Mohon tunggu...
Stephen G. Walangare
Stephen G. Walangare Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kunang-kunang kebenaran di langit malam.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penebusan Terbatas

17 Februari 2018   06:40 Diperbarui: 19 Agustus 2018   01:05 1408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Contoh Alkitab yang lain adalah tuntutan Tuhan Yesus supaya para pengikut-Nya menjadi sempurna sama seperti Bapa di surga adalah sempurna (Mat. 5:48). Perintah ini secara teori memang bisa dicapai (orang percaya sudah dibenarkan, kuasa dosa dihancurkan dan mereka diberi bimbingan Roh Kudus), namun secara faktual tidak ada orang Kristen yang mampu mencapainya (1Yoh. 1:8, 10). Apakah hal ini berarti bahwa Yesus tidak serius ketika memberikan perintah ini? Tidak! Perintah ini diberikan dengan penuh kesungguhan sekalipun hasilnya sudah dapat dipastikan akan terjadi tidak seperti yang diharapkan.

Contoh Alkitab berikutnya adalah pelayanan Yesaya dan Yehezkiel. Tuhan mengutus mereka untuk memberitakan tawaran pertobatan kepada bangsa Yehuda (Yes. 1:18-19; Yeh. 3:4), namun Tuhan juga memberitahu mereka bahwa bangsa Yehuda tidak akan mendengarkan pemberitaan mereka (Yes. 6:9-13; Yeh. 3:5-11). Situasi yang dihadapi Yesaya dan Yehezkiel mirip dengan yang dialami Yesus. Dia sudah tahu secara pasti bahwa orang-orang Yahudi akan memberikan respons negatif, tetapi hal itu tidak menyurutkan beban dan kasih-Nya kepada mereka (Mat. 23:33-37).

Kedua, dalam kehidupan sehari-hari kita beberapa kali (sering) memberikan tawaran yang sungguh-sungguh kepada orang lain walaupun kita sudah dapat menebak respons negatif yang akan kita terima. Boettner (Reformed Doctrine, 283) memberikan contoh tentang tawaran perdamaian dari seorang jenderal kepada para pemberontak yang berhasil dia kalahkan. Sang jenderal sungguh-sungguh memberikan tawaran perdamaian dan jaminan keamanan bagi para pemberontak yang mau menyerahkan senjata dan diri mereka secara sukarela. Dalam banyak kasus tawaran seperti ini biasanya ditolak (mungkin karena para pemberontak merasa malu, takut diperlakukan secara tidak baik atau masih memendam asa untuk merealisasikan perjuangan mereka), namun hal ini tidak berarti bahwa tawaran tersebut diberikan hanya sebagai basa-basi.

Ketiga, pemilihan Allah merupakan misteri bagi para pekabar Injil. Mereka hanya mengetahui indikasi ke arah itu berdasarkan respons orang-orang terhadap Injil yang mereka beritakan. Ketika memberitakan Injil, mereka belum tahu siapa yang dipilih dan siapa yang tidak. Berdasarkan hal ini mereka tetap dengan sungguh-sungguh menawarkan Injil kepada semua pendengarnya dengan harapan bahwa mereka semua atau sebagian dari mereka yang mendengarkan Injil tersebut adalah orang-orang yang dipilih.

Keempat, semua orang – baik orang pilihan maupun tidak – tetap perlu mendengarkan berita Injil. Bagi orang-orang pilihan, berita ini menjadi instrumen yang dipakai Allah untuk merealisasikan pilihan-Nya (Rm. 10:13-17). Bagi yang tidak dipilih, berita Injil akan menjadi pembenaran bagi penghakiman mereka. Mereka yang binasa tanpa mendengar berita Injil akan mengalami hukuman yang lebih ringan dibandingkan dengan mereka yang mendapat kesempatan untuk mendengarkan Injil namun tetap menolaknya (Mat. 11:21-24//Luk. 10:13-15). Dengan pemikiran seperti ini, berita Injil (Kristus mati bagi orang berdosa) tetap perlu diberitakan dengan sungguh-sungguh, karena berita ini tidak akan kembali dengan sia-sia (Yes. 55:11).

Teks-teks Alkitab yang tampaknya mengajarkan penebusan universal

Sanggahan paling serius terhadap penebusan terbatas adalah teks-teks tertentu yang sekilas berkontradiksi dengan doktrin ini. Untuk memudahkan pemahaman, teks-teks tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian (Erikson, Christian Theology, 846-848). Pertama, teks yang mengajarkan penebusan universal. Yohanes Pembaptis menyebut Yesus sebagai “Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia” (Yoh. 1:29). Allah mengasihi dunia sehingga Dia memberikan Anak-Nya yang tunggal (Yoh. 3:16). Kristus mati bagi semua orang (2Kor. 5:14-15; Ibr. 2:9). Dia adalah Juruselamat dunia (1Yoh. 4:14).. Yesaya 53:6 “…masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian”. Yesus mati sebagai tebusan bukan hanya untuk banyak orang (Mat. 20:28) tetapi semua orang (1Tim. 2:6). Beberapa ayat bahkan secara eksplisit menyebutkan bahwa kematian Kristus bukan hanya bagi orang percaya, tetapi bagi seluruh dunia (1Tim. 4:10; 1Yoh. 2:1-2).

Kelompok kedua adalah teks-teks yang mengindikasikan bahwa berita Injil harus disampaikan secara universal. Injil harus diberitakan kepada semua bangsa (Mat. 24:14; 28:19-20) atau sampai ke ujung bumi (Kis. 1:8). Allah memerintahkan semua orang di segala tempat untuk bertobat (Kis. 17:30). Kasih karunia Allah yang membawa keselamatan telah dinyatakan kepada semua orang (Tit. 2:11).

Kelompok teks yang ketiga adalah teks-teks yang menyiratkan bahwa Kristus mati bagi orang yang akan binasa. Roma 14:15 “…janganlah engkau membinasakan saudaramu karena makanan, karena Kristus telah mati bagi dia”. Pernyataan yang hampir sama dapat ditemukan dalam 1 Korintus 8:11 “dengan jalan demikian orang yang lemah, yaitu saudaramu yang untuknya Kristus telah mati, menjadi binasa karena pengetahuanmu itu”. Ibrani 10:29 “Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia?”. 2 Petrus 2:1 “…mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka”

Apakah semua sanggahan di atas cukup meyakinkan? Bagaimana kita merespons semua sanggahan di atas? Jawaban yang memuaskan harus melalui penyelidikan eksegetis yang mendalam terhadap semua teks di atas, namun hal ini tidak mungkin dilakukan sekarang dengan beberapa pertimbangan:

  • Pembahasan detil setiap teks akan membutuhkan waktu pembahasan yang sangat panjang.
  • Beberapa teks tersebut memiliki inti sanggahan dan solusi yang sama, sehingga tidak membutuhkan pembahasan khusus yang berbeda untuk setiap ayat.
  • Khusus untuk kelompok teks yang ketiga, kita akan membahasnya pada bagian ketekunan orang-orang kudus (perseverance of the saints) di akhir pembahasan tentang TULIP.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ini, kita hanya akan menyoroti beberapa teks yang sering dijadikan sanggahan utama dan yang bisa dijadikan representasi untuk menjawab teks-teks lain yang memiliki inti sanggahan yang sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun