Mohon tunggu...
Stephen G. Walangare
Stephen G. Walangare Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kunang-kunang kebenaran di langit malam.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Bioteknologi Baru

25 Agustus 2018   17:47 Diperbarui: 25 Agustus 2018   18:29 1284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beliau berpendapat bahwa hubungan manusia dengan tubuh mereka sendiri dalam arti tertentu merupakan perbatasan terakhir dari alam. Betapa pun banyaknya kita memodifikasi lingkungan alam dan mengelilingi diri kita dengan produk-produk yang kita temukan, kita tidak dapat lepas dari “keniscayaan” tubuh kita sendiri. Tetapi, sekarang perbatasan terakhir dari yang alami itu semakin banyak dilanggar. Kita tidak harus menerima keterbatasan tubuh kita sebagaimana diberikan kepada kita selama ini. Dengan memahami mekanisme molekuler dan biologi dalam membangun tubuh kita, kita dapat mempelajari cara merekayasa dan memperbaiki mereka. Mimpi teknologi lama untuk dapat mengendalikan dan meningkatkan alam, yang berawal dari zaman pencerahan, dapat diperluas untuk merancang tubuh manusia itu sendiri. Tubuh kita dapat dianggap sebagai bahan baku yang berpotensi untuk dimodifikasi atau diperbaiki dan ditingkatkan sesuai dengan keinginan kita sendiri. Jika tubuh manusia dipandang sebagai produk dari kekuatan acak buta (blind random forces) selama jutaan tahun sejarah evolusi, mengapa kita harus ragu-ragu untuk menggunakan kecerdasan yang telah mengalami evolusi itu untuk memperbaiki rancangannya?

Bioteknologi mengubah hakikat peran orang tua

Berkembangnya bioteknologi reproduksi, menawarkan kesempatan baru bagi orang tua untuk melakukan pegendalian terhadap proses perkembangbiakkan. Kita bisa memilih donor sel telur dan sel sperma yang diperlukan untuk membuat embrio. Kita dapat menguji embrio untuk memilih salah satu yang memiliki potensi genetik yang optimal. Beberapa pakar berpendapat bahwa tidak ada perbedaan antara menghabiskan uang untuk pendidikan dan menghabiskan uang untuk memastikan bahwa anak Anda memiliki potensi genetik yang optimal. Keduanya merupakan cara untuk meningkatkan peluang anak-anak kita menghadapi “lotre kehidupan” ini. Dan jika kita bisa mempelajari cara merekayasa DNA embrio yang aman dalam rangka meningkatkan potensi masa depan embrio itu, demikian kata orang, maka tidak ada alasan etis lagi mengapa kita tidak harus memulai proses itu, untuk memperbaiki dan meningkatkan sifat dasar manusia sedikit demi sedikit.

Bahkan, beberapa ahli biologi mengemukakan bahwa peningkatan susunan genetik semua individu merupakan tujuan penting manusia. Ahli biologi molekuler, Lee Silver mengatakan, “Sementara gen-gen yang egois dan memetingkan diri sendiri itu mengendalikan semua bentuk kehidupan lainnya, maka pada diri manusia, tuan dan budak telah beralih kehidupan, orang sekarang memiliki kekuasaan tidak hanya untuk mengendalikan, tetapi untuk menciptakan gen baru bagi diri mereka sendiri. Mengapa kekuasaan itu tidak kita ambil atau rebut? Mengapa kita tidak mengendalikan apa yang di masa lalu telah diserahkan pada peristiwa kebetulan? Bahkan kita mengatur semua aspek lain dari kehidupan dan identitas anak-anak kita melalui pengaruh-pengaruh yang kuat dari masyarakat dan lingkungan .... Atas dasar apa kita menolak pengaruh genetik positif pada esensi seseorang, padahal kita menerima hak para orang tua untuk memberikan hal yang baik bagi anak-anak mereka dalam semua hal lainnya?” Bentley Glass menggunakan istilah hak untuk menekankan peran teknologi genetika, “Hak individu untuk berkembang biak harus memberikan tempat kepada hak terpenting yang baru; hak semua anak untuk memasuki kehidupan dengan bekal fisik dan mental yang memadai.”

Dalam waktu yang tidak begitu lama, tampaknya akan sangat memungkinkan untuk menguji embrio guna menentukan berbagai karakteristik termasuk aspek kecerdasan, kekuatan fisik dan ukuran, serta kerentanan terhadap sejumlah besar penyakit. Untuk pertama kalinya, para pasangan akan dapat benar-benar memilih anak sesuai pilihan dan akan cocok dengan gaya hidup mereka. Mungkin tidak lama lagi, menyeleksi embrio yang terbaik akan dipandang sebagai bagian terpenting dari tanggung jawab orang tua. “Saya berutang kepada diri sendiri dan kepada anak saya di masa depan untuk memberikan dia susunan genetik yang terbaik pada awal hidupnya.” Di bawah kedok tanggung jawab kelas menengah, jeratan dewa konsumerisme pada akhirnya menjangkau peran orang tua.

Bioteknologi menawarkan kemungkinan solusi bagi persoalan kuno umat manusia

Sejak fajar peradaban, manusia telah berjuang untuk berdamai dengan keterbatasan yang bersumber dari sifat fisik kita. Tiap-tiap generasi harus belajar dari awal, realitas manusia dalam proses penuaan, penyakit, ketidaksuburan, cacat, kerapuhan, depresi, dan kematian. Dalam menghadapi kenyataan ini kita bergumul dan belajar untuk memperoleh kebijaksanaan, wawasan, dan penerimaan. Kita dibuat dengan cara demikian. Ini adalah kondisi manusiawi. Tetapi sekarang, untuk pertama kalinya dalam sejarah manusia, bioteknologi telah berkembang ke suatu titik, yang tampaknya menawarkan pemecahan terhadap masalah kuno ini. Kita tidak harus menghadapi realitas yang menyakitkan dengan sikap menerima yang pasif dan pasrah. Kita memiliki teknologi. Kita dapat belajar untuk membebaskan diri dari keterbatasan yang dikenakan oleh alam fisik kita. Ini menjadi mimpi yang sangat manjur bagi banyak ilmuwan dan filsuf. Filsafat transhumanisme yang muncul mengedepankan pandangan bahwa teknologi yang meningkatkan kemanusiaan harus tersedia secara meluas; bahwa individu pada umumnya harus memiliki kewenangan mengenai teknologi mana yang akan diterapkan ke diri mereka sendiri; dan bahwa orang tua harus bebas untuk memutuskan, teknologi reproduksi manakah yang akan dimanfaatkan saat mereka berusaha memiliki anak. Banyak penganut filsafat ini yang percaya bahwa akhirnya teknologi yang semakin berkembang akan dapat mengarahkan kita pada pembentukan makhluk pascamanusia, makhluk yang mungkin memiliki rentang kesehatan yang tidak terbatas, kemampuan intelektual yang jauh lebih besar dibandingkan dengan manusia saat ini, dengan kesadaran sensorik jenis baru, dan pengendalian atas fungsi intelektual dan emosional yang telah ditingkatkan.

Kemungkinan terapi di masa depan yang spektakuler mengalahkan keprihatinan etis di masa kini

Ketika perdebatan publik pertama tentang penelitian embrio manusia terjadi pada dekade 1980-an, banyak ilmuwan dengan meyakinkan berbicara tentang kemajuan terapi yang luar biasa yang dapat dihasilkan dari pekerjaan ini. Setelah penelitian embrio manusia dilegalkan, dikatakan bahwa ketidaksuburan akan menjadi lebih jarang, penyebab keguguran akan terurai, penyakit bawaan mematikan akan ditanggulangi, dan perkembangan janin yang abnormal akan dapat diobati. Suatu editorial surat kabar menyatakan, “Di dunia dengan begitu banyak penderitaan, akan tidak etis rasanya untuk tidak mengizinkan penelitian embrio.” Lebih dari lima belas tahun kemudian, kemajuan terapi yang dihasilkan dari penelitian pada embrio manusia tampaknya sangat sederhana. Teknik-teknik baru untuk penyaringan genetik embrio memang telah dihasilkan, tetapi janji terapi baru yang sangat bagus belum terpenuhi. Memprediksi hasil yang dimungkinkan dari riset medis sangat tidak bisa diandalkan. Sejarah ilmiah dan medis penuh dengan contoh-contoh metode penyelidikan yang tampaknya memberikan harapan, namun berakhir dengan sia-sia. Namun, dalam debat publik tentang bioteknologi, misalnya, di sekitar penelitian sel batang embrio, kemungkinan terapi masa depan yang spektakuler mendominasi diskusi dan menjadi berita utama: prosedur perbaikan sumsum tulang belakang untuk korban trauma seperti Christoper Reeves, harapan baru bagi korban penyakit Alzheimer, jaringan pengganti untuk pasien gagal jantung, ginjal, atau hati. Ketika kemungkinan manfaat masa depan penelitian diperbandingkan dengan keprihatian etis tentang rekayasa embrio dengan cara analisis manfaat yang sederhana saja, maka prospek terapi baru, walaupun sifatnya msaih amat spekulatif, akan selalu mendominasi.

Tanggapan Kristen

Menanggapi tantangan ini kita harus mulai dengan mengembangkan pemahaman Alkitab yang autentik tentang umat manusia dalam terang penyataan Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun