Mohon tunggu...
Stephen Sihombing
Stephen Sihombing Mohon Tunggu... Pemuka Agama - mengabdi bagi kemanusian dengan keteladanan Yesus

mengembangkan narasi iman bagi kebahagiaan umat http://sgrsihombing.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Khotbah Imamat 10:1-7

26 November 2017   08:11 Diperbarui: 24 Desember 2017   14:18 2393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

KETIDAKTAATAN BERAKIBAT FATAL

Tujuan: warga jemaat menyadari ibadah kepada Allah tidak dapat dilakukan secara sembarangan tetapi dalam kebenaran dan kekudusan yang memuliakanNya.

Pengantar

Kehadiran Allah dapat dialami umat saat mereka datang beribadah di Bait Suci. Simbol api menunjukkan bahwa Allah berkenan atas korban yang dipersembahkan umat (Kejadian 4:4; 15:17; 1 Raja 18:38), saat memperkenalkan diriNya dan berbicara kepada orang pilihanNya (Keluaran  3:2; 19:18; Ibrani 12:29) dan datangnya hari penghakiman (2 Petrus 3:7;2 Tesalonika 1:7-8). Dalam kekristenan, Tuhan Yesus menganugerahkan kuasa Roh Kudus pada hari Pentakosta dengan turunnya lidah-lidah api (Kisah 2:3) yang menjadikan mereka berani dan mampu memberitakan nama Yesus.

Pendalaman dan Aplikasi

Bangsa Israel memulai sebuah kehidupan beribadah yang resmi di mana Allah menetapkan aturan-aturan yang menolong umat dapat berhubungan dengan Allah dan menghormati kekudusannya. Sekarang Allah dapat disembah dalam persekutuan ibadah dengan segala aturannya termasuk mereka yang bertugas dan bertanggungjawab dalam tugas pelayanan (Imamat 9:1-24). Keluarga Harun bertanggungjawab dalam tugas itu dan mereka menerimanya dalam perkenanan Tuhan. Bukan karena manusianya tetapi karena Allah yang menghendakinya sehingga jika mereka lakukan semua tugas dalam kebenaran dan kekudusan maka mereka dapat selamat menjalankan tugasnya sama seperti yang sudah dilakukan Harun (9:22,24).

Perbuatan kedua anak Harun, Nadab dan Abihu adalah pelanggaran berat dalam kekudusan ibadah. Mereka menyalakan api untuk membakar ukupan (bahan dupa yang mahal harganya, campuran rempah  yang wangi. Lihat Keluaran 30:34-38) dengan cara yang tidak benar sebab api itu  bukan datang dari perintah Tuhan (Keluaran 40:27). Mereka membuat api yang asing. Api yang bukan datang dari Tuhan. Akibatnya mereka berbuat dosa di hadapan Allah yang kudus. Tindakan mereka berakibat kematian yang mengerikan.

Tubuh keduanya hangus terbakar sebagai hukuman atas dosa mereka. Keduanya diangkat dan dikeluarkan dari tempat kudus ke luar perkemahan. Keluarga Harun dilarang menangis sebab kematian anggota keluarga mereka. Harun dan anak-anaknya bahkan dilarang meninggalkan ruang kudus agar mereka tidak mati karena murka Tuhan. Mereka telah diurapi untuk pekerjaan yang kudus dan tidak dapat dipandang rendah urapan yang sudah mereka terima dalam pelayanan bagi Allah. Dengan peristiwa ini, Musa hendak mengingatkan bahwa Allah menghendaki persekutuan dengannya berlangsung ddalam kekudusan dan kebenaran agar umat Tuhan diberkati dan para pelayan Tuhan dapat terus menyelenggarakan dalam sukacita dan bukan dengan kesombongan rohani dan hawa nafsu kedagingan yang rendah (10:8-11).

Firman Tuhan hari ini hendak meneguhkan kita:

Pertama, Allah yang kita sembah adalah Allah yang menghendaki penyerahan hidup  sepenuhnya dalam ketaatan mutlak kepadaNya. Artinya apapun bidang kerja dan pelayanan kita hendaknya kita dapat menjadi persembahan hidup yang berbau harum di hadapanNya (Roma 12:1-2).

Kita dapat mengerjakan apa yang dikehendaki Tuhan bukan sebagai tugas biasa dan hanya duniawi tetapi kita melakukannya dalam pengharapan kepada Tuhan Yesus sehingga kita menjalani hidup ini tidak mendatangkan dosa yang menghujat Roh Kudus dan mendukacitakan. Kita yang selalu mengandalkan Tuhan dalam hidup dan pelayanan kiranya tidak menjadi lemah, tetapi justru kuat di dalam Tuhan dan bersama bertolong-tolongan menanggung beban pelayanan dalam sukacita melimpah sebagai saudara seiman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun