Mohon tunggu...
Steven P
Steven P Mohon Tunggu... Mahasiswa - Bapa Angkasa, Ibu Pertiwi

Penyanjung Semesta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Covid-19: Virus Refleksi NKRI

29 November 2021   10:10 Diperbarui: 29 November 2021   10:16 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kondisi ini menunjukkan kekurangan kapasitas tempat tidur hingga 40 ribu yang terbagi dalam 34 provinsi. Maka tidak heran dari sisi kesehatan masyarakat, lonjakan kasus COVID-19 sempat mengalami puncaknya yang diakibatkan tidak adanya kapasitas yang memadai dalam mengisolasi pasien terdampak. 

Dampak  lonjakan COVID-19 juga dapat dikatakan berfaktor pada tingkat kualitas pendidikan Indonesia yang masih tergolong rendah. Indonesia masih cenderung "asal-asalan" dalam menentukan standar mutu pendidikan yang diimplementasikan ditengah masyarakat sehingga saat terjadi suatu hal mendesak seperti COVID-19, tingkat literasi melek teknologi dan informasi akhirnya dipatahkan oleh teori-teori konspirasi yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan keadaan yang sesungguhnya.

Di usia 76 tahun ini, Indonesia dikatakan tertinggal dari segi pendidikan oleh negara-negara yang baru merdeka. Hasil riset dan pernyataan yang menyalahkan kondisi geografis dan multikultural ditambah jumlah penduduk yang besar seakan-akan dijadikan suatu produk pembenaran akan kinerja pemangku jabatan yang sangat lamban dalam meningkatkan kualitas pola pikir masyarakat saat ini. 

Keadaan ini pula diperparah dengan ketidakmampuan pemerintah dalam melakukan screening konten yang bertentangan dengan usaha pemerintah dalam menahan laju COVID-19. 

Menjamurnya konten-konten penentang vaksin yang diikuti dengan berbagai teori konspirasi dari pribadi-pribadi yang tidak memiliki kompetensi dalam dunia kesehatan semakin menjelaskan bahwa pihak-pihak yang duduk dalam jabatan strategis terkait tidak memiliki kemampuan dalam menjalankan tugasnya. 

Politik bagi jabatan yang tidak sesuai kompetensi dan hanya memperhitungkan keuntungan koalisi memberi andil pula dalam keadaan yang sulit untuk dianalisa dasar pemikirannya. Terbukti dalam pola pikir masyarakat yang enggan menanggapi himbauan pemerintah menunjukkan bahwa proses sosialisasi yang dilakukan tidak berimbang dengan tindakan pencegahan dan pemberantasan informasi-informasi tidak sejalan dengan pemerintah dalam menghadapi COVID-19.

Kesinambungan faktor-faktor yang dijabarkan sebelumnya memberikan suatu tanda tanya didalam benak banyak orang khususnya penulis; "dengan situasi demikian, dampak apa saja yang luput dari pengamatan sehari-hari?".

Tatanan pola pikir masyarakat akhirnya banyak dibelokkan dari kebutuhan akan suatu dasar literasi kepada teori-teori yang disuarakan oleh kelompok dan pribadi mengandalkan ketokohan dalam dalam masyarakat. 

Dewasa ini banyak tenaga kesehatan profesional yang kalah pamor dengan sosok-sosok yang hanya sekedar menyuarakan pandangan. Tentunya bila sebagian besar masyarakat memiliki kemampuan filter informasi yang baik (tingkat edukasi yang berkualitas) hal tersebut bahkan menjadi suatu bahan tertawaan 1 negara bagi orang-orang yang bersuara tanpa basis pengetahuan. 

Bila pemerintah Indonesia pada akhirnya bersungguh-sungguh dalam pembangunan dan kemajuan bangsa tentunya formasi kementerian dan lembaga negara sepenuhnya akan diisi oleh sosok-sosok berkompeten bahkan berprestasi dan diakui dunia dalam bidangnya. 

Sehingga alur komunikasi informasi dan teknologi media baru dapat dioptimalkan dalam program pembangunan negara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun