat?". Dari hari ke hari aku terus berusaha menjadi orang yang mampu diterima oleh banyak orang terutama orang terdekat dan rekan yang harus sering aku temui. Tidak ada yang salah dengan mencoba menjadi orang yang bisa diterima oleh sebuah perkumpulan, tapi apakah aku bahagia menjalaninya?

Seiring berjalannya waktu, banyak hal yang aku pelajari. Pelan-pelan aku mulai memahami satu hal tentang penerimaan itu. Aku tidak bisa memaksa seseorang menerimaku karena itu bukan hak aku. Setiap orang punya selera tersendiri untuk menerima orang lain, pun diriku. Aku tidak punya kuasa atas pilihan orang lain, maka yang perlu aku benahi pertama adalah penerimaan dariku untukku.

Ketika aku berusaha untuk diterima sedangkan aku tidak menerima diriku sendiri, orang lain akan menerima dengan embel-embel 'karena'. Aku mempelajari bahwa menerima diri sendiri lebih penting sebelum kita berusaha diterima oleh banyak orang. Ketika kita menerima diri kita dengan segala kekurangan, kelebihan, dan semua yang ada dalam diri kita maka orang lain juga bisa demikian.

Haruskah menerima tanpa syarat? Bagiku iya. Terima diri ini dengan apa adanya kita. Kita bukan tempat melamar pekerjaan yang harus ada syaratnya. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah menerima diri apa adanya, setelah itu mari melangkah ke tahap selanjutnya.

Jangan cintai aku apa adanya, jangan!

Tuntutlah sesuatu biar kita jalan ke depan.

Tulus - Jangan Cintai Aku Apa Adanya

Benar kata Tulus, agar bisa jalan ke depan kita jangan hanya menerima apa adanya, harus ada perbaikan dalam diri kita agar kita bisa lebih maju. Lalu menerima apa adanya atau tidak? Tahap pertama, terima diri kita lalu pahami diri kita sendiri. Setiap manusia itu unik dan dinamis. Kita perlu mempelajari diri kita setiap hari dan terima diri kita. Tahap kedua setelah kita menerima, kita maju ke depan dengan memperbaiki hal-hal yang menurut kita negatif dari diri kita.

Berdasarkan pengalamanku, ketika aku memperbaiki diriku dulu tanpa mengenal diriku, rasanya melakukan perubahan itu berat dan aku tidak merasa bahagia menjalaninya. Bahkan ketika aku berubah karena orang lain, aku seperti menyakiti bagian dari diriku. Berbeda ketika aku menerima diriku terlebih dahulu kemudian mulai bertumbuh untuk memperbaiki diri. Rasanya lebih menyenangkan dan melegakan.

Jadi, mulailah menerima dirimu terlebih dahulu. Melangkah sedikit demi sedikit untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Jangan terlalu memaksakan diri dan terpaku pada apa yang dikatakan orang lain untuk memperbaiki dirimu. Olah saran dari orang-orang yang ingin kamu lebih baik dan sesuaikan dengan dirimu sendiri untuk memperbaikinya.

Selamat mengenal dan menerima diri, selamat bertumbuh!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun