Mohon tunggu...
Stephen G. Walangare
Stephen G. Walangare Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kunang-kunang kebenaran di langit malam.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Injil dan Kemunafikan

16 Agustus 2018   05:15 Diperbarui: 31 Agustus 2018   19:22 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemunafikan Petrus

Sebagian teolog menafsirkan peristiwa di 2:11-14 terlalu jauh. Mereka melihat ada pertentangan teologis yang tajam antara golongan Paulus (mewakili non-Yahudi) dan Yakobus (mewakili Yahudi). Petrus berada di antara dua kutub ini.

Dugaan ini jelas tidak tepat. Paulus menyebut kesalahan Petrus sebagai kemunafikan, bukan kesesatan (ayat 13). Yang dipersoalkan pun bukan konsep, melainkan kelakuan (ayat 14 “kelakuan”; ayat 15 “hidup secara kafir”). Jadi, tidak ada masalah dari sisi doktrinal.

Dari teks ini kita belajar beberapa hal penting seputar kemunafikan. Pertama, kemunafikan terjadi pada saat seseorang hidup tidak selaras dengan Injil (ayat 14 “tidak sesuai dengan kebenaran Injil”). Meyakini kebenarannya, tetapi tidak hidup secara benar. Injil tidak merembesi seluruh aspek kehidupan seseorang. Jadi, mengetahui kebenaran Injil tetapi secara sengaja tidak hidup sesuai pengetahuan itu dapat dikategorikan sebagai kemunafikan.

Kedua, kemunafikan bisa terjadi pada saat ada tekanan sosial. Petrus terintimidasi dengan kedatangan golongan Yahudi dari Yerusalem. Mereka menyandang nama besar Yakobus. Tatkala Petrus bertindak munafik, hal itu memberikan tekanan pada orang-orang di sekitarnya. Barnabas dan orang-orang Yahudi yang pun turut dalam kesalahan itu.

Ketiga, kemunafikan menghambat kesaksian Injil. Paulus tidak hanya menegur kesalahan, tetapi juga menjelaskan dampak dari kesalahan itu. Ucapan di ayat 14 harus dipahami sesuai konteks pada waktu itu. Hidup secara Yahudi sama saja dengan hidup menurut perintah-perintah Allah. Ini merujuk pada kesalehan. Hidup secara kafir berarti sebaliknya. Jadi, yang ditekankan adalah aspek religius, bukan sosial.

Kita perlu berhati-hati dengan bahaya kemunafikan. Siapa saja bisa jatuh ke dalamnya. Petrus dan Barnabas contohnya. Satu-satunya cara untuk bertahan adalah selalu memikirkan Injil Yesus Kristus dalam setiap tingkah-laku kita. Biarkan Injil itu meresap ke seluruh area hidup kita. Kita tidak boleh khawatir dengan harga mahal yang perlu dibayar untuk itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun