Mohon tunggu...
Stephani Br Siregar
Stephani Br Siregar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional FISIP UNSRI 2019

Tetap Semangat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diplomasi Koersif: Efektifkah Diplomasi Koersif Saat Ini?

3 Desember 2021   12:03 Diperbarui: 3 Desember 2021   12:24 2313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kasus yang ada terjadi pada Afghanistan menunjukkan kegagalan penerapan diplomasi koersif karena menunjukkan keterbatasan target dengan sebuah sistem kepercayaan yang bertentangan dan ini adalah contoh yang jelas dari pemaksaan negara sponsor terorisme. Kegagalan AS dalam mendefenisikan konflik Afghanistan Taliban mengagalkan jalannya diplomasi koersif terjadi. 

Kasus 9/11 dianggap sebagai akar dari permasalahan Afghanistan, namun pada kenyataannya jauh sebelum kasus serangan  9/11 pemerintah AS sudah ikut membantu kelompok Taliban dalam mengusir Uni Soviet pada masa perang dingin. 

Dalam Kasus Afghanistan juga tidak memiliki jaminan yang pasti atas siapa yang bertanggung jawab atas provokasi tersebut (Osama bin Laden) berbeda dari target pemaksaan (Taliban) dan motivasi selama proses koersif tidak berpihak pada AS. AS juga tidak memiliki tujuan yang jelas dalam memberikan diplomasi koersif terhadap Afghanistan sehingga menghadirkan kebijakan yang ambigu. 

Diplomasi koersif yang dilakukan oleh pemerintah AS masuk kedalam tiga langkah yaitu : 1) tuntutan; 2) batas waktu atau rasa urgensi yang jelas; 3) kredibilitas ancaman hukuman. 

Namun pemerintah AS gagal dalam menerapkan tiga langkah diplomasi koersif tersebut dengan tepat. Pertama, pemerintah AS gagal dalam mendefenisikan konflik di Afghanistan sehingga berakibat menghadirkan tuntutan yang tidak tepat sasaran. Kedua, pemerintah AS melakukannya tidak mengumumkan batas waktu yang jelas tetapi rasa urgensinya jelas, namun ini dapat menyebabkan risiko kegagalan yang berbeda. 

Risiko pertama adalah bahwa target mungkin memutuskan untuk memenuhi tuntutan adalah dianggap tidak bermoral dan memalukan. Yang kedua adalah bahwa bahkan jika targetnya takut dengan risiko tingkat ancaman, mungkin masih lebih suka berperang dan tidak menerima tuntutan. 

Terakhir, target mungkin mencoba untuk mengurangi ancaman dengan menerima beberapa tuntutan namun, tanggapan masyarakat internasional bahwa ancaman yang diberikan pemerintah AS tidak tepat sasaran sehingga bukannya membantu menyelesaikan konflik tetapi menambah beban rakyat Afghanistan. 

Dari rencana yang gagal dalam menjalankan diplomasi koersif pemerintah AS kurang mendapat dukungan dari masyarakat internasional akibatnya langkah selanjutnya dari pemerintah AS menyelesaikan konflik Afghanistan akan lebih ditinjau.

Pada akhir perang dingin diplomasi koersif sudah menjadi alat yang populer bagi pemerintah AS meskipun AS sudah sering menggunakan diplomasi koersif sebagai cara untuk menyelesaikan konflik atau mencapai kepentingan negaranya, namun pada kenyataannya menurut Robert Art didalam penelitiannya mengenai diplomasi koersif sekaligus sebagai seseorang yang membentuk kebijakan AS selama 12 tahun berpendapat bahwa diplomasi koersif lebih sering gagal daripada berhasil. 

Melihat dari variabel-variabel komponen diplomasi koersif akan sulit untuk suatu negara mengancam musuh jika tidak memiliki persiapan yang kuat, tidak hanya dikarenakan tujuan politik sering akan berubah selama tindakan diplomatik koersif dan juga sulit untuk menentukan keberhasilan kebijakan yang jelas. 

Seorang pemimpin juga menjadi bagian faktor penentu keberhasilan diplomasi koersif, jelas seorang pemimpin seharusnya mempunyai perencanaan yang tepat tetapi perlunya intelijen intensif dan membutuhkan informasi yang sangat akurat tidak hanya pada kerentanan lawan, tetapi analisis ekonomi dan politik dari kemungkinan reaksi mereka terhadap penerapan berbagai tingkat dan jenis kekuatan militer juga perlu diketahui oleh seorang pemimpin. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun