Mohon tunggu...
Stevi Wong
Stevi Wong Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Akuntansi Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor

Saya adalah mahasiswa yang gemar menulis beberapa jenis tulisan seperti menulis novel , cerita singkat , dan juga artikel. Saya juga punya satu cerita yang sudah saya publish di wattpad, bagi yang penasaran langsung cek aja instagram aku @stevi.06. Ada link yang tertera di bio instagramku jadi bisa langsung di klik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kebodohan Komunal Menjadi Pemicu Meledaknya Angka Positif Covid di Indonesia

17 Juli 2021   12:14 Diperbarui: 17 Juli 2021   13:16 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Akhir-akhir ini kasus positif Covid-19 di Indonesia sedang mengalami peningkatan yang cukup drastis. Menurut Detiknews pada 4 Juli 2021, kasus harian Covid-19 di Indonesia mencapai rekor 27.233 kasus dan tersebar pada 34 provinsi di Indonesia dengan Jakarta sebagai provinsi dengan kasus postif Covid-19 terbanyak. Penyebab meledaknya angka positif Covid-19 di Indonesia dikaitkan dengan istilah yang sedang marak, yaitu kebodohan komunal atau herd stupidity.  Istilah ini dipopulerkan oleh pakar Epidemiologi Bapak Pandu Riono dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, beliau menjelaskan bahwa kebodohan komunal merupakan kebodohan yang dilakukan secara bersama dan menurutnya ini merupakan istilah yang tepat untuk merepresentasikan sikap warga Indonesia dan pemerintah dalam menanggapi dan melawan pandemi Covid-19.

 Alih-alih selama pandemi, ternyata kebodohan komunal memang sudah melekat pada masyarakat Indonesia sehingga membentuk sebuah kebiasaan. Dari kebiasaan yang tertanam itu akhirnya menjadi pemicu meledaknya kasus positif Covid-19 di Indonesia. Banyak sekali sikap warga Indonesia yang termasuk golongan kebodohan komunal, diantaranya adalah percaya terhadap hoaks yang beredar. 

Sejak awal pandemi banyak cara yang beredar di internet untuk menangkal virus corona, diantaranya adalah berkumur dengan air garam. Banyak masyarakat Indonesia yang percaya bahwa cara tersebut efektif dalam menangkal virus corona, sehingga masyarakat Indonesia mengabaikan protokol kesehatan karena mereka merasa dapat terhindar dari Covid-19 hanya dengan berkumur air garam secara rutin. 

Berdasarkan artikel Kompas.com pada tanggal 31 Maret 2020, Lembaga Kesehatan Publik Nasional Amerika Serikat, The Centers for Disease Control and Prevention, dan menurut seorang dokter dari University of Pennsylvania, Amerika Serikat menjelaskan bahwa berkumur dengan air garam hanya ampuh untuk meredakan peradangan pada tenggorokan namun tidak mencegah masuknya virus corona ke dalam tubuh.

Selain itu bentuk kebodohan komunal lainnya adalah sikap masyarakat yang denial terhadap pandemi Covid-19. Banyak masyarakat yang menyangkal atau mengabaikan fakta yang ada di depan mata terkait virus corona. 

Banyak oknum yang beranggapan bahwa corona hanyalah sebuah konspirasi yang dilakukan pemerintah untuk kepentingan aliansi politik dan meraih keuntungan belaka, padahal faktanya virus corona memang benar adanya dan telah merenggut kurang lebih 60.528 nyawa di Indonesia. Sikap denial seperti ini menjadi pemicu surplus positif Covid-19 di Indonesia karena dapat mendoktrin masyarakat untuk tidak acuh terhadap protokol kesehatan.

 Guna mengakhiri pandemi Covid-19, ilmuwan berupaya menciptakan vaksin Covid-19. Hingga akhirnya setelah kurang lebih satu tahun vaksin Covid-19 mulai disebarluaskan ke berbagai negara termasuk Indonesia. Presiden Republik Indonesia, Bapak Joko Widodo, menjadi orang pertama penerima vaksin kemudian diikuti oleh beberapa tokoh perwakilan masyarakat. 

Para petinggi negara menjadi penerima vaksinasi pertama untuk meyakinkan dan mengajak masyarakat menjalani vaksinasi guna mencapai kekebalan bersama atau herd imunity. Namun mirisnya kebodohan komunal seolah-olah tidak dapat dipisahkan dari warga Indonesia karena faktanya banyak yang menyebarkan berita bahwa vaksin dapat menimbulkan efek samping yang fatal hingga kematian dan banyak berita yang beredar bahwa setelah vaksin maka tubuh kita akan kehilangan antibodi sehingga menjadi lebih mudah terpapar Covid-19. Padahal jika kita pelajari lebih lanjut efek samping setelah vaksin setiap orang tidaklah sama karena semua tergantung imun tubuh masing-masing. Kita harus memahami bahwa setelah vaksin tubuh kita harus melewati beberapa fase sebelum akhirnya terbentuknya antibodi yang kuat.

Terbentuknya kebodohan komunal bukan hanya karena sikap masyarakat biasa melainkan pemerintah juga berperan. Pada kasus ini pemerintah masih kurang tegas dalam menegakan aturan. Terbukti dengan masih banyak orang berkeliaran tanpa masker, tempat hiburan masih banyak yang buka, dan aturan larangan mudik yang kurang ketat. Berdasarkan Kompas.com pada 17 Juni 2021,  juru bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Bapak Wiku Adisasmito mengatakan, kenaikan kasus Covid-19 yang terjadi hingga minggu ke-4 setelah libur Lebaran 2021 telah melebihi 100%. Sudah terbukti bahwa banyaknya mobilitas saat libur Lebaran membuat kasus Covid-19 semakin meningkat padahal sebelumnya kasus sudah mulai melandai.

            Untuk mengatasi surplus kasus positif Covid-19 maka masyarakat harus memiliki kesadaran dan pemikiran yang lebih terbuka, sebab selama ini faktor penyebab yang membuat Indonesia statis dalam kasus Covid-19 adalah masyarakat itu sendiri. Banyaknya masyarakat yang mengabaikan aturan yang ada serta pemerintah yang tidak tegas dalam memberikan sanksi pelanggaran, padahal seharusnya pemerintah bersikap lebih keras di masa genting seperti ini. Hal-hal itulah yang memicu terbentuknya kebodohan komunal antara masyarakat dan pemerintah. 

Dalam kasus ini masyarakat dan pemerintah harus bisa bekerja sama karena jika hanya salah satunya saja maka Indonesia tidak akan segera pulih dari Covid-19. Kita harus bersama-sama menghindari berbagai sikap yang tergolong atau memicu terciptanya kebodohan komunal dan mulai berpikir lebih bijak serta pintar dalam melawan kondisi ini, dengan adanya kesadaran dan kerjasama antar pemerintah dan masyarakat maka Indonesia akan bersinergi serta lebih mudah dalam melawan Covid-19. Pada dasarnya pilihan ada ditangan kita sendiri, lebih pilih tumbang atau pulih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun