Mohon tunggu...
Stephanie Vanessa
Stephanie Vanessa Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikasi Angkatan 2013 Universitas Kristen Petra Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pergulatan Hidup Warga Terdampak Penutupan Dolly: Di Luar Tersenyum tapi Hati Menangis

31 Desember 2014   05:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:08 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_344114" align="aligncenter" width="300" caption="MASIH SEPI: Suasana Sentra Kuliner Putat Jaya yang tidak ada pengunjung sama sekali, Rabu (10/12/2014)"][/caption]

MEMASUKI sebuah gang kecil di kawasan Putat Jaya, tak jauh dari lokasi eks Wisma New Barbara 22, Suryono turun dari motornya. Ketua RT sekaligus Ketua Paguyuban PKL Sentra Kuliner Putat Jaya itu membawa saya ke sebuah rumah.

“Ini lho rumahnya,” kata Suryono, sembari tangannya menunjuk rumah dengan pagar geser setinggi 1 meter dan sedikit terbuka itu, Rabu (10/12/2014).

Rumah terlihat kusam. Kotor di bagian depan. Rumah dengan lebar tiga meter dan memanjang ke belakang itu adalah milik keluarga Muktamar, salah satu dari sekitar 600 warga terdampak penutupan Dolly-Jarak.

Sebelum penutupan Dolly-Jarak, Muktamar berjualan nasi goreng di depan Wisma New Barbara 22. Selama 5 tahun terakhir, sehari-hari dia bisa menghabiskan 6-7 kg beras.

Namun semenjak tutup, usahanya langsung drop. “Dia coba jualan nasi goreng keliling. Itu gerobaknya ada di samping rumah. Tapi ya itu, dua kilo beras saja nggak tentu habis. Nggak bisa ngangkat sama sekali,” ujar Yanti, kakak dari istri Muktamar.


Usaha nasi goreng keliling Muktamar ini hanya bertahan dua minggu. Bagaimana tidak, setiap hari selalu ada nasi yang harus dibuang karena tidak habis terjual.

Kini, Muktamar meninggalkan rumahnya dan memilih bekerja sebagai kuli batu di Balikpapan untuk menutup tanggungan keluarganya. Seperti cicilan motor, biaya untuk kedua anaknya, dan sebagainya.

Istrinya, Yuli, dulu menjalankan bisnis kreditan barang-barang rumah tangga. Setelah penutupan Dolly, Yuli hanya bisa berjualan roti bakar.

Sebelumnya, keluarga Muktamar sempat mendapatkan kesempatan untuk berjualan di Sentra Kuliner Putat Jaya binaan Kecamatan Sawahan. Mereka menjual penyetan dengan stan bernama D’Khansa 86.

Usaha itu tidak bertahan lama. Dalam sehari, hanya 2-3 piring saja yang terjual. Akhirnya, Muktamar dan istri memutuskan mundur. Rencananya, Muktamar akan pulang ke Surabaya setelah melunasi cicilan motor yang menjadi salah satu tanggungannya.

Muktamar bukan satu-satunya warga yang kurang beruntung. Ada sebagian ibu-ibu yang berusaha bangkit. Mereka ikut tergabung sebagai penjual makanan di Sentra Kuliner Putat Jaya binaan Kecamatan Sawahan.

“Setelah Dolly ditutup, ekonomi mati sama sekali. Kita seperti orang yang di PHK sepihak,” ujar Hariati, penjual nasi rawon.

Perempuan berusia 49 tahun itu dulu berjualan nasi dan membuka kos-kosan di daerah lokalisasi Dolly. Sebelum Dolly ditutup, penghasilan Hariati mencapai Rp 5-6 juta per bulan.

Sekarang, hampir tidak ada penghasilan yang masuk sama sekali sementara modal untuk membuat nasi rawon, harus keluar terus-menerus. “Meski ibu bisa tersenyum, dalam hati menangis. Tertawa itu hanya untuk menghibur diri,” ucapnya.

Hal serupa dialami Sorga Itta, penjual bakso. Perempuan 45 tahun ini sudah beberapa kali hendak mengundurkan diri, tapi ibu-ibu yang lain terus memotivasinya agar tetap bertahan. “Saya harus tegar dengan perubahan yang terjadi,” tukasnya.

Meski berjualan makanan dan minuman banyak merugi, ibu-ibu itu mengaku masih mau melanjutkan usahanya di sentra kuliner ini. “Kalau ada yang beli, sampai jam berapapun kita layani. Kita mau tunggu, wong kita kerja,” sambung Lika, penjual soto daging.

Mereka hanya berharap Sentra Kuliner Putat Jaya yang sempat disebut Dollicious itu banyak dikunjungi pembeli, supaya dagangan mereka laris. Selain itu, mereka berharap lahan eks wisma di Dolly segera dibeli Pemkot Surabaya supaya kehidupan ekonomi di kawasan tersebut dapat hidup kembali.

Inisiatif Pemkot Surabaya

Jauh hari sebelum penutupan, Pemkot Surabaya telah melakukan sosialisasi penutupan sekaligus memberikan pelatihan kepada warga terdampak.

Begitu kawasan esek-esek itu ditutup, sekitar 600 warga terdampak penutupan lokalisasi Dolly dan Jarak, meliputi lima RW, yakni RW 3, 6, 10, 11 dan 12, mengikuti pelatihan kewirausahaan.

PT Terminal Petikemas Surabaya dan PT Wangta Agung menjadi pendukung kegiatan pelatihan tersebut. Pelatihan selama 15 hari itu melibatkan 80 warga di ring I (di kawasan lokalisasi) dan ring II (di sekitar lokalisasi).

Tidak hanya itu, Dinas Sosial Surabaya mengklaim telah melakukan berbagai upaya menumbuhkan kembali perekonomian warga. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mempekerjakan puluhan warga terdampak di beberapa SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) milik Pemkot.

Beberapa SKPD yang akan memberdayakan warga terdampak penutupan lokalisasi Dolly dan Jarak di antaranya, Satpol PP (Satuan Polisi Pamong Praja), Linmas (Perlindungan Masyarakat), Dinkes (Dinas Kesehatan), serta SKPD lainnya.

Pemkot Surabaya juga menyalurkan 178 warga terdampak yang ingin bekerja di perusahaan swasta melalui Dinas Tenaga Kerja (Disnaker).

Informasi terakhir, Pemkot Surabaya berencana membeli tempat-tempat yang dulu digunakan sebagai tempat bisnis PSK dan mucikari. Salah satu yang sudah terrealisasi adalah Wisma New Barbara 22, wisma paling terkenal di Gang Dolly.

Menurut media, Pemkot Surabaya telah membeli Wisma New Barbara 22 yang dulunya menampung hingga 250 orang PSK itu dengan harga 9 miliar. Kini, wisma enam lantai itu telah diresmikan sebagai fasilitas umum.

Sejauh pengamatan di lapangan, dalam eks lokasi prostitusi itu telah ada pelatihan internet bernama Broadband Learning Center (BLC) dan sentra pembuatan sepatu. “Pelatihan komputer untuk warga setempat ini didukung oleh Telkom,” kata Mediar, pria yang bertugas sebagai trainer di BLC.

[caption id="attachment_344109" align="aligncenter" width="300" caption="ORDER SEPATU: Suasana Sentra Pembuatan Sepatu di lokasi eks Wisma New Barbara 22, Rabu (10/12/2014)"]

14199513781038602794
14199513781038602794
[/caption]

Di ruang lain pada lantai yang sama, sedikitnya 15 wanita yang hampir seluruhnya mengenakan kaus berwarna biru, sedang menjahit order sepatu dari Ardiles.

Di bagian belakang ruangan, terlihat sebuah tempat yang dulunya dikenal dengan sebutan ‘akuarium’, tempat para lelaki hidung belang dulu memilih PSK yang disukainya. Kini tempat itu berubah fungsi sebagai gudang material dasar pembuatan sepatu.

Pelatihan dan pemberian kesempatan kerja hanya sebagian kecil dari upaya Pemkot Surabaya merehabilitasi kawasan Dolly dan warga terdampak. Meski sudah banyak usaha, masih ada beberapa pihak yang belum dapat menerima.

Seperti diungkapkan Endang, pemilik eks Panti Pijat Kalimantan yang lahannya ditempati Sentra Kuliner Putat Jaya binaan Kecamatan Sawahan. Perempuan 46 tahun itu mengeluhkan penutupan Dolly yang mendadak dan tidak didahului sosialisasi pada warga sekitar.

“Tempat pijat saya memang nggak ditutup. Tapi sejak Dolly tutup, pengunjung sepi. Bahkan nggak ada. Jadi ya mau nggak mau saya tutup sendiri, karena untuk pemasukan nggak ada tapi pengeluaran jalan terus,” paparnya.

Selain itu, Pemkot dinilai hanya memulai, tapi tidak mendampingi warga dalam usahanya. Tidak ada modal dan binaan yang cukup, terutama untuk Sentra Kuliner Putat Jaya.

Perempuan kelahiran Kediri ini juga mengungkapkan, Satpol PP terlalu sering melakukan penggrebekan di kawasan itu, sehingga warga tidak bisa hidup tenang.

“Sekarang pun kalau orang jualan apa, itu hampir seminggu dua kali digrebek sama Satpol PP. Orang kan ya mau hidup tenang, tidak sedikit-sedikit ada penggrebekan,” ujarnya. (svw)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun